Part 9

85 15 2
                                    

Yang baca pasti biasa ajah :v Skip~

Bughh! Bughh!

Di tempat yang sepi banyak orang berkumpul. Saling bacok sana-sini. Tidak ada yang gak kena. Semuanya dihajar sampai mampus, setidaknya retak baru puas. Sosok pemuda misterius menghajar lawannya dengan brutal.

"Ampuni a-aku.. Uarrggght" Tubuhnya terbanting, terinjak. Dan ancur.

Trang!

Para senjata saling bersahutan. Bunyi dentangan terdengar, dia yang tangan bertangan kosong menghabisin para musuhnya. Sisanya terluka parah.

Trrrrrreteetettt...

Satu dentuman suara keras memekikan telinga.. Semuanya pada ancur. Satu genk menang. Satu genk itu bersorak. Mereka dikenal sebagai The Revil.

Pemuda misterius menghilang.

☯☯☯☯☯

Rein sedang berjalan sendirian di malam abis kerja kelompok tersentak, ia berhenti, di gelapnya malam. Dan lampu remang dia melihat bayangan. Bayangan itu seakan ingin memakannya. Rein lari terbirit-birit. Dia mencari tempat sembunyi, tapi semua tempat pada terbuka. Rain berteriak saat pundaknya di pegang. "Berisik!" desis suara itu.

Rain enggan berbalik. Ia berteriak minta tolong tapi suaranya terendam. Ia disudutkan ke tiang. Rain gelagapan, terus berontak. Ia injak kakinya. Rain berhasil diringkus. "Diam atau gue bunuh!"

Rain diam. Tapi ia ketakutan. Ia terisak dalam diam. "Le-lepaskan aku.. "

Si cowok misterius itu melepaskannya. Dia buang muka, Rain bernapas lega. Dia menyeka sekitaran pipinya, ia melotot. Darah siapa ini. Astoge.. Rain natap kebawah, tepat ke tangan cowok itu.

Rain ambil. Si cowok tersentak, ia menepisnya kasar. Rain narik cowok itu, lebih tepatnya tangannya. Ia bersihkan dengan tisu. Dengan hati-hati Rain obati. Cowok itu hanya bisa mempehatikan.

Rain mendongak, tatapan keduanya bertemu. Rain mengerjapkan matanya. Dia heboh kembali.

"Yaampun berapa banyak luka yang lo miliki. Sini gue obatin" ucapnya cemas.

Cowok itu buang muka, terus pergi. Rain pegang tangannya. "Lukanya harus diobatin. Kalau nggak ntar infeksi" gumamnya kecil. Si cowok narik Rain. Rain pasrah ajah. Keduanya duduk di dekat warung.

Kebetulan nemu warung buka. Rain tak berani melihat. Karna warung itu banyak orang. Isinya cowok berjaket dan bermotor.. Sepertinya genk motor. Si cowok itu paham. Ia mengalihkan topik.

"Cepat lu obatin" titahnya. Rain ngangguk. Tangannya sudah, dengan malu dia berucap. "Bisa gak lu jangan natap gue kayak gitu. Kesannya kayak mau nerkam" ucapnya takut.

Si cowok nutup matanya. Rain mengobati bagian yang luka yaitu pipi, terus di sudut bibirnya. Rain yang liat ngilu. Dengan hati-hati ia obatin.

Brak!

Suara gebrakan meja. Rain meringkuk, si cowok buka matanya terus natap para serangga tajam dan beraura dingin. Semuanya menciut. Terus pada bubar.

"Buka matalo. Mereka dah pergi"

Rain buka matanya, ia ngintip terus bernapas lega. Ia natap cowok di depannya. Kayak kenal ya? Tapi siapa?

Karena gelapnya malam, dan lampu sekiratan remang Rain tak bisa melihat jelas seperti apa wajahnya. Yang ia tau so cowok misterius ini punya mata yang tajam dan suaranya berat tapi seakan menyihir Rain. Rain mengeyahkan pikiran sialnya. Yang bisa menyihir dirinya hanya Alvin seorang. Ya hanya dia. Si cowo memperhatikan wajah Rain.

Gadis yang menarik, tapi tak punya rasa.

Rain menyudahinya. "Sudah selesai"

Si cowok berucap, "Thanks, ini dah malam. Ayo gue anter pulang"

"Ga-gak usah, aku bisa pulang sendiri"

"Apa kau yakin? Tadi ajah kau ketakutan bertemu pandang dengan para berandal tadi"

Rain juga tak ingin bertemu dengan orang-orang itu. Ia mengangguk, "Baiklah. Ku terima ajakanmu"

Si cowok berjalan dengan Rain disampingnya. Tangan keduanya saling bersentuhan. Mata Rain jadi was-was. Ia merapat ke tubuh cowok itu. Pegang tangannya. Si cowok tak keberatan sama sekali. Keduanya pulang berjalan kaki.

Sesampainya di gerbang rumah Rain.

"Makasih" ucapnya sopan. Si cowok mengangguk terus berbalik badan.

"Tunggu, siapa namamu?"

Si cowok tak menjawab, dia langsung pergi. Rain natap punggungnya. Bayangannya menghilang. Rain masuk kedalam rumah. Ia masuk ke kamarnya. Rain cuci muka, ganti baju terus merebahkan dirinya di kasur. Dia masih memikirkan cowok itu.

"Siapa ya dia? Kenapa ku merasa mengenalnya. ? "

Rain bangkit terus duduk di meja belajarnya. Ia menulis diary-nya..

Tertulis..

Dear Deary

Baru saja ku bertemu sosok misterius. Sorot matanya tajam. Tapi begitu akrab, dan ku merasa di dalam matanya tersirat kesedihan serta kesepian.

Ada apa denganku. Kenapa aku peduli.

Rain menutup diarynya. Dia melamun memikirkan cowok pujaannya.

Sedang apa ya dia? Apa dia memikirkanku, seperti aku memikirnya.

Rain tidur dengan lelap.

•••• Dear Alvin ••••

Saya kembali lagi. Semoga suka. 😌

Dear Alvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang