"Ehkem..." suara deheman tersebut membuat Anindya terkejut dan langsung menutup notebooknya dengan terburu-buru.
"Gue kira udah enggak ada orang lagi di sekolah ini, ternyata masih ada satu orang. Lo lagi apa? Tadi gue liat kayanya lo bikin puisi ya?" lanjut Aditya yang tadi bersuara di belakang Anindya.
"Kak Adit, gue kira siapa tadi. Enggak kok gue enggak bisa bikin puisi yang tadi itu cuma ya.... sekedar kata-kata doang kok." Jawab Anindya dengan sedikit malu karena kebiasannya ini di ketahui oleh Adit.
Tanpa permisi Adit duduk di samping Anindya dan langsung mengambil notebook milik Anindya yang tadi masih dipegang oleh pemiliknya. "E-eeeh kak kembaliin bukunya." Anindya mencoba meraih notebooknya dari tangan Adit.
Namun karena Adit yang terlalu gesit membuatnya susah mengambilnya dan akhirnya dia pasrah notebooknya diambil oleh Aditya. "Lumayan juga tulisan lo. Kenapa enggak bikin semacam blog atau bikin antologi puisi gitu. Kan sapa tau ada yang mau bukuin karya lo ini." Lanjut Adit dengan masih membaca isi di notebook milik Anindya.
"Kayanya gak deh kak. Gue kan nulis begini Cuma buat sekedar suka-sukaan aja dan gak mau ngepublish juga." Mendengar jawaban seperti itu membuat Adit sontak menengok ke arah Anindya.
"Loh kenapa? Bukannya kalo kaya gitu kita bisa dapat royalti ya? Lo juga bisa dapat uang dan terkenal tentunya, ya enggak?" Anindya hanya menggeleng lalu bangkit dari duduknya dengan pandangan menatap lurus ke depan.
"Enggak semua yang kita sampaikan itu orang wajib tau. Dan enggak semua yang kita rasakan orang lain ingin tau." Anindya membalikkan tubuhnya menghadap Adit kembali lalu mengambil notebooknya dari Adit yang masih terdiam mencerna jawaban Anindya.
"Yaudah pulang yuk kak, udah hampir sore juga ini." Lanjut Anindya sambil melangkah pergi.
Adit tak juga bergerak selama beberapa detik dan saat kesadarannya seakan sudah kembali dia langsung mengejar Anindya dan segera menyejajarkan langkahnya dengan Anindya."Mau pulang bareng enggak?." Tanya Adit.
Hanya anggukan kepala pun cukup menjawab ajakan dari Adit untuk Anindya. Akhirnya untuk kedua kalinya Anindya mau diantar pulang oleh seorang laki-laki selain Adi. Entah mengapa tapi Anindya pun tak sadar jika dia mau diajak pulang bersama laki-laki yang baru dikenalnya tadi pagi.
Kurang lebih 15 menit perjalanan menggunakan motor akhirnya Anindya sampai di rumahnya. Setelah sampai Anindya segera turun dari motor milik Adit yang tiba-tiba terdiam menatap rumah milik kedua orang tua Anindya."Kak kenapa? Kok kaya ada yang dipikirin gitu?"
Cukup lama Adit hanya diam dan setelah sadar Adit hanya menjawab dengan gelengan. Anindya pun memberikan helm yang tadi dia pakai kepada Adit.
"Mau mampir gak kak?" Adit pun hanya menjawabnya dengan senyuman kecil lalu gelengan kembali.
"Lain kali aja ya, gue mau ketemu orang tua gue dulu mereka hari ini baru datang dari Palembang. Yaudah gue pulang dulu ya?." Setelah mengatakan itu Adit langsung bergegas pulang menyisakan Anindya yang masih bingung dengan sikap Adit setelah melihat rumahnya. Tak mau berpikir yang tidak-tidak Anindya segera masuk ke dalam rumahnya.
🎀🎀🎀
Keesokan harinya seperti biasa Anindya berangkat pagi-pagi untuk memantau kegiatan MPLS. Masa MPLS biasanya berlangsung selama 3 hari dan ini adalah hari ke-2 jadwal MPLS bagi siswa baru, hari ini dijadwalkan games untuk seluruh murid baru dan yang memimpin games kali ini adalah sang ketua OSIS yaitu Adi dengan tema sama tanggal.
"Ok dengarkan semuanya. Kali ini kita akan mengadakan games dengan tema sama tanggal. Jadi kalian harus mencari kakak kelas yang memiliki tanggal lahir sama dengan kalian dan minta tanda tangannya. Bagi kalian yang tidak mendapatkan itu maka akan diberikan sanksi, paham?" Ucap Adi pada semua murid baru.
"Siap kak paham!" Jawab semua siswa secara serentak
"Baik sekarang silakan kalian mulai mencari. Kakak tunggu hingga waktu istirahat lewat itu tidak akan kakak terima. Mengerti?!" Ucap sang ketua OSIS lagi.
Setelah mendapat arahan dari ketua OSIS seluruh siswa mulai berhamburan mencari tanggal lahir yang sama. Setelah aula kosong Adi memutuskan menuju ruang OSIS untuk membicarakan acara penutupan MPLS besok.
Namun sesampainya di ruang OSIS Adi tak menemukan satu pun anggotanya yang berada di ruang OSIS padahal sebelumnya sudah diberitahukan untuk berkumpul.
Akhirnya Adi memutuskan untuk memanggil anggota OSIS melalui grup di aplikasi bundar hijau yang ada di ponselnya. Setelah menunggu sekitar 10 menit barulah ruangan tersebut terisi penuh.
"Terima kasih pada teman-teman yang sudah hadir meskipun terlambat dari waktu yang sudah ditentukan. Kali ini kita akan membahas acara penutupan MPLS besok untuk SMU Budi Bhakti. Rencana penutupan akan di laksanakan pada pukul setengah 3 setelah jam KBM berakhir dengan pembagian sertifikat pelaksanaan MPLS bagi setiap siswa baru juga nanti ada pemberitahuan mengenai pembagian kelas dan terakhir sambutan penutup dari kepala sekolah langsung. Sampai disini ada yang ingin di tanyakan atau memberi masukkan?." Adi mengedarkan pandangannya untuk mencari tanggapan dari anggota OSIS yang lain.
Di barisan bagian tengah salah satu anggota OSIS mengangkat tangan, membuat Adi mengalihkan perhatiannya pada anggota OSIS tersebut. "Iya Irsya, silakan berdiri dan sampaikan masukannya." Setelah dipersilahkan anggota OSIS yang dipanggil Irsya tersebut langsung berdiri.
"Maaf sebelumnya aku mau menambahkan sedikit kak. Apa tidak sebaiknya acara penutupan itu tidak berbarengan dengan selesainya jam KBM? Karena menurut saya itu tidak akan kondusif dan fokus dari siswa baru akan terbagi setelah melihat seniornya sudah pulang." Selesai mengatakan itu Irsya kembali duduk.
"Ok terima kasih atas sarannya ya Irsya. Betul juga apa yang dibilang sama Irsya.... ok kita ubah susunan dulu, apa ada yang punya saran untuk susunannya?." Adi kembali mengedarkan pandangannya menanti jawaban anggota OSIS yang lain dan akhirnya dari ujung kanan ada Anindya yang mengangkat tangannya. "Iya Anin silakan."
"Jadi teman-teman gue punya saran yang bagus, kita mulai acaranya dari pagi. Pertama, kita adakan MPLS yang sebenar-benarnya MPLS yaitu mengajak semua siswa baru mengenal sekolah kita. Meskipun kita tahu kalau pasti sebagian dari siswa baru sudah ada yang mengenal lingkungan sekolah tapi kita bikin dengan konsep yang berbeda." Anindya menjeda sebentar untuk berjalan maju ke depan podium membuat Adi yang ada di situ bergeser untuk memberi ruang.
"Ok kita bikin kegiatan keliling sekolah kita ini dengan cara mencari teka-teki. Jadi startnya kita mulai di aula nanti tiap siswa baru kita bagi menjadi beberapa kelompok seperti pembagian kelas yang sudah ada supaya kita enggak pusing bagi kelompok lagi. Ini konsepnya seperti kita bermain pos dan setiap tempat atau ruangan yang penting di sekolah ini kita tempatkan 2 sampai 3 anggota OSIS untuk menjaga dan mengarahkan para siswa baru. Finisnya nanti kita ada di aula kembali." Akhirnya Anindya mengakhiri usulannya dan langsung kembali ke tempat duduknya.
Setelah memastikan Anindya telah duduk kembali Adi juga menuju podiumnya. "Terima kasih banyak pada Anindya untuk sarannya. Ok berarti dari pagi kita bermain pos dan pastikan pada pukul 10.00 WIB sudah selesai dan akan kita beri jeda 30 menit untuk istirahat kemudian dilanjutkan dengan pembagian sertifikat, pembagian kelas dan sambutan untuk penutupan langsung dari kepala sekolah. Untuk permainan pos akan aku serahkan sama Anindya ya." Mendapatkan amanah tersebut langsung diangguki oleh Anindya.
"Baik terima kasih atas kesediaan waktunya. Rapat ini kita tutup dan silakan kembali memantau para siswa baru." Satu persatu anggota OSIS mulai meninggalkan ruangan tak terkecuali Anindya.
Saat hendak melangkah keluar, Anindya merasa tangannya ditahan oleh seseorang dan saat dilihat ternyata itu Adi.
"Hari ini mau pulang bareng sama gue?." Tanya Adi dengan masih memegang pergelangan tangan Anindya.
🎀🎀🎀
Kalau buat temen-temen pernah ngga nih dianterin pulang sama crush kalian? Btw-btw gimana tuch rasanya? Bagi-bagi dong soalnya ngga berpengalaman dianter sama crush niih
Hihihii
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mess
Teen FictionSetiap wanita tak ada yang ingin apa yang menjadi miliknya terbagi dengan wanita yang lain, lalu bagaimana dengan takdir yang mempermainkannya? Ubis, nama yag biasa orang terdekatnya ucapkan. gadis manis yang menantikan teman kecilnya yang biasa dia...