Part 8

100 17 2
                                    

Seorang pemuda yang berwara-wiri tak jauh dari lokasinya sedang termenung seorang diri, dia menatap langit gelap. Semakin gelap tanpa ada bulan dan bintang sama sekali, ia lelah.

Tapi senyuman tipis terbentuk bagai bulan sabit, hanya dengan mengingat beberapa menit yang lalu. Saat dia hendak balapan. Dia dihampiri dua remaja yang awalnya tak kenal.

Tapi semakin dekat ia mengenal salah satunya. Hanya memandang ekspresinya ia cukup membuat dirinya lega. Dan menjadi hiburan tersendiri.

"Hh, benar-benar gadis yang polos. Apa benar seperti itu. Apa dia hanya berpura-pura. Tapi... dia gadis yang menarik"

Pemuda itu tersenyum tipis hanya mengingat wajah serta namanya. Bolehkah dia percaya satu hal. Cinta? Satu hal yang sulit dipercaya.

Tringringring...

"Yo, whatsapp"

"Dimana lo?"

"Berteduh. Why?"

"Kumpul di beskem, kita rayakan"

"Nope, besok gue sekolah. Izin dulu"

"Hahaa.. Model kek lo sekolah? Yakin?"

"Ya, "

"Okelah belajar yang bener biar makin pinter kayak gue. Haha"

"Pinter ngibul maksudnya. Heh?!"

"Printer komputer juga bolehlah"

"Lain kali, gue gabung.."

"Okeshopee"

Tut,

Ponselnya ia masukkin ke sakunya. Ia memakai helmnya, nyalakan mesin motornya, terus tancap gas. Angin malam menjadi terasa dingin. Tapi baginya ini tidak ada apa-apanya. Dikarenakan baru saja dia mendapatkan yang lebih menarik.

☯☯☯☯

Kukukukuruyukkk...

Ayam berkokok, matahari sudah terbit. Terlihat kasur yang berantakan. Sprei, bantal dan guling berserakan dilantai.

Tok! Tok! Tok!

"Sayang, ayo bangun. Dah pagi"

Tok! Tok! Tok!

"Ini udah jam 6 daripada kau telat. Ayo bangun.. Sayang.. Princessnya bunda"

Tap! Tap! Tap!

Seseorang baru saja mengguncangkan bahunya serta melempar selimut yang ia pakai. Tapi sang empu tak kunjung bangun. Sudah berbagai cara ia membangunkan putrinya, tapi tak ada respons sama sekali.

Bunda keluar kamar dengan kusut. Rayn keluar kamar bertemu dengan bundanya.

"Kenapa, Bun? Tumben lemes"

"Itu, kakakmu tak kunjung bangun. Bunda lelah"

Rayn melongo,

"Si kerdus belom juga bangun? Wah, biar Rayn ajah Bun, yang bangunin"

Bunda mengangguk, ia turun ke bawah. Mulai mempersiapkan makanan. Sedangkan Rayn sudah masuk ke kamar kakaknya. Ia meyeringai.

Dear Alvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang