Epilog

181 11 21
                                    

Usai insiden menimpa dirinya. Alvin tertidur lama. Rain menemaninya. Sudah 2 bulan Alvin tak sadarkan diri. Alvin koma, masa kritisnya sudah berakhir. Tapi Alvin enggan membuka matanya. Sinta dkk selalu menjenguk Rain.

Memberi dukungan pada temannya. Aurel datang bersama Jack. Perhatian, Aurel dan Jack memutuskan bersama. Menjalin asmara serta sekarang keduanya resmi jadian. Jack menatap Alvin, ia memang tak suka padanya. Seharusnya ia senang Alvin koma, tapi hati kecilnya membelok.

"Gimana keadaannya?" tanya Aurel.

"Tidak ada perubahan." Rain menangis lagi, Aurel dengan sigap memeluk Rain. Aurel dan Rain jadi dekat, keduanya bagai saudara kembar, sering berbagi.

"Gue yakin, pasti Alvin kembali."

"Gue takut, Rel. Dia bakal pergi."

"Dengerin gue. Lo segalanya buat Alvin. Mana mungkin Alvin tega ninggalin lo. Dia bakal menyesal jika itu sampai terjadi." Aurel mengusap punggung Rain. Rain tak bersuara, Aurel menunduk, ia melihat Rain tertidur, Aurel tersenyum.

"Jack, bantuin gue pindahin Rain."

"Kenapa gue?! Malesin amat!"

Aurel menatap Jack melas, ia berdecih. Pada akhirnya Jack lakuin. Jack memindahkan Rain ke atas kasur. Tidur di samping Alvin. Rain bergerak memeluk tubuh Alvin. Aurel tersenyum.

"Ayo, kita pergi. Biarkan mereka beristirahat." Jack mengangguk, ia meraih tangan Aurel. Keduanya keluar bersama.

Tak lama, Alvin membuka matanya. Ia melihat langit atap, Gue dimana?

Alvin sulit bergerak, ia menutup matanya terus membukanya lagi. Alvin mendengar lirihan seseorang.

"Jangan pergi," lirihannya begitu pilu.

Matanya bergerak mencari asal suara. Sebuah gerakan yang ia rasakan. Tepat di sampingnya. Alvin menggerakkan kepalanya walau sakit, Alvin melihatnya.

Rain? dia disini? kenapa wajahnya pucat!

Alvin menggerakkan tangannya, ia meringis tapi dia terus mencoba untuk menggapainya, dan ia berhasil. Ia mengusap lembut pipinya, cairan bening itu turun jatuh dari matanya. Alvin mengusapnya. "Hey, beby. Dont cry, I'm fine."

Alvin bergerak, dia berhasil duduk. Ia melepas alat pernapasannya. Alvin melihat sekeliling, ini di rumah sakit.

Nguuunggg...

Alvin mencoba mengingat, dan ia tahu kronologinya. Ia kecelakaan, usai balapan liar. Kepalanya jadi pusing. Alvin menatap Raina yang pulas tertidur di sampingnya. Alvin mendekat, dan memberi kecupan tepat di keningnya.

Rain membuka matanya, ia membeku, keduanya bersitatap, Alvin tersenyum ke arahnya. Rain buka mata lebar langsung di memeluknya.

"Kamu, bangun. Hiks.."

Alvin memeluknya erat,
"Rain, aku kembali!"

Rain tak membiarkan Alvin lepas. Ia menangis haru, terus menangis sampai matanya bengkak, ini tangisan kebahagiaan. Akhirnya penantiannya sudah berakhir. Alvin sudah sadar.

Alvin mendengar curhatannya. Tentang masa lalunya, dirinya. Rain sudah tau semua, Alvin tak marah melainkan Alvin bahagia. Cintanya kembali. Kembali ke dia yang pantas menjadi pemilik hatinya.

Cinta itu bagai puzzle.

Banyak teka-teki yang harus di jawab

Setiap rahasia dibongkar sampai abis.

Sampai dirinya berulangkali menyerah  tapi dengan niat, doa serta kesabaran. Satu persatu puzzle terisi. Mulai mendapatkan kuncinya. Yaitu kebahagiaan.. Rain tercipta untuk Alvin.

Dear Alvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang