Daisy pov.
"Hmmm, jam berapa ini?" Ujarku sambil mengambil alarmku
"Hmmm jam 7, tumben aku sudah bangun jam segini." Ujarku lalu pergi ke kamar mandi
Selesai mandi, aku langsung mengambil sisa jajan yang tidak aku kasihkan Kenzo tadi malam.
"Sarapan hari ini, cukup ini saja." Ujarku sambil membuka kemasannya
Kenzo akan menjemputku 2 jam lagi, aku sudah tidak sabar akan serumah dengannya mulai dengan hari ini.
Aku bahkan masih bingung dengan diriku sendiri, apa yang dikatakan Kenzo benar. Ia bisa mengubah pandanganku kepada Kenzo secepat ini.
Dia tidak pake ilmu santet kan_-. Tiba - tiba seseorang mengetuk pintu apartemen dengan cepat.
"Tunggu sebentar!" Teriakku
Saat aku membuka pintu, terlihat Kenzo berkeringat dan menyudahi acara terburu - burunya.
"Kamu kenapa ter-" ujarku
"Papa, papa tiba - tiba koma." Cela Kenzo dengan nafasnya yang masih berat
"Hahhh kok bisa? Santai dulu. Aku ganti baju dan siap - siap dulu." Ujarku langsung berlari ke kamar
Aku langsung mengenakan baju seadanya lalu memakai cushion dan lip tint. Setelah itu aku langsung bergegas keluar dan menghampiri Kenzo.
"Ayo, kita harus bergegas." Ujar Kenzo sambil berlari menuju pintu apartemen
.....
Sampainya di rumah sakit, kamipun segera menanyakan kepada resepsionis rumah sakit.
"Emmm Adrian Dirgantara di ruangan berapa ya?" Ujar Kenzo panik
"Ohhh pak Adrian, beliau ada di ruang 403." Ujar perempuan itu
"Baiklah terima kasih, ayo." Ujarnya sambil menggandeng tanganku
Kami pun segera menuju lift untuk naik ke lantai 4.
"403, 403...ahhhh ini dia." Ujar Kenzo
Ternyata itu adalah VIP room, tempatnya sangat luas ada sofa, meja makan dan memandangan sebelah kanan yang memperlihatkan gedung dan langit.
"Dok, gimana keadaan papa saya?" Ujar Kenzo panik
"Ummm, menurut hasil x-ray. Kami menemukan sebuah tumor di bagian yang dekat dengan paru - paru dan jantung. Apakah belakangan ini, pak Adrian sering merasakan sesak nafas, batuk - batuk, dan sakit dada??" Ujar dokter itu
"Iya sering, papa juga pernah sekali saya lihat kalau muntah darah. Tapi malah bilang baik - baik saja, saya ajak ke dokter tapi dengan pemaksaan yang keras sekalipun dia tidak mau." Ujar Kenzo sedih
"Ahhhh, diperkirakan dia akan sadar dalam 1 minggu lagi. Kalau lebih, berarti penyakitnya sudah benar - benar menguasai tubuhnya." Ujar dokter itu
"Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan beliau, saya permisi." Lanjut dokter itu lalu pergi
Aku pun menundukkan kepalaku sebentar lalu melihat Kenzo yang mulai mengeluarkan air matanya.
Aku langsung menggandeng tangannya agar sedikit tenang. Tapi air mata itu masih membanjiri pipi Kenzo dan ia juga tidak menoleh ke arahku.
"Kenzo sudah - sudah." Ujarku sambil mengelus lengannya
"Hikss...ini semua salahku..hiksss..ini salahku." Ujar Kenzo yang menangis tambah deras
"Babe ini bukan salahmu." Ujarku berusaha menenangkannya
"Tetap saja, andai aku bisa merayuhnya dengan benar, pasti dia bakal mau sekali aja gapapa." Ujar Kenzo sambil berlutut di samping ranajng papa Adrian terbaring lemah
"Pa, maafin Kenzo. Ini semua salah Kenzo, seharusnya Kenzo jadi anak yang bisa diandalkan dan peduli sama papa, maafin Kenzo pa." Ujar Kenzo sambil memegang tangan papa Adrian yang diinfus
Aku pun tersentuh dengan atmosfer ini, air mataku mulai keluar. Tapi aku harus menahannya untuk menghibur Kenzo.
"Sayang, sudah - sudah. Yang kuat ya." Ujarku sambil memeluknya yang masih menangis
"Hmmm, aku membutuhkan ini." Ujar Kenzo sambil menyuruhku berposisi sepertinya
"Peluk lagi dong, lagi pengen sobb.." ujar Kenzo yang masih berusaha menghapus air matanya
"Babe, selama kamu kerja nanti aku bakal jagain papa ok, kamu tetep fokus kerja aja biar aku yang awasin papa." Ujarku sambil menghapus garis air matanya
"Makasih istriku, kamu benar - benar berubah, terima kasih." Ujar Kenzo lalu melanjutkan acara pelukan lagi
Sudah 2 jam kita di ruangan yang sama, daripada Kenzo terlihat sedih seperti itu, aku mengajaknya pulang.
"Kenzo kita pulang aja, besok kita kunjungin papa lagi." Ajakku tiba - tiba
"Kamu bosen ya, maaf. Ya udah ayo pulang." Jawab Kenzo sambil berdiri
"Pa, kita pulang dulu ya, Daisy harap papa kondisinya jadi makin baik setelah sadar, tetap kuat ya pa. Besok kami bakal ke sini lagi." Ujarku sambil mencium tangannya yang masih diinfus
Lalu kami pun pulang dengan perasaan yang campur aduk, mau tertawa tapi atmosfer tertekan itu masih ada di perasaan kami, selama perjalanan kami tidak berbicara satu katapun.
Sampainya di rumah, aku pun langsung ke kamar tempat seharusnya kami berdua tidur bersama sebagai suami istri.
"Wahhh ini terlihat lebih nyaman daripada yang di apartemen, padahal di apartemen kasur itu sudah berapa kali aku tiduri tapi kok nyaman yang disini ya?" Ujarku panjang lebar
"Hahaha kau terlihat senang sekali, kamu kesambet apa sih kok bisa berubah sedrastis ini." Ujar Kenzo masih bingung
"Hati kecilku ini sangat kuat dan sekarang sudah bisa menaklukan pikiranku yang sangat membencimu. Aku tau itu aneh, tapi bagiku rasanya juga aneh." Ujarku panjang lebar
"Hati kecilku ini menginginkanmu tapi pikiranku maunya membencimu. Pertama saat bertemu sama kamu, kamu emang bukan tipeku. Tapi semakin kamu perhatian dan nunjukin rasa sayang kamu ke aku dengan tulus, lama - lama hatiku ini terus berusaha untuk mengendalikan pikiranku yang dulunya membencimu jadi--jatuh cinta denganmu." Lanjutku panjang lebar
"Saat aku merasa aneh dengan diriku karena selalu mikirin kamu, aku biasanya ngerasa aku selalu ngeblush depan kamu atau lagi mikirin kamu. Maaf kalau aku memberitahu terlalu banyak tapi aku ingin kamu tau tentang perjalanku tiba - tiba menyukaimu secara tiba - tiba." Ujarku lalu menyudahi pembicaraanku
"Ohhh jadi gitu, hahhh yang penting sekarang aku senang kamu bisa merubah pandanganmu terhadapku, terima kasih istriku." Ujar Kenzo lalu mendekatkan mukanya ke arahku
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
*See you in the next chapter:)
*jangan lupa beri vote dan komen ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband ✔
RomanceKisah seorang wanita cantik berusia 28 tahun bernama Daisy yang dipaksa untuk menerima perjodohan dengan pria yang 3 tahun lebih tua darinya yaitu Kenzo, penerus tunggal perusahaan Dirgantara. Di balik perjodohan mereka, ada tujuan yang di rahasiaka...