Sehun POV
Halo, ini Oh Sehun.
Sekarang adalah kali pertama kalian akan tau apa yang gua pikirin, apa yang gua rasakan dan apa yang terjadi sama gua selama ini.
Gua lahir di keluarga berada yang harmonis. Orang tua gua selalu menuruti apa yang gua ingin, karena kata mereka gua ini harta berharga mereka. Bahkan mereka bersedia membeli bumi dan seisinya untuk gua, karena sekali lagi..bagi mereka, gua ini harta berharga.
Kehidupan masa kecil gua habiskan dengan kebahagiaan, yang dimana setiap paginya dimandikan oleh Mama/Papa sambil memainkan bebek karet di bathup, lalu dipakaikan baju, disuapi saat makan pagi sambil diajak berbincang yang dimana disaat gua bercerita mereka akan menanggapinya antusias, setelah itu diantar jemput ke sekolah, sore harinya pergi ke kebun belakang rumah bersama Mama untuk merawat tanaman-tanamannya, menyambut Papa pulang dari kantornya, main dengan Papa, lalu disaat malam tiba mereka akan tidur di kedua sisi gua sambil Mama menceritakan dongeng pengantar tidur.
Gua masih ingat, bahkan sangat ingat. Rasanya nyaman didekap oleh mereka seolah tidak ada hal yang bisa menyakiti gua di dunia ini, karena gua punya dua pelindung.
Kadang waktu tengah malam gua terbangun dari tidur dan gua selalu memandangi wajah lelap mereka bergantian sebelum kembali tertidur. Gua berdoa pada Tuhan dengan mengangkat kedua tangan mungil gua saat itu, gua berdoa semoga Tuhan memberikan Mama Papa umur yang panjang agar bisa selalu di kedua sisi gua. Itu memang hanyalah doa sederhana, tapi.. sampai saat ini gua selalu melafalkannya.
Dan gua masih terlalu kecil untuk mengerti sebuah kata 'manusia pasti berubah'. Saat itu, Papa seringkali pulang malam dan dia enggak pernah lagi tidur di samping gua. Kalau tengah malam gua terbangun, gua enggak lagi mendapati wajah lelap Mama Papa melainkan Mama yang sedang menangis. Hal seperti itu berlangsung sekitar 1 Minggu lamanya.
Gua pandangi wajah penuh air mata Mama sambil mengusap pipinya dan berkata, "Mama, jangan menangis". Lalu Mama mendekap gua sambil terisak, ia menangis hebat malam itu. Rasa sakit yang dirasakan Mama pun ikut turut gua rasakan.
Hingga mimpi buruk itu pun tiba. Pada pagi hari yang sedang hujan, Mama berjongkok di hadapan gua. Ia menatap mata gua sambil menangkup pipi gua.
"Sehun anak baik kan?" Begitu katanya. Gua mengangguk, menjawab pertanyaannya.
Air mata Mama kembali turun menelusuri pipi indahnya. Malaikat tanpa sayap gua menangis, lagi. Bahkan gua rasanya lupa senyuman indah itu terpatri di wajah cantiknya.
Tangan lentiknya menggenggam kedua tangan gua yang ada di pipinya. Mata polos gua menatap dia dengan penuh tanya.
"Anak tampan yang baik, kamu mau kan menunggu Mama kembali?"
"Mama mau kemana?"
"Hanya pergi untuk berlibur, Sehun baik-baik di rumah dengan Papa ya sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ephemeral ; hunsoo✓
Fanfiction[eleven's : 02][completed] Bagi Jisoo, semuanya terasa tiba-tiba dan mengejutkan. Dimulai dari pernyataan cinta Sehun si ketua OSIS yang menurutnya angkuh dan menyebalkan, hingga sampai pada hari sedih yang mematahkan hatinya sedemikian rupa. Tapi...