Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas kemarin. Seorang gadis yang tengah menatap dirinya di depan cermin guna memastikan penampilannya agar sempurna tengah bersiap untuk berangkat sekolah.
"Ok sudah siap. Sekarang tinggal berangkat ke sekolah dan ketemu adik kelas baru." Ucap gadis tersebut menampilkan senyumnya lalu bergegas keluar untuk mengisi perutnya. Namun, saat di tengah pintu kamarnya gadis tersebut menghentikan langkahnya.
"Tunggu dulu! Kayaknya ada yang kurang dari penampilan gue, tapi apa ya?." Dia pun berpikir sejenak. "Oh iya, kalungnya!!"
Gadis itu langsung kembali ke depan meja riasnya lalu segera mencari kalungnya. "Untung aja enggak lupa. Nanti kalo tiba-tiba ada Khan lewat terus enggak ngenalin gue kan bisa berabe." Gadis itu kembali bermonolog sambil memakai kalungnya dan segera menuju ruang makan.
"Halo semuanya.... Selamat pagi! Ubis yang lucu dan sangat-sangat cantik ini datang." Gadis yang menyebut dirinya Ubis itu berseru dengan lantang membuat seisi rumah mendengar suaranya.
"Pagi juga sayang ayo cepat makan nanti kamu telat ini sudah jam 6, ayah juga harus segera ke kantor." Jawab Yuliya bunda dari Ubis sedangkan ayahnya, Rahadi hanya menggelengkan kepala melihat interaksi keduanya.
"Ok bunda... Ubis mau roti sama selai coklat dengan taburan kismis di atasnya. Seperti biasa." Sahut Ubis berlagak memesan makanan di sebuah Cafe. Ini merupakan kebiasaan paginya selalu sarapan dengan roti berisi selai coklat dan taburan kismis. Masih sama seperti dulu saat Khan masih bersama Ubis. Ucap Ubis dalam hati seraya menampilkan senyum manisnya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 10 menit akhirnya Ubis sampai di sekolahnya yaitu SMU Budi Bhakti. Tepat pukul setengah tujuh ia sampai dan segera memasuki ruang OSIS, ya di sini Ubis adalah anggota OSIS dan menjabat sebagai sekretaris selain itu karena kegemarannya akan musik membuat Ubis juga bergabung dalam ekstrakurikuler musik.
Saat memasuki ruang OSIS terlihat Adi Rifandi sang ketua OSIS yang tengah menatap ke arah tumpukan berkas keanggotaan OSIS.
"Hai Di... lagi apa?." Sapaan itu membuat yang punya nama menengok ke arah sumber suara.
"Eh Anin! Ini gue lagi meriksa ulang nama siswa-siswi baru buat penempatan kelas." Jawab Adi yang sibuk memperhatikan data di hadapannya.
"Udah selesi belum? Kalo belum biar gue bantu ya?." Lanjut Anin.
"Oh enggak usah Nin ini juga udah selesai kok mending lo ke lapangan sekarang. Kayanya udah mulai baris deh." Ujar Adi seraya tetap berkutik dengan berkas datanya.
"Oh yaudah kalo gitu gue langsung ke lapangan ya." Ubis pun segera menuju lapangan setelah mendapat anggukan dari sang ketua OSIS.
Jangan heran kenapa Adi memanggil Ubis dengan sebutan Anin itu memang karena panggilan Ubis di khususkan untuk keluarga dan orang terdekat. Setelah sampai di lapangan ternyata benar siswa baru sudah mulai berbaris untuk mengikuti apel pembukaan dan Anin segera berdiri di belakang barisan siswa baru untuk memantau jalannya apel pagi ini. Saat sedang asyik mengawasi para siswa baru yang berbaris, tiba-tiba dia melihat satu siswa laki-laki yang berjalan dengan santai tanpa membawa perlengkapan MPLS seperti papan nama dan yang lainnya. Anin pikir dia salah satu siswa baru hingga akhirnya Anin pun menghampiri siswa tersebut.
"Eh Isma lo awasi barisan ini ya gue mau ke sana sebentar." Anin menitipkan barisan yang ia jaga pada teman sesama OSIS yang ada di sebelahnya.
"Eh tunggu! Lo kenapa datang terlambat? Siswa baru? Terus kemana peralatan MPLS lo? Baru jadi siswa baru aja udah belagu sok jadi kakak kelas banget lo."
Sedangkan yang diberi pertanyaan tersebut hanya melongo kebingungan. "Eh enak aja! Gue ini bu...-" Anin langsung menyela hingga membuat siswa tersebut tak sempat menjawab.
"Udah deh enggak usah banyak bicara ya, gue tau lo itu siswa baru. Sekarang ikut gue ke ruangan kepala sekolah dan lo! Enggak usah jelasin apa-apa." Anin menyeret siswa tadi tanpa mendengarkan pembelaan dari siswa tersebut.
Aksi seret menyeret itu pun langsung menjadi pusat perhatian semua siswa baru yang tengah berbaris bahkan tak sedikit dari mereka yang berbisik. "KALIAN SEMUA BISA DIAM?!! TOLONG HARGAI YANG SEDANG BERBICARA DI DEPAN.!" Ucap pembina apel pagi itu penuh emosi.
_
____
BRAAK!!Suara dobrakkan pintu yang dibuka paksa terdengar begitu keras hingga membuat orang yang ada di dalam ruangan itu terkejut bukan main.
"Ada apa ini Anindya? Kamu tidak sopan sekali sama bapak!." Ucap pak Ahmad selaku kepala sekolah SMU Budi Bhakti, sedangkan yang ditanya tadi hanya cengengesan tak karuan.
"Hehe maaf pak saya ada hal penting sama bapak." Jawab Anin kemudian masuk ke ruangan kepala sekolah dengan masih menyeret tangan siswa tadi.
"Memang ada hal penting apa? Sampai-sampai kamu lupa caranya ketuk pintu?!." Tanya pak Ahmad lagi.
"Ini pak ada siswa baru yang datang terlambat udah gitu enggak bawa perlengkapan MPLS. Liat saja pak dia ke sekolah cuma bawa tas doang." Jawab Anin lagi panjang lebar.
"Udah? Kamu yakin kalau dia ini siswa baru? Coba kamu tanya." Tukas pak Ahmad menjawab pertanyaan Anin.
"Sebelumnya perkenalkan pak saya Aditya Jovan Khan biasa dipanggil Aditya. Saya siswa kelas 12 pindahan dari Palembang pak." Jelas siswa laki-laki tadi yang menyebut dirinya Adit.
"Dan permisi?! Bisa lepaskan tangan saya?!." Tanya Adit sembari menatap ke arah tangannya yang masih dipegang oleh Anin hal itu sontak membuat Anin langsung melepaskan tangannya dari tangan Adit.
"Sudah jelaskan Anin? Sekarang kamu kembali awasi anak-anak MPLS dan jangan lupa minta maaf sama Adit. Sekarang silakan kalian bisa keluar dari ruangan bapak." Ucap pak Ahmad dengan menunjuk pintu keluar pada kedua siswanya.
Selesai masalah itu Anin langsung menuju lapangan kembali untuk mengikuti acara MPLS lagi dengan masih menahan malu karena kejadian tadi.
🎀🎀🎀
Huuwaaa Anin gwenchana? Pasti malu banget ya ngga sih?
kira-kira temen-temen kalau ada di posisi Anin mau gimana? Apakah akan berpura-pura menjadi rumput tetangga yang hijau atau akan menenggelamkan diri kalian di Samudra terdalam?
Wkekekek semoga ngga ada yang mengalami hal serupa ya, soalnya author pernah tuh salah manggil nama orang dan malunya minta ampuuun dj, hihiih
okey-okey cukup malah buka aib sendiri, oh iya jangan lupa tinggalkan jejaknya yaaaah
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mess
Fiksi RemajaSetiap wanita tak ada yang ingin apa yang menjadi miliknya terbagi dengan wanita yang lain, lalu bagaimana dengan takdir yang mempermainkannya? Ubis, nama yag biasa orang terdekatnya ucapkan. gadis manis yang menantikan teman kecilnya yang biasa dia...