6

22 7 2
                                    

Kini Anindya tengah berdiri di depan ruang musik. Seperti usulnya kemarin bahwa hari terakhir MPLS akan dilangsung permainan pos dan Anindya pun sudah membagi beberapa anggota OSIS untuk berjaga di depan tempat yang menurutnya wajib diketahui oleh siswa baru.

Seperti ruang lab, perpustakaan, ruang UKS, ruang musik dan masih banyak lagi ruang eskul lainnya. Kebetulan karena jumlah anggota OSIS angkatannya ini ganjil maka jika di tempat lain di jaga oleh 4 anggota, Anindya memilih berdiri sendiri di ruang musik ini, Anindya sangat suka musik.

Saat sedang asyik menunggu kelompok dari tiap siswa baru, tiba-tiba Anindya merasa alam memanggilnya dan karena sudah tak bisa ditahan Anindya pun melesat cepat menuju kamar mandi.

Dari arah berlawanan terlihat Aditya yang berjalan santai yang juga akan menuju toilet namun tiba-tiba langkahnya terhenti kala melihat ruangan yang bertuliskan Ruang Musik membuat Aditya tak sadar masuk ke dalam yang ternyata pintunya dibiarkan terbuka. Di dalam sana, Adit melihat sekeliling ruangan itu dan matanya berhenti tepat di benda bertuts banyak itu, piano. Adit menyukai piano sejak kecil dia sudah merengek minta di masukkan ke tempat les musik, apalagi setelah mengetahui bahwa Ubis juga sangat menyukai musik.

Tangannya yang terampil mulai menekan tiap tuts piano tersebut. Memainkan tiap nada yang tercipta dari jari-jarinya yang lincah itu, setelah dirasa cukup untuk pemanasan jari-jarinya kini mulai menekan kembali tuts pianonya namun dengan nada dan melodi yang lebih jelas!

Aditya pun hanyut dalam permainannya sendiri.
Setelah menuntaskan panggilan alamnya Anindya langsung menuju ruang musik takut jika kelompok dari siswa baru sudah sampai dan menunggunya. Namun dewi fortuna belum berpihak padanya karena saking buru-burunya Anindya sampai tak melihat sampah plastik bekas minumam es di depannya membuat dia terpeleset dan jatuh tepat di depan tong sampah.

"Aduuh!" Anindya mengeluh sakit sesaat setelah terjatuh. Tangannya tak sengaja tersayat bagian lantai yang retak hingga sedikit berdarah dan hal itu membuat Anindya meringis perih.

"Ada-ada aja sih gue ini! Masih baik  cuma lecet dan darah yang keluar cuma sedikit." Anindya hendak bangkit namun matanya menangkap benda berwarna merah muda di dekat tanaman pagar yang berjejer.

Anindya pun menghampiri benda yang menarik perhatiannya itu. "Loh ini kan jepit rambut gue? Kok bisa ada di sini sih. Eh iya ya ampun gue lupa pasti anak-anak udah  sampai di ruang musik kan ya? Yaudah sebaiknya gue cepet ke sana."

Anindya pun melangkah kembali menuju ruang musik dengan tergesa tidak kapok setelah jatuh tadi. Dan sepertinya kemalangan tengah berpihak padanya hingga setelah jatuh kini Anindya hampir jatuh kembali, tubuhnya terhuyung karena tertabrak tubuh seseorang yang tinggi tegap. Mungkin jika lengannya tak dicekal oleh pemilik tubuh itu sudah dipastikan dia akan jatuh.

"Eh maaf-maaf gue enggak sengaja." Aditya langsung meminta maaf saat tak sengaja menubruk tubuh seseorang. "Loh Anin? Ngapain lo ke sini sampai buru-buru gini?." Lanjut Aditya.

"Eh kak Adit? Maaf juga ya kak! Gue lagi jaga ruang musik kak ini kan hari terakhir MPLS dan buat ngenalin lingkungan sekolah gue ngadain permainan pos kak." Jawab Anindya panjang lebar. "Kakak sendiri lagi apa? Harusnya kan masuk kelas?." Anindya kembali bertanya.

"Tadi gue mau ke toilet sih cuma lihat  ruangan ini enggak ditutup jadi yaudah masuk aja dan tadi gue-" Belum sempat menyelesaikan jawabannya tiba-tiba dari arah samping terdengar  suara lain yang ikut bergabung.

"Permisi kak!" Anindya dan Adit langsung tertuju pada satu titik secara bersamaan. "Kita dari kelompok 3 mau melanjutkan misi kak." Ternyata yang datang adalah kelompok dari siswa baru.

"Iya-iya silakan masuk isi absensi ini dulu ya terus nanti kakak akan kasih challenge buat kalian melanjutkan ke pos selanjutnya." Anindya mempersilahkan anak-anak itu untuk masuk dan menunggu sebentar sembari ia menyelesaikan obrolannya dengan Aditya di depan pintu masuk.

"Yaudah Nin gue mau ke kelas dulu takut ganggu lo bertugas. Sebenarnya di kelas gue lagi ada jam kosong."

"Oh ya? Yaudah kakak di sini aja temenin gue kasih challenge buat para siswa baru."

"Emang boleh?"

"Boleh dong siapa yang ngelarang Anindya? Hahaha." Perbincangan itu diakhiri dengan gelak tawa bersama, hingga suara dari siswa yang sudah menunggu pun menyadarkan kegiatan mereka untuk kembali bertugas.

Terhitung dari awal mulai ada sekitar 20 kelompok dengan masing-masing beranggotakan 10 siswa/i. Dan kini kelompok terakhir sedang melakukan challenge yang diberikan oleh Anindya dan Aditya yaitu menyanyikan sebuah lagu dengan instrumen internal.

Kelompok terakhir ini termasuk kelompok yang cukup hancur mungkin karena isinya perempuan semua dan pengetahuan mereka mengenai musik yang kurang memadai, namun begitu baik Anindya maupun Aditya tetap memberikan penghargaan pada mereka berupa teka-teki untuk menuju pos selanjutnya.

"Wah capek juga ya jadi lo Nin. Kalau harus mengurus ini semua sendirian."  Aditya mulai membuka pembicaraan setelah mereka duduk lesehan di bawah.

"Enggak juga kok kak. Ini kebetulan aja gue yang pengen jaga di pos musik sendirian. Tapi kalau kegiatan yang lain kan rame banyak anak OSIS yang lain jadi enggak capek banget malahan jadi seru."

Aditya mengedarkan pandangannya lalu berhenti pada satu titik, gitar. Aditya pun bangkit lalu menuju gitar yang ia tuju sedangkan Anindya masih setia melihat setip gerakan yang dilakukan oleh Adit. "Mau nyanyi bareng enggak?."

"Suara gue jelek loh kak, yakin mau dengar gue nyanyi?."

"Oh ayo! Siapa takut? Nih lo dengar dulu intronya ya"

(Suara petikan gitar mulai terdengar)

"Ini lagu Cinta satukan kita-Judika?." Aditya hanya menganggukkan kepala dan Anindya pun langsung masuk pada partnya.

Dia sepi di sini
Tak seperti yang lain
Walau sudah takdirnya
Namun dia tetap tersenyum...

Bahagialah bila...
Kau masih punya mimpi
Hidup hanya sekali berikanlah yang terbaik...

Merindukan purnama
Bertahan walau di dalam duka
Bersyukurnyalah kita
Masih banyak yang sayangi kita
Merindukan purnama
Meraih cinta
Cinta yang menyatukan kita...

Lagu ini selalu berhasil membuat Anindya merindukan Khan dengan begitu dalamnya. Tak sadar air matanya jatuh tanpa permisi membuat Aditya sedikit bingung.

"Eh-eh kok.... kok lo nangis? Aduh a-ada yang salah ya udah dong jangan nagis lagi gue bingung ini, nanti kalau ada orang yang masuk terus nyangkanya gue ngapa-ngapain lo." Nada khawatir yang dilontarkan oleh Aditya sontak membuat Anindya terkekeh pelan disela tangisnya.

"Hehe enggak kok kak hiks..., enggak ada yang salah. Lagu ini memang dalam banget artinya buat gue. Lagu ini selalu berhasil bikin gue merindukan seseorang yang jauh dan sampai sekarang rindunya masih sama dan semakin dalam gue rasain hiks.... maaf ya kak udah bikin kakak bingung gini." Anindya mulai sedikit tenang dan mengusap air matanya sendiri.

"Sedalam itukah rindunya?-"

🎀🎀🎀

Halo-halo hai....
Khan dan Ubis balik lagi...
Gimana chapt kali ini?
Semoga suka dan jangan lupa tinggalkan jejaknya ya....❤❤

#stayhealthy
#pakaimaskermu

Beautiful MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang