1 9: Sebuah kejutan

1.6K 263 68
                                    

Selamat membaca

Dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan~

Warn:2900 word

***

Author POV

Kim Jisoo itu pembohong yang ulung, mengatakan tidak apa-apa sambil tertawa lalu menegaskan bahwa ia tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan karena berita buruk yang ia dapat-padahal ia jauh dari kata baik.

Disaat gadis itu ada diboncengan Rowoon pulang dari arena balap, air matanya tak berhenti mengalir dibalik helm full facenya. Ia kalut, tentu saja. Tapi ia tidak mau menunjukkannya ke hadapan orang lain. Lebih baik disimpan sendiri, katanya.

Tapi pertahanan Jisoo runtuh, ia menangis keras saat sampai di rumah. Rowoon kebingungan, ia langsung melepaskan helm di kepala adik bungsunya itu dan menatapnya cemas.

"Heh kenapa?! Siapa yang jahatin lu?"

Jisoo meremat jaket kulit Rowoon sambil menunduk. Dan tanpa kata, Rowoon membawanya kedalam pelukan. Tangisan Jisoo pecah, ia menangis lebih parah dari Chanyeol.

Rowoon menepuk-nepuk pelan kepala sang adik.

"Cerita dulu dek, jangan bikin gua khawatir"

"Sehun sakit banggg"

Mendengar itu Rowoon hanya ber 'oh' ria. Lagipula- ia sudah tau hal itu jauh sebelum Jisoo mengatakan padanya.

Sehun meminta izin serta mengatakan alasannya kepadanya dan Jin terlebih dahulu sebelum menyatakan perasaanya kepada adik bungsu mereka.

Jisoo mendorong Rowoon dan mengomelinya.

"Kenapa oh doang?! Gua sedih banggg"

Rowoon malah ketawa lalu berkata, "Lu nangis juga enggak guna dek, Sehun nggak sembuh karena tangisan lu"

Anak sulung keluarga Kim itu orangnya memang realistis nyerempet kejam. Wajar saja, dia di didik lebih keras dibandingkan adik-adiknya karena ia adalah seorang pewaris utama, jadi jangan salahkan kalau sifatnya seperti itu.

"Bang, gimana pun gua sayang sama Sehun...jadi gua sedih denger hal itu. Gimana kalau Sehun meninggal dalam waktu dekat?" Jisoo mengatakannya dengan mata berkaca-kaca

Rowoon tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Jisoo cukup keras lalu ia mendekatkan wajahnya ke hadapan Jisoo, "Kalau dia meninggal tinggal kuburin. dan lu? Cukup doain dia"

"Dasar Abang gila! HUEEEEEE"

Rowoon tertawa keras lalu membawa adik bungsunya itu kembali kedalam pelukannya, "Jangan lemah karena cinta lagi, gua enggak mau usaha gua buat bikin lu jadi pribadi yang kuat selama ini berakhir sia-sia"

Jisoo mengeratkan pelukannya, perkataan kakaknya memang banyak benarnya tapi- ada salahnya juga.

Disaat seperti itu Jisoo membutuhkan Jin sebagai kakak yang lebih waras dari Rowoon.

*

Sepulang sekolah, Jisoo langsung bergegas pergi ke kelas Sehun dengan berlari seribu bayang-sangat cepat- bahkan Lalisa saja sampai melongo melihat temannya yang seperti itu.

Jisoo berpapasan dengan kepala sekolah disaat tengah berlari hingga memaksanya untuk mengerem dan memberi hormat lalu kembali berlari.

Sang kepala sekolah menggeleng pelan melihat kelakuan anak gadis pemilik sekolahnya yang tidak ada berubahnya sejak awal masuk.

ephemeral ; hunsoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang