13

11 3 0
                                    

"Eh dasar ya lo Weng! Enak aja lo nyegat acara konser gue." Dan di sinilah acara memburu dan diburu antara Tania, Weng dan Walu terjadi.

"Heh Adi!! Bilangin dua temen lo yang absurd ini buat ga usah gangguin konser gue." Seruan Tania hanya dijawab kekehan kecil oleh Adi

"Tania.... Udah deh mending sini, kamu pasti capek abis konser."

"Aaah lo berdua sama aja tau ga! Lo juga Anin, lo ini sahabat gue ga ada pembelaannya banget buat gue." Ya meski merajuk seperti itu tak urung juga Tania mengikuti ucapan Anindya untuk duduk dari pada mendebat teman-temannya.

"Ya sorry Tan..... Gue di sini emang ketua OSIS dan super sibuk jadi ya....kasih sedikitlah gue hiburan lo kaya gini hahaha...." Jawaban Adi pun tak memberi kesan baik bagi Tania malah sekarang satu kelas menertawainya.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang membuat seisi kelas otomatis menyatukan pandangan ke arah sumber suara. Hampir semuanya tak mengenal sosok laki-laki yang berdiri di depan kelas tersebut.

"Mh... Maaf apa ada yang bernama Anindya Rahayu Lubis?." Pertanyaan laki-laki tersebut tak ada yang menjawab. Satu kelas hanya sibuk saling pandang dan seketika semua pandangan tertuju pada Anindya.

Seakan mengerti dengan situasi membuat Anindya langsung bangun dari duduknya hendak menghampiri laki-laki tersebut, namun baru selangkah dia bergerak tangannya sudah di cekal oleh Adi yang ternyata ikut bangun bersamanya. "Lo kenal sama dia?"

"Ga sih, aku ga kenal tapi wajahnya kaya Familiar gitu. Udah kamu tenang aja aku rasa dia ga ada niat buruk." Dengan berat hati, Adi pun melepaskan cekalannya pada Anindya dan membiarkannya pergi menghampiri laki-laki tersebut.

"Bisa ikut gue sebentar?."

"Mh.... Maaf! Mau kemana?." Tanya Anindya bingung.

"Ga jauh kok, cuma di kantin aja." Laki-laki itu langsung menarik Anindya untuk mengikutinya meski dengan Anindya yang meracau sekaligus bingung.

"E-eeh tapi ini masih jam pelajaran."

Tanpa mendengarkan ucapan Anindya, laki-laki tadi tetap membawa Anindya menuju kantin. Begitu sampai, laki-laki itu memilih tempat duduk tepat di pojokan agar lebih leluasa bicara dengan Anindya.

"Aduuuh kamu ini siapa sih? Seenaknya narik-narik tanganku." ucap Anindya seraya menyentakkan tangan laki-laki itu.

"Maaf-maaf! Sebelumnya kenalin nama gue Fandy Saputra. Kita pernah ketemu waktu di Rumah Sakit, lo ingat?" jelas laki-laki yang menyebut dirinya Fandy itu.

"Fandy, Rumah Sakit? Oooh yang bulan lalu kamu sedih karena kehilangan mamah kamu?" tanya Anindya mememperjelas.

"Iya Nin. Maaf sebelumnya kalau kedatangan gue bikin lo ga nyaman. Gue cuma mau bilang makasih sama lo karena kalau ga ada lo, mungkin gue udah putus asa dan mati konyol, hehe..." ujar Fandy.

Hari itu Anindya sedang berada di Rumah Sakit untuk check up rutin bersama bundanya. Sembari menunggu giliran Anindya memutuskan untuk berkeliling di taman RS terlebih dahulu agar tidak terlalu bosan. Saat sampai di taman Anindya langsung memilih duduk di kursi taman dekat pohon rindang. Baru saja Anindya mendudukkan pantatnya di kursi, tiba-tiba dari balik pohon itu Anindya mendengar suara. Suara itu terdengar pilu sekali seperti suara tangisan yang tertahan.
'Aduuuh kok siang bolong gini ada hantu nangis sih?' batin Anindya.

Ya meski takut, tak urung jua Anindya tetap berusaha untuk mencari tahu sosok  seperti apa yang terisak di balik pohon RS pada siang hari seperti ini. Anindya mulai bangun dari duduknya dan berjalan mengendap untuk melihat sesuatu itu.

Dengan perasaan takut, badan gemetar dan jantung yang berpacu lebih kuat Anindya berusaha sekuat mungkin agar tidak lari terbirit. Namun begitu Anindya bisa melihat sesuatu di balik pohon itu ternyata tak sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Sosok itu ternyata seorang laki-laki remaja yang usianya mungkin sama dengan dirinya.

"Hei! Kamu kenapa kok nangis di bawah pohon gini?" tanya Anindya pada lelaki itu, membuat yang ditanya pun berbalik badan.

"Siapa lo? Udah sana jangan ganggu gue!" bentak lelaki itu.

"Oooh kenalin nama aku Anindya kamu boleh panggil Anin. Sini deh!" bukannya takut Anindya malah memperkenalkan diri dan mengait tangan laki-laki itu duduk pada tempat yanh di duduki sebelumnya.

"Kamu lagi sedih ya? Kamu abis kehilangan orang terkasih? Kalau iya aku turut berduka cita ya..." laki-laki itu belum juga merespon ucapan Anindya.

"Aku mungkin ga tahu apa yang kamu rasain sekarang, tapi aku tahu gimana rasanya ditinggal orang terkasih. Tapi hal itu juga bukan berarti kamu harus terpuruk, coba deh bayangin kalau kamu terus menerus menangisi kepergiannya! Apa kamu tega lihat dia ga tenang untuk pergi dari dunia ini?. Kamu percaya sama impian ga? Dan kamu pasti tahu dong apa impian terbesar orang terkasih kamu itu? Kalau iya kamu tahu, maka tugas kamu sekarang adalah mewujudkan  apa impian orang terkasih mu bukan malah semakin menambah bebannya." jelas Anindya panjang lebar dan membuat laki-laki itu mulai menatap Anindya.

Anindya mengambil nafas pelan lebih dulu lalu memandang arlojinya dan ternyata sudah waktunya. "Kamu pikirkan baik-baik ya ucapan ku dan aku mau pergi dulu daaah... Semoga bisa bertemu lagi dengan keadaan yang lebih baik." Anindya pun meninggalkan laki-laki itu yang terdiam menatap kepergiannya.

Anindya ikut terkekeh bersama berakhirnya ujaran Fandy. "Iya gapapa kok Fan, aku cuma kaget aja tadi."

"Oh iya Fan, kamu ke sini cuma nemuin aku aja?" lanjut Anindya.

"Hehe ga lah, PD banget kamu. Aku kesini abis ngurus kepindahan sekolahku dari sekolah yang lama. Terus waktu di ruangan kepala sekolah katanya kalau aku tertarik di organisasi aku bisa hubungin sekretaris OSIS. Berhubung sekretarisnya itu kamu, yaudah sekalian aja aku bilang makasih" ucap Fandy yang kelewat jujur hingga membuat gadis di depannya itu tersipu malu setengah mati.

"Aduuuh gue jadi malu, hehehe." Anindya tersenyum kikuk. "Eh tapi kenapa kamu pindah sekolah?" tanya Anindya.

"Iya jadi, waktu itu aku nangis sendirian itu karena bundaku baru aja meninggal. Karena kejadian itu juga aku terpuruk dan mogok sekolah ya.... Kamu bisa tahu sendiri lah kelanjutannya" Anindya menganggukkan kepalanya tanda paham.

Setelah mengatakan itu, akhirnya pembicaraan mereka mengalir jauh mulai dari tentang sekolah hingga informasi mengenai diri masing-masing. Mereka sama-sama larut dalam pembicaraan itu sampai tak sadar jika waktu istirahat sudah berdering dan kantin pun mulai dipenuhi siswa/i lain bahkan kehadiran dua orang di belakang mereka pun tak di sadari keduanya.

"Ekhem!"

Halo-halo hai...!
Hari ini aku double up jadi tolong pengertiannya ya hehehe😆😆😆
Semoga kalian selalu stay dan suka sama cerita ini ya
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya
#staysafe
#dirumahaja

Beautiful MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang