3

2.7K 539 97
                                    

"Nih."

Satu kata yang terucap bersama dengan sebuah amplop yang diletakkan di atas mejanya membuat Dimitri yang tengah memasukkan barang-barangnya ke dalam tas mendongakkan kepala. "Isinya apaan? Surat teguran?"

"Gue sih maunya begitu. Tapi sayangnya bukan. Ini ucapan terima kasih dari fakultas, surplus dari event kemarin."

"Buat gue?"

"Kalau buat gue, ngapain gue ngobrol sama lo sekarang?"

Dimitri mengangkat bahu. "Lagi iseng?"

Jawaban itu kontan membuat perempuan di hadapan Dimitri merotasikan bola mata lalu menyisir rambutnya dengan jari.

Jawaban itu kontan membuat perempuan di hadapan Dimitri merotasikan bola mata lalu menyisir rambutnya dengan jari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hhh, gue tuh males ya kalau mesti ngomong sama lo yang lagi mode pura-pura bego begini. Ambil aja kenapa, sih? Ribet banget dari tadi."

"Chill, Je. Just wanna make it clear." Dimitri membalas dengan senyum geli di wajahnya.

"Karena lo mangkir selama hari H?" Jean mendengus sambil mengibaskan tangan. "You didn't leave much to do, D. Anak-anak ngerti, kok. Lagian kan kerjaan lo emang banyakan pas masa persiapan. C'mon! Nama lo ada di daftar dan jatah lo ada dan tugas gue cuma ngebagiin aja. Can you just take it and give me your sign so that I can be free as soon as possible? I mean, please?"

Dimitri tidak bisa tidak terkekeh melihat Jean yang tampak frustasi di depannya. Akhirnya dia tidak menolak lagi. Dimitri mengambil kemudian memasukkan amplop yang diberikan padanya ke dalam tas lalu menandatangani daftar yang disodorkan Jean. "Thanks."

"Vice versa. So, langsung cabut?"

"Yeah. Nggak ada yang mesti dikerjain lagi, kan? Gue mau ke RS soalnya."

"Ah, adek lo, ya? Gimana keadaannya? Sorry to hear that ya, D. Lo jadi nggak ikut acaranya gara-gara adek lo sakit."

Pelipis Dimitri berkedut. Egonya serasa dicubit. Ada perasaan yang mengganggu mendengar Jean membicarakan adiknya seperti itu.

No, it's not because of him. Justru karena acara ini dia jadi begitu. Karena gue, lebih tepatnya.

Dengan senyuman yang dipaksakan, Dimitri berdiri lalu pamit. "Duluan, Je," ucapnya. Dimitri tidak menunggu sampai Jean membalas ucapannya melainkan langsung pergi dari sana.

Tidak, dia tidak marah pada Jean.

Kalau kesal, mungkin sedikit.

Tapi itu bukan salah Jean. Perempuan itu pasti tidak bermaksud menyinggungnya. Dimitri tahu itu. Dia sudah mengenal Jean cukup lama, dan Jean bukan tipe orang yang suka berbicara buruk tentang orang lain. Jean hanya ... tidak tahu yang sebenarnya.

Dimitri masuk ke mobilnya lalu menyalakan mesin. Setelah itu, dia mengirim pesan pada Echan.

To: Adek
Mau gue beliin apa?

Candle LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang