10

27 6 2
                                    

"Selama hampir sepuluh tahun ini, apa yang lo rasain tanpa gue? Apa lo rindu sama sahabat kecil lo ini?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Aditya itu langsung membuat tubuh Anindya seolah mati kutu. "I-iya lah aku kangen! Kakak ga lupakan gimana aku sampai nangis kejer gara-gara kakak pindah ke luar kota?"

Setelah mengatakan itu Anindya langsung menstabilkan raut wajahnya agar tak terlihat konyol.

"Hehe lo masih sama ya Ubis selalu apa adanya, ekspresif tapi susah banget di tebak. Btw lo ga mau nanyain gua gimana...gitu?"

"Hufft.... kakak bagaimana selama hampir sepuluh tahun ini?"

Kini Aditya merubah posisi duduknya kembali agar menghadap Anindya dan secara reflek Anindya pun memposisikan dirinya menghadap ke arah Aditya.

"Dengerin gue! Selama hampir sepuluh tahun ini gue ga pernah punya temen cewe satu pun. Dan itu karena lo! Karena gue berfikir gue ga akan bisa dapatin Sahabat cewe kaya lo. Lo itu beda tau Bis dari cewe lain."

"Beda? Apa bedanya?"

"Gini deh! Coba sebutin apa yang lo tahu tentang gue?"
Anindya sempat berfikir sejenak mengenai pertanyaan kecil Aditya hingga akhirnya dia menyerah tidah tahu. "Ah a-aku ga tau kak, lupa?!"

"Nah itu dia! Lo ngaku sebagai sahabat gue dari kecil dan nangis kejer cuma gara-gara gue tinggal tapi lo sendiri ga tau apapun tentang gue. Padahal nih ya Bis, sadar ga sadar gue udah sering kasih tau tentang apa yang gue suka atau yang ga gue suka." Aditya menerangkan secara gamblang maksud dari perkataannya tadi pada Anindya.

"Iya-iya kak... aku ingat kok beberapa tentang kakak." Jawab Anindya sembari menampilkan senyum kudanya itu.

"Apa coba?"

"Ekhm... nih ya kak. Kamu ga bisa tahan sama suhu dingin, suka keju, suka olahraga, pengen jadi TNI-AD, ga terlalu suka yang manis terus...... terus apa lagi ya kak? Oh iya kakak juga suka lari apalagi kalau lari dari masalah...hahaha."

"Enak aja lo ngomong gitu hhh." Meski protes, tak ayal Aditya pun ikut tertawa bersama Anindya.

"Tapi lo bener sih! Lari dari masalah emang yang paling mudah buat dilakuin sama setiap orang. Gue harap lo jangan kaya gitu ya Bis. Bagaimana pun yang namanya masalah itu harus dihadapin jangan dihindarin, ok?"

Anindya hanya mengerjapkan matanya beberapa saat sampai akhirnya tersadar. "Ah kakak ngomong apa sih? Kaya iya ada masalah besar aja deh hehe."

"Gue serius Bis! Oh iya lo ngerasa ada yang aneh ga sama temen OSIS lo itu?"

"Hm... aneh? Apanya yang aneh? Dia itu baik kok kak, pemimpin yang baik dan teman diskusi yang asik."

Aditya menghela nafasnya panjang. "Lo polos atau bego sih? He's love you beb! Lo ga liat kemarin-kemarin cara dia ngelarang lo buat ikut makan ke kantin sama gue? Lo naif banget tau Ubis."

"Ih kakak! Ga baik bilang gitu. Aku pernah denger sih dari sahabatku Tania katanya Adi suka sama aku, cuma ya aku pura-pura ga tau aja. Aku takut aja kalau hubungan kaya gini bisa bikin hubungan pertemanan aku hancur kak. Lagian aku udah punya kakak, Khannya Ubis."

Tak tahu harus mengatakan apa lagi, yang jelas apa yang diucapkan Anindya sukses membuatnya terdiam. Dia memang merasakan hal lebih terhadap Anindya, Aditya mencintai Ubisnya, gadis kecilnya dan sahabat kecilnya. Namun setelah mendengar penjelasan Anindya mengenai hubungan dia sedikit menekan perasaannya sekalipun Aditya tahu bahwa Ubisnya juga merasakan apa yang dia rasakan.

Lepas Anindya mengatakan kalimat terakhirnya baik Anindya maupun Aditya tak ada lagi yang membuka suara, keduanya hanya berdiam menikmati malam bersama. Namun suara melengking milik Syafita kembali terdengar memecahkan keheningan damai dua remaja tersebut.

"Abang......!! Ayo cepat ke sini. Kata mamah kita mau pulang... Kakak besok-besok aja kalo mau pacaran!"

Mendengar hal itu langsung membuat Anindya tertawa begitupun Aditya yang langsung menghampiri adiknya diikuti Anindya di belakangnya.

"Eh kamu tuh masih kecil, ngerti apa soal pacaran hah?!"

"Abaaaang Fita ini udah kelas 3 SD jadi udah tahu mana yang pacaran mana yang enggak wleee." Syafita mengakhiri pembelaannya dengan menjulurkan lidah pada abangnya.

"Eeeh udah-udah ayo masuk katanya udah disuruh pulang?" Anindya menyela sebelum terjadi adu mulut kakak beradik ini.

🎀🎀🎀

Setelah acara makan malam itu hingga hari-hari berikutnya begitu berwarna bagi Anindya dan Aditya karena kini mereka kembali di dekatkan oleh jarak, waktu dan takdir. Namun sayangnya tak semuanya merasakan hari-hari menjadi lebih indah, tidak bagi Silsilya.

Menurut Silsilya harinya selalu monoton, abu dan tak tentu. Hanya sang bapak dan adiknya lah yang menjadi alasan kenapa dia mau menjalani hari beratnya. Bagaimana tidak berat? Bapaknya yang hanya bekerja sebagai buruh serabutan hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari dan tidak termasuk biaya sekolahnya dan juga adiknya.

Kemarin adiknya yang baru masuk sekolah dasar kelas 1 itu minta dibelikan alat belajar hitung sedangkan dirinya sendiri membutuhkan uang untuk membayar buku paket dan Silsilya tak berani meminta hal itu pada bapaknya begitupun adiknya yang hanya berani meminta itu padanya. Hal itu tentu sangat mengganggu fikiran Silsilya hingga membuatnya tak fokus saat belajar maupun berjalan di lorong sendiri seperti sekarang.

BRUUUG!

Tubuh mungil Silsilya itu tak sengaja menabrak tubuh seseorang yang memiliki tubuh lebih tinggi darinya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula! Mungkin itu peribahasa yang cocok untuk apa yang dialami Silsilya sekarang. Bagaimana tidak? Ternyata pemilik tubuh itu tak lain adalah Eloni Raesalonso, anak kelas 12 yang benar-benar disegani oleh para adik kelas karena terkenal dengan bagaimana ia memperlakukan siapapun yang sudah membuatnya tidak suka.

"AAHHK!!! Lo bisa jalan ga sih?! Liat!! Gara-gara lo yang jalan ga pake mata jadi bikin minuman gue tumpah dan seragam gue kotor kaya gini.!!" Eloni tak bisa menahan amarahnya dan memancing perhatian siswa lain.

"Ma-maaf kak maaf! Aku ga sengaja." Silsilya segera tersadar dari terkejutnya lalu berusaha mengelap seragam Eloni dengan tangannya numun sesegera mungkin ditahan oleh Eloni.

"Stop!! Jangan sekali-kali lo berani buat sentuh gue! Siapa sih lo? Lo ga tahu siapa gue hah?! Dasar ya lo!" Dalam per sekian detik tangan Eloni melayang di udar hendak menampar Silsilya namun belum juga sampai, ada sebuah tangan yang menahannya.

"Siapa lo? Sampai berani menghakimi orang dengan gaya sok berkuasa. Lo cuma kakak kelas di sini."

Eloni tak berani menjawab pertanyaan orang itu, dia hanya terdiam mengagumi paras sosok laki-laki yang berani melawannya itu. "El-lo.... Lo siapa?."

Laki-laki itu menurunkan tangan Eloni yang masih menggantung di udara. "Ck! Kenalin gue Aditya Jovan Khan, gue murid baru, pindahan dari Palembang kelas 12 IPA-2. Udah kenalkan sama gue?."

Setelah mengatakan itu Aditya langsung bergegas meninggalkan tempat itu dengan membawa serta Silsilya di belakangnya menuju ke arah taman.

Siapa sebenernya cowo itu?  Mukanya ganteng banget! Kenapa gue baru tahu ada cowo seganteng itu yang pindah ke sekolah ini. Pokoknya gue harus dapetin dia gimanapun caranya. Eloni hanya mampu membatin setelah kepergian Aditya.


🎀🎀🎀

Halo-halo hai....
Kangen ga nih sama Ubis dan Khan... maaf ya udah lama ga up... jangan lupa tinggalkan jejaknya ya...❤❤

Beautiful MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang