#2 구세주 천사

962 75 0
                                    

Afra melambaikan tangannya saat melihat wanita dengan rambut pirang sedang duduk di kursi cafe, Afra dan Zoya segera menghampiri wanita itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Afra melambaikan tangannya saat melihat wanita dengan rambut pirang sedang duduk di kursi cafe, Afra dan Zoya segera menghampiri wanita itu.

"Cheyang-ssi mianhae jika kamu menunggu lama" Afra merasa bersalah karena dia sedikit terlambat hanya karena menunggu Zoya tadi.

"Aahh ani-ya" Afra dan Cheyang saling berpelukan dan disusul oleh Zoya.

Zoya sejak tadi memasang wajah kagum melihat penampilan Cheyang, "Wahh daebak Cheyang-ssi kamu terlihat sangat cantik. Berapa lama kita tidak bertemu dan kau sangat berubah"

Pujian itu membuat pipi Cheyang merah merona, ia tidak pernah di puji seperti ini oleh seorang wanita, "Ani-ya aku masih sama seperti dulu"

Senyum Zoya melebar, "Tidak.. Tidak.. Kamu bahkan tampak berbeda dari dulu. Apa rahasianya"

"Hanya-"

Belum sempat Cheyang melanjutkan bicaranya, Afra sudah lebih dulu mengalihkan pembicaraan, "Kamu bawa tugasnya kan?"

"Tentu" Cheyang merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah makalah yang telah ia susun.

Afra mengambil alih makalah yang di keluarkan Cheyang, "Wahh rupanya kau sudah menyusun datanya"

Afra melihatnya dengan kagum, karena tidak mudah menemuķan data-data ini dan juga Cheyang menyusunnya dengan rapih sehingga lebih mudah di mengerti.

"Kemarilah biar aku jelaskan dulu" Afra dan Zoya mengubah posisi duduknya ke posisi yang lebih nyaman, mereka memperhatikan setiap detail apa yang cheyang jelaskan.

"Jadi kita akan mewawancarai beberapa orang tentang kesehatan tulangnya, terutama untuk orang yang sudah lanjut usia" tanya Zoya.

"Iya sekitar 50% remaja dan 50% lanjut usia, aku rasa jika seimbang itu akan jauh lebih baik. Aku sudah mempersiapkan semuanya di makalah itu termasuk pertanyaan yang akan kita tanyakan" jelas Cheyang.

Afra dan Zoya mengangguk paham, "Kalau begitu aku yang akan mewawancarainya, Cheyang yang mendatanya dan kau Zoya, kau yang merekamnya. Setuju?" Afra diam menunggu kesepakatan dari teman satu kelompoknya itu.

"Setuju!!!" Zoya dan Cheyang menjawab secara serentak.

"Baiklah, sampai di sini. Mari kita selesaikan tugas ini dengan baik" Afra mengulurkan tangannya di atas meja dan di ikuti oleh Zoya dan Cheyang, mereka saling tatap.

"AYOOO!!!!"

*****

Afra dan Zoya berjalan di bawah udara yang lumayan dingin, langit sudah akan berubah menjadi jingga menandakan sore hari akan segera tiba, mereka mempercepat langkahnya untuk pergi ke tempat kajian rutin.

Kajian ini merupakan kajian lokal yang di adakan seminggu sekali tepat di hari jumat.

Karena ini kajian lokal, tentu saja semua jamaahnya juga berasal dari Indonesia sehingga bisa lebih akrab dalam mengkaji Islam, "Afra aku lapar, kita makan dulu yuk"

"Bukannya tadi udah makan, nanti kita telat kalau makan dulu" Afra terus mempercepat langkahnya tidak memperdulikan Zoya yang sejak tadi sudah cemberut.

"Tapi, pulangnya kita makan yaa"

Afra tidak menjawab hanya mengangguk kecil, "Aku gak janji"

"Aaarrrrgggg Afra-ya"

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di tempat kajian yang di adakan di gedung serba guna, lokasinya sangat trategis sehingga memungkinkan para member kajian untuk berjualan makanan halal Food, untuk memudahkan orang-orang Islam yang ada di sekitar lokasi ini. Dan setengah dari hasilnya nanti akan di sumbangkan kepada orang yang membutuhkan.

"Assalamualaikum umi Nda kajiannya sudah mulai belum?" Afra tersenyum kemudian mencium punggung tangan umi Nda, disusul oleh Zoya.

Umi Nda membalas senyuman Afra dan Zoya, "Waalaikumsalam, belum sana masuk"

Afra mengangguk kemudian mereka langsung masuk ke dalam, "Ra pulangnya beli makanannya umi Nda ya" Afra hanya membalasnya dengan anggukan.

"Kamu mah ngangguk doang dari tadi" Zoya menatap Afra dengan kesal, namun yang di tatap hanya diam dan tertawa karena raut wajah kesalnya Zoya.

Seringkali kita dihadapkan pada kondisi yang sangat sibuk. Mengurus rumah, mengurus pekerjaan, mengurus anak, mengurus suami, mengurus bisnis, mengurus tigas kuliah, mengurus banyak hal yang membuat kita tanpa sadar menuda-nunda shalat.

Saat adzan tiba, bukannya langsung ambil wudhu dan melaksanakan ibadah wajib ini. Kita malah keasyikan dengan aktivitas kita, bahkan tak jarang kita menundanya.

Kajian berjalan selama dua jam lamanya, dengan paparan materi yang luar biasa membuat beberapa jamaah saling tatap karena merasa tersindir dengan tema yang dibawakan.

Afra mendekatkan dirinya ke Zoya, kemudian berbisik dengan suara yang sangat lecil yang hanya bisa di dengarkan oleh Zoya. "Bukan nangis karena kehabisan album tapi menangislah karena kehabisan waktu shalat"

Perkataan Afra bagaikan panah yang langsung menancap dalam diri Zoya, wanita itu hanya tertunduk malu dan segera menghindar dari Afra.

Afra tersenyum ia harap semoga saja sahabatnya itu tidak melalaikan kewajibannya lagi hanya karena urusan dunianya.

*****

Tae Hyun menjambak rambutnya, ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa untuk menghilangkan depresinya yang semakin hari semakin memburuk, ia benci semua ini. Bahkan tak berani pergi ke drom karena takut merepotkan para hyung nya.

Cuaca makin berlalu semakin dingin, bahkan tubuhnya tampak menggigil di tambah lagi keadaannya sedang depresi sampai ia seakan pasrah dengan hidup ini.

Kehidupan sebagai seorang idol membuat dirinya tak punya waktu sedikitpun untuk menghibur diri, dunianya begitu keras sampai membuat batinnya pun tertekan.

Tangis Tae Hyun semakin kencang, ia membayangkan wajah orang tuanya, para member dan juga bagaimana perjalanannya dalam mendapatkan posisinya yang sekarang ini.

Itu tidaklah mudah baginya, sekarang ia sudah mendapatkan semuanya.

Namun semua ini hanya sebuah tekanan baginya, ia tidak suka dirinya di atur oleh orang lain.

Bayangan itu seakan terus berputar mengelilingi kepalanya, membuat dirinya seakan seperti orang jahat.

Namun, sungguh Tae Hyun sudah tidak tahan dengan semua ini, semua hal yang menekan dirinya.

Tae Hyun mengeluarkan sebuah cutter dari saku celananya, ia memejamkan mata.

Tae Hyun rasa ini adalah keputusannya untuk mengakhiri semua rasa depresi yang tidak bisa ia pendam lagi, Tae Hyun mengarahkan cutter itu ke pergelangan tangannya.

"Semuanya maafkan aku" lirihnya.

"Apakah itu sudah menjadi keputusan akhir" Suara itu berhasil membuat Tae Hyun menghentikan aksinya.

Dear OPPA [2013] | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang