4

24 8 2
                                    

"Hari ini mau pulang bareng sama gue?." Tanya Adi dengan masih memegang pergelangan tangan Anindya.

Anindya berdehem untuk menetralkan rasa terkejutnya. "Maaf ya Adi kita lihat nanti aja soalnya tadi ayah bilang mau jemput gue." Setelah mendengar jawaban Anindya seketika membuat Adi melepaskan cekalan tangannya sembari menampilkan senyum paksa.

"Oh iya gapapa kok Nin. Yaudah nanti kab...-" Belum sempat menyelesaikan bicaranya, tiba-tiba terdengar suara gaduh di depan ruangan OSIS itu membuat Adi diam sebentar.

"Ada apa ya di depan? Kok ribut banget kayanya!." Lanjutnya kemudian berlalu menuju keluar diikuti Anindya di belakangnya.

Sesampainya di luar terlihat murid laki-laki tengah berdebat dengan murid perempuan yang diketahui adalah salah satu siswa baru. Siswa  baru itu terlihat sedang memohon pada murid laki-laki itu membuat Adi dan Anindya pun menghampiri mereka berdua.

"Ada apa ini? Jangan bertengkar di depan ruangan OSIS masih baik rapatnya sudah selesai." Dua siswa itu pun sontak terdiam setelah mendapat teguran dari sang ketua OSIS.

"Ma-maaf kak aku enggak bermaksud bikin kegaduhan tapi aku cuma menjalankan games dari kakak buat cari tanggal lahir kakak kelas yang sama denganku. Tapi kakak ini engga mau membantu." Jawab siswa baru itu seraya menunjuk ke arah kakak kelas yang dia maksud membuat Adi dan Anindya menoleh ke arah yang sama.

Kakak kelas yang ditunjuk pun merasa tak terima karena di tuduh tidak mau membantu siswa baru itu dan langsung melayangkan protes.

"Eh apaan? Gue udah bilang ke lo kalo gue akan tanda tangan itu asal lo mau bantu gue cari jepit rambut yang lo ilangin waktu tadi lo senggol gue." Seketika semuanya menatap ke wajah kakak kelas tersebut dan Anindya baru sadar jika kakak kelas itu adalah Aditya.

"Tunggu-tunggu! Jepit rambut? Maaf kak tapi kakak ini laki-laki dan jepit rambut buat perempuan bukan?." Adi segera menyela ucapan Adit karena merasa aneh.

"Anak TK juga tahu kalau jepit rambut itu buat perempuan dan itu memang milik  perempuan yang spesial." Adit kembali bersuara dengan malas.

'Kak Adit menyimpan jepit rambut? Untuk apa?.' Tanya Anindya dalam hati.

"Yaudah kak Adit mending kasih aja tanda tangannya kalau iya memang tanggal lahir kakak sama dengan....-" Anindya menghentikan ucapannya kemudian menengok ke arah siswa baru tadi guna menanyakan namanya.

"Silsilya kak." Jawab siswa baru tersebut dengan cepat.

"Ok Silsilya. Dan lo juga nanti harus tetap cari jepit rambut milik kak Adit bagaimana?  Sudah bisa berdamai?." Tanya Anindya sekali lagi pada keduanya.

"Iya kak aku mau kok bantu cari jepit rambutnya tapi kakak mau ya kasih tanda tangannya ke papan namaku?." Akhirnya Adit menganggukkan kepalanya membuat siswa baru bernama Silsilya itu tersenyum senang.

"Nah masalahnya sudah selesaikan? Sekarang juga waktunya istirahat untuk Silsilya lo cepat makan karena setelah ini akan ada kegiatan lagi." Silsilya pun segera meninggalkan tempat itu menuju temannya yang ada di ujung koridor menyisakan Adit, Anindya dan Adi.

Entah kenapa keadaan tiba-tiba menjadi hening dan sedikit tegang. Hingga Adit memulai perbincangan. "Sekarang gue mau lo nemenin gue makan di kantin." Adit langsung meraih tangan Anindya membuat Adi sedikit membesarkan bola matanya merasa risi melihat itu.

"Maaf kak, Anindya sibuk dan kakak jangan seenaknya narik tangan Anindya kayak gitu." Dengan tegas Adi menunjukkan ke tidak sukaannya pada Adit. Saat hendak menjawab ucapan Adi tiba-tiba disela oleh Anindya.

"Gapapa kok Di. Gue enggak sibuk-sibuk banget dan lo tenang aja gue kenal kok sama kakak ini. Dia namanya kak Aditya dan ini Adi kak, ketua OSIS di sini." Anindya pun memperkenalkan mereka berdua dan disambut jabatan tangan oleh keduanya.

"Salam kenal ya Di. Dan dengar bukan kalau Anindya engga sibuk kayak yang lo bilang tadi. Yaudah ayo Nin gue udah lapar." Anindya pun menganggukkan kepalanya.

"Gue duluan ke kantin ya Adi." Mereka pun berlalu meninggalkan Adi yang masih diam terpaku melihat Anindya pergi ke kantin dengan seorang laki-laki selain dirinya.

Setelah tiba di kantin Adit langsung menuju stand penjual mie tiaw milik mang Ujang. "Dua porsi mie tiaw tanpa sawi hijau dengan wortel ekstra. Minumnya Green tea double milk sama es teh manis tapi gulanya jangan banyak-banyak, cukup seujung sendok kecil aja. Kita tunggu di meja ujung sana ya mang."

Tanpa menunggu jawaban mang Ujang, Adit langsung menuju tempat yang persis seperti yang digunakan Anindya kemarin dengan tangannya yang belum lepas menggenggam tangan Anindya.

Saat sudah duduk pun tangan mereka masih saling terkait. Hingga Anindya sadar dan melepaskan genggaman Adit.

"Oh maaf Nin, tangan lo bikin nyaman." Dengan entengnya Adit mengatakan itu tanpa sadar membuat Anindya tersipu.

"I-iya kak gapapa kok. Tapi kakak kok tahu kalau gue suka mie tiaw  dengan wortel ekstra tanpa sawi hijau? Minum kesukaan gue juga kakak tahu dari mana?." Adit yang diberi pertanyaan hanya diam sembari mengingat jawaban apa yang dia berikan agar terlihat jujur.

"Lo lupa? Kemarin gue lihat lo makan di sini sendiri dengan menu yang gue sebutkan tadi ke mang Ujang? Lagian gue juga sama kaya lo, enggak suka sawi hijau." Jawaban Adit tak sepenuhnya berbohong karena memang dia tak suka dengan sawi hijau.

Anindya hanya membalasnya dengan membentuk huruf O. Dan keduanya pun hanya diam menikmati pemikiran masing-masing hingga pesanan mereka pun datang. "Wah sekarang neng Anin teh sudah ada teman makan ya?." Ucap mang Ujang di selamat kegiatannya menata makanan di meja Aditya dan Anindya.

"Mang Ujang bisa aja. Gapapa kan mang kalau Anin di temenin? Hehehe." Kekehan Anindya lolos begitu aja setelah menjawab pertanyaan pria paruh baya itu membuat Adit terkagum melihat senyum manis milik Anindya.

Begitu selesai menata makanan mang Ujang pun permisi undur diri, baik Aditya maupun Anindya kini fokus menyantap makanan sambil sesekali mata Aditya yang melirik ke arah Anindya. Tiap detiknya semua gerak-gerik Anindya tak lepas dari jangkauan laki-laki di sampingnya ini, entah kenapa mata itu tak mampu lepas dari pesona yang Anindya tawarkan. Setiap menatap wajah Anindya membuat dia teringat akan Ubisnya yang pernah ia tinggalkan 10 tahun lalu. Ah! Rasanya sungguh sesak saat bagaimana Ubisnya yang menangis tersedu di gendongan sang ayah.

🎀🎀🎀

Hari itu terlewat cukup menyenangkan bagi Anindya hingga tak sadar senyumnya merekah mengiringi perjalanan pulangnya dengan sang ayah dan membuat ayahnya mengerutkan dahi melihat putri semata wayangnya ini tersenyum selama perjalanan.

"Ekhem! Kayanya anak ayah lagi seneng banget ya? Apa jangan-jangan anak ayah ini lagi jatuh cinta?." Mendengar kalimat terakhir ayahnya membuat Anindya terkejut bukan main.

"Ih ayah..... apaan sih? Ubis enggak lagi jatuh cinta kok. Kan Ubis mau nungguin Khan jemput Ubis, jadi Ubis enggak mungkin jatuh cinta sama laki-laki selain Khan." Dengan tegas Anindya menjawab pertanyaan sang ayah, membuat sang ayah hanya tersenyum mengejek putrinya itu.

Akhirnya anak dan ayah Itu pun sampai di rumahnya. Anindya langsung menuruni mobil dan berputar menuju pintu ayahnya untuk membukanya. "Silakan ayahku tercinta, pintu sudah terbuka dengan sendirinya hehehe." Lagi tawa kecil itu terpatri di bibir indah Anindya.

"Terima kasih tuan putri...hahahaha." hal itu juga disambut tawa oleh sang ayah. Mereka melangkah bersama menuju pintu masuk, ketika pintu sudah terbuka dan menampilkan sosok bidadari tak bersayap dengan senyum simpul yang sangat pas dengan wajahnya ya siapa lagi jika bukan sang bunda.

"Assalamualaikum bunda..." Anindya langsung menyalami punggung tangan mamahnya disusul dengan sang mamah yang menyalami punggung tangan ayahnya, tak lupa sang ayah memberi kecupan hangat di dahi sang istri.

"Ih ayah sama bunda bikin iri Ubis aja deh. Awas ya nanti kalo Khan udah jemput aku, pasti bunda sama ayah yang akan iri lihat aku." Setelah mengatakan itu Anindya langsung berlari kecil menuju kamarnya menyisakan kedua orang tuanya yang tersenyum geli melihat tingkah anaknya.

Halo-halo hai....
Kembali lagi bersama Khan dan Ubis.
Kali ini gimana? Semoga kembali menghibur kalian semua ya... Maaf jika banyak kesalahan
Ok jangan lupa tinggalkan jejaknya ya...💕💕

#stayhealthy
#pakaimaskermu

Beautiful MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang