2

40 8 3
                                    

Di luar ruangan kepala sekolah ini Anin tak kuasa menahan malunya karena telah salah sangka pada siswa laki-laki yang kini berdiri di sampingnya. "Eum... gu-gue minta maaf ya kak karena udah salah sangka sama kakak." Ucap Anin dengan sedikit terbata.

Adit pun menengok ke arah Anin, membalas dengan mengelus puncak kepala Anindya lalu tanpa sepatah kata Adit pergi menuju kelasnya meninggalkan Anin yang masih terdiam.

Sungguh baru kali ini rasanya Anin mendapat perlakuan seperti tadi hingga tak sadar membuat Anindya hanya diam mematung di tempatnya.

"Anin lo kenapa?" Seketika Anindya terlonjak kaget dari aksi melamunnya itu. "Lo kenapa Anin? Kok jalannya sambil ngelamun, ada masalah?." Tanya Adi sekali lagi pada Anindya, iya yang membuat Anindya terkejut tadi adalah Adi si ketua OSIS.

"E-eh enggak... gue enggak papa kok." Jawab Anin secepat mungkin guna menghilangkan khawatir di wajah Adi.

"Oh iya siswa barunya gimana? Aman semua kan enggak ada yang bikin ulah?" Tanya Anindya mengalihkan pembicaraan.

"Tenang aja semuanya aman terkendali. Sejauh ini sih belum ada yang bandel dan melanggar peraturan kok." Jelas Adi pada Anindya.

"Oh gitu ya? Yaudah deh gue mau ke kelas dulu ya daaah." Setelah mengatakan itu Anindya langsung pergi meninggalkan lapangan.

Melihat kepergian Anindya membuat Adi sedikit bingung namun dia tetap berusaha acuh dan pergi dari sisi tersebut. "Ada-ada aja si Anin."

Kini Anindya telah berada dalam kelasnya yang tidak terlalu ramai mengingat ini adalah jam istirahat yang sudah dipastikan hampir sebagian penghuni kelas menuju tempat penjual makanan.

"Huuft.... bodoh banget sih gue. Bisa-bisanya salah sangka sama orang udah gitu dia kakak kelas lagi ya ampuuuun." Tak hentinya Anindya menggerutu akan kelakuannya hingga tak sadar dengan kehadiran Tania sahabat sekaligus teman sebangkunya.

"Baru sadar kalo lo ini bodoh? Hahaha" Sambar Tania dibarengi pecah tawanya yang membuat Anindya kaget.

"Tania! Apaan sih li? Udah deh diem..." Sontak ucapan Anindya tadi membuat Tania diam seketika.

"Sorry-sorry" Tania berusaha menghentikan tawanya. "Btw lo kenapa dah? Ngedumel aja udah mah ngatain diri sendiri bodoh lagi." Tania bertanya penuh penasaran.

Anindya pun langsung menceritakan apa yang dia alami tadi pagi dengan detail pada sahabatnya yang satu ini. Mendengar penjelasan temannya ini membuat Tania ingin sekali terbahak namun sebisa mungkin dia tahan karena tak ingin membuat Anindya bertambah malu.

"Sumpah kalo bukan karena kasihan gue bakal ketawa kenceng Nin tapi gue enggak  tega! Haha." Respons Tania di akhir cerita Anindya membuatnya kembali jengkel pada sahabatnya satu ini.

"Tapi lo udah minta maaf belum sama kakak kelas itu?" Lanjut Tania setelah tawanya mereda.

"Udah sih tapi..." Anindya menggantungkan ucapannya membuat Tania semakin penasaran.

"Tapi...?-" ulang Tania pada ucapan Anindya.

"Tapi dia enggak jawab apa-apa. Dia cuma nengok ke gue terus dia... dia ngusap kepala gue habis itu pergi." Jawaban Anindya membuat Tania melongo seketika tapi tak lama Tania bungkam kembali.

"Lo serius Anin?" Dan Anindya pun hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Wait wait! Anin lo sadar enggak  sih? Seorang laki-laki  yang baru kenal terus dia udah berani ngelus kepala lo? Enggak waras sumpah!" Ucap Tania menggebu.

"Ya lo aja bilangnya enggak waras apa lagi gue yang ngerasain langsung? Dibuat bengong gue sama dia." Jelas Anindya pada Tania.

"Enggak bukan gitu. Menurut gue dia gak waras karena berani nyentuh buaya betina kaya lo Nin!" Jawab Tania lagi penuh antusias membuat Anindya menatapnya tajam dan menghadiahkan Tania sebuah tepakkan di lengannya.

Beautiful MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang