Part 15

65 11 1
                                    

Keesokan harinya. Tepatnya hari Minggu. Rain terbangun, ia mengecek ponselnya. Tak ada satupun pesan darinya. Rain tak semangat. Dengan malas ia ke kamar mandi, mandi.

Berganti baju rumahan. Ia duduk, menatap cermin.

"Oh cermin, siapa kah yang paling cantik hari ini. Pasti bukan aku. Iya, aku cukup tau diri kok," celotehnya di pagi hari.

Tanya sendiri jawab sendiri. Lagi setres ya, Bu? -icha-

Ya nih, doi nggak ngabarin. Huhu~ Rain-

Kasihan, sini tak ceburin ke kolam.

Jahad lu cha, aku terhura. -Rain-

Hahaa.. aku cakep aku diam. :)

Abaikan tulisan italic di atas.. Skip~

Rain keluar kamar, dia berjalan lesu.

Drap, drap, drap!

Bruk!

"Adoh kalau lari matanya di pake dong."

"Yang betul pake kaki. Kan lari!"

Rain mendengus, barusan yang nabrak dia itu bocah cilik, tak terlihat.

Apakah Rain Indigo-home :v

Salah, yang bener itu adik kecilnya. Yaps Rain 2 bersaudara. Adik kecilnya masih Esde. Namanya itu Ryan. Anaknya agak bandel, hobinya main kejar-kejaran sama kitty. Kitty itu nama kucing hitamnya.

☯☯☯☯

Rain menonton kartun di pagi hari. Sudah berulang kali itu layar di ganti. Rain bosan, saat dirinya melamun. Sang adik berteriak memanggilnya.

"Kak Rain, ada yang nyariin nih."

Rain mencerna setiap perkataan adiknya. "Siapa dek?, kalau gak kenal usir ajah," teriaknya balik.

Rain menyenderkan dirinya di kursi. Suara adiknya sudah tak terdengar lagi. Rain bangkit, mencari keberadaan adiknya. Sekaligus penasaran. Siapa pula yang mencarinya di pagi buta begini. Saat kakinya melangkah keluar rumah ia membeku. Rain melebarkan matanya, mulutnya menganga ia shock parah. Helep woy. Hati gue anyut.

Di depan sana, lebih tepatnya di teras. Rain melihat sosok yang selalu ada di pikiran serta hatinya. Ia tak percaya bahwa dirinya ada di sana. Siapa lagi kalau bukan Alvin, dia beneran Alvin.

Alvin menatap Rain, terus senyum. Rain masih beku ditempat. Ryan sang adik menimpuknya pakai bola. Akhirnya, Rain tersadar akan terpesonanya ia akan sosok Alvin.

"Kakak, siapa?" tanya bocah berumur 7 tahun. Alvin mengusap rambutnya.

"Ayo tebak, siapa?" tanyanya balik Ryan mengusap dagunya. Terus dia menggelengkan kepalanya gak tahu.

Rain duduk tak jauh dari Ryan. Ryan pamit tuk bermain bola lagi. Alvin mendekat ke arah Rain.

"Hey, good morning." sapanya lembut.

"Morning too. Sejak kapan kamu di sini?"

"Barusan, tapi sepertinya kamu tak ingin diganggu, kalau begitu. Aku pulang."

Alvin berbalik ingin melangkah, Rain panik, reflek ia memeluknya erat.

"Jangan pergi, I miss you."

Dear Alvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang