DEMI APA DIA JEMPUT GUE. ASTATANK! GUE SHOCK PARAH. GUE TERHARU. :(
#Flashback on.
Pagi ini Reina bangun dengan wajah segarnya. Semalam ia tidak bisa tidur, di karenakan wajahnya selalu teringat. Senyumnya yang mempesona dan hatinya bermekaran bagai bunga.
Lamunannya terbuyar karena ponselnya bergetar.
Tring~
A❤:
Buruan keluar, gue di depan rumah lu.Reina melebarkan matanya, antara ada dan transparan. Ia shock.. //alayamatsih// :( Gedubrak!
Reina membalas pesannya.
Rein :
Kamu. Di depan? 😰😱A❤ :
Iya. Kita berangkat bareng.Oh-em-ji hellaw, gue gak lagi mimpikan?! Seorang Alvin jemput gue? Gue masih gak percaya. Rein buka hordeng kamarnya. Kebetulan kamarnya di Lantai 1, bisalah liat keluar rumah. Ternyata benar si doi di sana. Dengan gaya stay cool-nya duduk di atas motor.
#Flashback off
☯☯☯
Rein keluar kamar tergesa-gesa. Kalau doi-nya ilang kan gaswat. Ia sampai lupa sarapan atau pun bawa bekalnya. Rein menghampiri Alvin. Alvin menautkan alisnya, ia melihat Rein berpeluh keringat.
"Ini kenapa? abis darimana dan ngapain?" tanyanya beruntun. Rein mengatur napasnya. Ia berdehem,
"Dari kamar, kesini nemuin kamu. Hehe,"
Alvin menyisir rambut Rein dengan jarinya. Rein tersipu malu. Dengan lembut ia merapihkan rambutnya yang acak-acakan.
"Dah sarapan?" tanyanya lembut.
Rein menepok jidatnya, "Lupa.."
Alvin mendengus, ia cubit pipinya gemas.
"Yaudah sarapan dulu sana. Jangan lupa buatkan aku bekal." Alvin menyuruhnya balik lagi ke dalam rumah. Rein masuk dengan patuh. Alvin tersenyum tipis.
Rein pergi ke dapur, ia memasukan roti tawarnya ke dalam box. Ia masukkin dua roti di olesi selai coklat. Tidak lupa ia mengambil botol tuk ia bawa.
Karna sudah semuanya, Rein kembali keluar rumah, ia kunci rumahnya. Barulah ia menghapiri Alvin. Alvin memanaskan mesin motornya.
Brumm...
Alvin membantu Rein naik ke atas motornya. Motornya tancap gas, pergi ke sekolah. Angin pagi begitu sejuk. Angin berhembus kencang setara laju motor Alvin. Alvin tancap gas lagi. Rein memekik, hampir saja ia terjungkal ke aspal. Alvin terkekeh. Baginya itu lucu.
☯☯☯
Sesampainya di parkiran motor.
Rein turun, ia menundukkan kepalanya. Ia malu. Karna semua murid menatapnya. Ada yang tercengang dan ada yang bisik-bisik tetangga.
Alvin melepaskan helmnya. Dia menatap sekitar, matanya setajam elang mampu membinasakan serangga. Para kaum hawa yang bergosip bungkam.
Alvin turun dari motornya, ia menggengam tangan Rein. Rein tersentak tapi tetap mengikuti langkahnya.
"Jangan dengerin bisikan setan. Cukup ikutin apa kata hati." tegurnya tegas.
Rein mengangguk, "Hm I know."
Pipi Rein merona. Keduanya saling bergandeng tangan. Alvin sih cuek. Tapi Rein yang gugup. Rein memegang dadanya. Jantungnya berdetak kencang.
Alvin mengantar Rein sampai ke kelasnya. Kelas 11 IPS 2 rusuh. Tatkala melihat seorang gadis biasa bergandeng tangan dengan The Prince of School.
Alvin menulikan telinganya. Ia lebih milih memandang Rein. Karna hanya dirinya yang menarik. Rein dibuat kikuk, Sinta udah gak waras. Dia yang paling berisik diikutin si Rendy biang gosip.
"Ohmymy.. Kelas menjadi terkenal."
"Ciye-ciye yang udah taken."
"Ohmegat, cogans mampir ke sini."
"Gue dah cakep, belom"
"Muka gue gak ketebelan kan.."
Begitulah antusiasme murid IPS 2. Rein dan Alvin jadi pusat perhatian. Aku malu, tenggelim aku ke hatinya. Alvin duduk di depan Rein. Rein tersenyum canggung.
"Maaf ya, kamu jadi pusat perhatian."
"Gak apa. Gue emang ganteng kok."
Rein ketawa kecil, "Iya ganteng banget"
Alvin mencubit pipinya.
"OHMEGAT DRAMA ROMANCE IN LIVE."
"OHEMJI HELLAW GUE AMBYAR."
"GILA... WAJIB DI BIKIN SW, SNAPGRAM"
Rein menutup wajahnya. Ia malu.
KALIAN NORAK AMAT SIH! GUE YANG MALU. KALAU DOI ILFEEL GIMANA?!
Batin Rein berontak, ingin mengumpat. Tapi ia tak bisa. Di depannya ini bukan cowok biasa. Alvin tarik tangan Rein. Alvin pegang tangannya lembut, ia usap.
Tengtong~
Murid IPS 2 kecewa. Adegan romance-nya berakhir. Karna bel sudah berbunyi, Alvin undur diri. Reina mengantarnya sampai depan kelas. Sinta dkk bersiul menggoda serta mengejeknya.
Keduanya saling tatap, saling diam dan lempar senyuman.
"Ntar kalau mau ke kantin bareng!"
"Mending gak usah, gak enak sama yang lain," tolaknya halus. Alvin meraih dagunya. Keduanya bersitatap.
"Kenapa? Lo malu jalan sama gue."
Reina menggeleng cepat,
"Bu-bukan seperti itu. Tapi yang malu di sini aku. Karna aku gak terbiasa jalan sama kamu yang notaben nya TMW."
Alvin mencibir,
"Ngapain malu kan pake baju."Rein mendengus sebal, ia buang muka.
Alvin tau tapi mengabaikannya.
"Hey, look at me."
Rein menatapnya. "Gue gak akan pernah malu jalan sama lo. Karna satu hal. Gue nyaman. Gue gak peduli kata orang. Disini... sudah tertanam jelas."
Tangan Rein menyentuh dada Alvin. Bisa ia rasakan jantungnya berdetak hanya untuknya. Rein dibuat terharu.
"Makasih, akan ku coba tuk melangkah lebih jauh. Walau akhirnya aku terbully."
"I'm here with you. Forever."
Keduanya tersenyum. Kegelisah di hati Rein sirna. Bagai mentari terbit. Hanya mendengar suarnya, menatap matanya. Ia tak takut apapun. Yang ia takutkan ialah kehilangan dirinya.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alvin [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kisah tentang seorang pemuda biasa yang ingin dicintai dan mencintai. Tapi takdir berkata lain. Begitu banyak cinta dan rahasia. Bertahan atau Menghilang? Adapun kisah seorang gadis yang menyukai seseorang, akahkah ia tahu...