Part 16

94 10 5
                                    

Sinta mengabari Rain kalau dirinya bertemu dengan Aurel. Kesempatan kedua telah didapatkan. Buru-buru Rain pergi ke tempat dimana Aurel berada. Rain bertanya-tanya kenapa Aurel di Rumah Sakit, apakah dirinya sakit?

Rain menuju kamar inap VIP. Disana sudah ada Sinta, ia juga melihat Aurel. Rain mengetuk pintu,

Tok, tok, tok,

Sinta dan Aurel menoleh ke arah pintu, Rain masuk dengan canggung. Rain menghampiri Aurel, Aure tersenyum manis.

"Hay, aku Aurel. Pasti kau Rain?"

"Ya, aku Raina. Salam kenal."

Rain duduk di dekat Aurel. Aurel memperhatikan wajah Rain dari atas-bawah. "Kau cantik, pantas Alvin menyukaimu."

Mendengar nama Alvin, Rain teringat sesutu, buru- buru ia bertanya.

"Apakah kau tau keberadaanya dimana? aku sudah menghubunginya tapi tak diangkat, kumohon Aurel beritahu aku. Dimana dia? aku ingin meminta maaf."

Aurel memeluk Rain, tentu saja Rain balas memeluknya erat, "Hey, tenanglah."

Rain mengusap air matanya, "Maaf ya aku tipe orang, yang lebay, dan alay."

"Baru nyadar lu, dari kemarin kemana ajah," sindir Sinta halus.

Aurel tertawa kecil, Rain manyun. Aurel kembali memperhatikan Rain, yang di perhatikan merasa malu.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?"

"Entahlah, aku merasa tersaingi ajah."

"Ma-maaf deh, tapi cantikkan kamu. Aku mah hanya rempahan rempeyek."

"Berminyak dong," celetuk Sinta.

Rain melotot, "Nyaut ajah lu, Sintrong."

"Eh, lu ketularan virusnya Rendy ya. Kenapa lo ikut ngatain gue."

Kedua sahabat lempar sindiran receh. Sekali lagi Aurel tertawa lepas, ia memegang perutnya, " Kau lebih dari special Rain," pujinya.

Rain menghentikan aksi rusuhnya. Rain menatap Aurel. Barusan dia bilang apa?

"Apa maksud dari lebih dari kata special?" tanyanya penasaran.

Aurel berdehem, ia menatap Rain.

"Alvin bilang, lo bukan hanya special tapi belahan jiwanya. Alay banget gak sih."

Belahan jiwanya. Rain ambyar~

"Apa dia bilang seperti itu," ucapnya memastikan. Aurel mengangguk.

"Lo hanya orang asing yang datang terus masuk ke kehidupan Alvin. Kehidupan Alvin tak bersinar layaknya mentari, tapi di dalam dirinya ada kegelapan yang sulit dia lepaskan." Raut wajah Aurel sendu. Rain mendengarkan. Sinta juga ikut menyimak.

"Kegelapan seperti apa? Beritahu aku semuanya tentang Alvin, aku ingin tau semuanya. Tentang dirinya dan tentang masa lalunya. Seberapa gelapnya dia dan ada apa dengannya," pinta Rain dengan tangis, Aurel tersenyum kecut.

Gadis ini berbeda, dia beneran ingin tau masa lalu Alvin. Apakah ini sudah saatnya rahasia ini ku bongkar. Maaf Vin, terpaksa gue buka semuanya. Gadis ini, dia seperti meteor yang menabrak bumi. Sepertinya hanya Rain yang bisa bawa lo kembali.

"Alvin dia terlahir broken-home. Hidupnya hancur, semua yang dia punya hilang. Dia kehilangan cinta dan perasaannya. Dia menutup dirinya sendiri. Dia rapuh Rain, rapuh. Tapi dia tak mau berbagi dengan siapapun."

Mata Rain berkaca-kaca. Rain merasakan sakit yang sama. Ruangan itu penuh dengan air mata.

"Alvin yang ku kenal ceria, sejak insiden itu, dirinya berubah. Berubah jadi tak di kenal." Aurel menghentikan cerita, ia perlu bernapas. Rain memegang tangan Aurel. "Insiden apa?" Aurel tak bisa mengatakannya tapi, ia harus. Ia menegarkan hatinya. Mungkin jika semua beban itu di utarakan, ia akan merasa lega.

"Insiden, yang menewaskan adik kesayanganya. Sebuah kecelakaan maut. Yang merenggut nyawa adiknya."

Rain menangis, menangis pilu.

Betapa sakitnya di tinggal orang yang kita sayangi, begitu berat menjalani kehidupan ini tanpa orang yang di percaya.

Alvin begitu rapuh. Alvin sudah mati rasa. Alvin kenapa kau memendamnya sendiri. Tidak bisakah kau, percaya padaku.

Aurel kembali menceritakan semuanya, akar dari permasalahannya.

Alvin Alfiandra sosok pemuda yang dingin, datar, sekaligus rapuh. Ia tak percaya cinta, karna dirinyalah adik kesayangannya pergi. Karna dirinya juga semua orang yang disayangi meninggalkannya. Maka dari itu dia tak ingin merasakan yang namanya cinta. Karna pada akhirnya ia tak pantas. Sekali lagi Alvin masuk ke lingkaran setan.

Ia ikut balapan liar, syaratnya mempertaruhkan nyawanya. Ia ingin balas dendam pada orang yang sudah membuat adiknya tewas.

Adiknya meninggal di arena balap. Tepat di depan matanya. Itu hari dimana dunianya hancur dan gelap. Adik kesayangannya menjadi taruhan.

Pertaruhan besar dan mainstream.

Alvin meluapkan semuanya di area balap. Ia akan mengakhirinya. Tempat arena balap dekat jurang. Banyakkan belokan tajam dan berbahaya. Tapi Alvin tak gentar sedikitpun. Ia mengendarai motornya cepat dan gesit.

Semua yang menghalangi di babat sampai habis. Alvin menang. Ya, ia menang. Ia menghela napas panjang.

"LO, LO HARUS MATI DISINI!" Alvin menatap lurus ke depan, ia tancap gas. Motor blacknya menabrak motor red. Perkelahian sengit, dua pengendara.

Saling beradu, ini pertaruhan besar. Motor keduanya cepat dan gesit.

Brak!

Gedubrak!

Motor keduanya terpental, karna mereka tak mendari sebuah mobil yang lewat. Alvin terlepas dari motornya. Tangannya terkilir, kepalanya berdarah.

BOOM... mobil meledak, bersamaan dengan motor Red. Alvin tersenyum miring. Kepalanya pusing. Ia terjatuh, matanya melihat ke langit gelap.

"Gue menang Al, sekarang lo bahagiakan. Dia udah mati. Jangan benci sama gue lagi. Gue sayang sama lo. Doain gue sama Rain, bahagia."

"Rain, I love you dear."

Alvin menutup matanya. Kegelapan hatinya sirna , bersamaan dengan dirinya yang datang bagai cahaya.

Alvin melihat adiknya. Al tersenyum ke arahnya. "Hiduplah dengan baik, Kak!"

Alvin mengangguk, Al menghilang dari pandangannya. Alvin mengenggam tangan Rain. Ya, Rain berada di sampingnya. "Alvin,"

"Hm," balasnya.

"Saatnya kembali,"

"Disini sangat nyaman. Aku suka disini."

"Rain gak suka disini. Rain ingin lihat Alvin tersenyum, terus peluk Rain."

Alvin memeluk Rain, "Ini hangat."

-END-


Happy ending guys? Kok bisa?!

Eits jangan senang dulu~.. Ini -TBC-

Dear Alvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang