[ 0 2 ]

9.8K 925 23
                                    

XI MIPA 3 (35)

Sarah:
KINATA SAYANGKU HSS YAAA 💚💚💚 (at)Kinata

Luna:
Seriusan kina ulang tahun?
Wah parah lo diem2 bae kin
Hipibidi kinaaa traktiran pokoknya gamau tau!! (at)Kinata

Rio:
Hbd unyil! (at)Kinata

Dimas:
Hbd kin, jangan galak2 lg kalo nagih uang kas ye ✌(at)Kinata

Fifian:
👆 ketauan suka nunggak nih, bikin kina murka aja lo kerjaannya dim!
Btw happy birthday kina, cie sweet seventeen nihhh (at)Kinata

Naren:
Selamat ultah ya kin! (at)Kinata

Kinata:
YAAMPUN MAKASIH BANYAK KALIAN, SAYANG KALIAN SEMWA 💞

Rio:
Sayang kamu juga 😘

Sarah:
Idih kesempatan bat lu yo!

Luna:
Najis rio wkwkwk

Kalvi:
Hbd kin (at)Kinata

Sarah:
Gak niat amat lo kal ngucapinnya

Kalvi:
Serah gue
Itu gue tulus kok dari hati

Fifian:
Ya ampun kalvi ga nyangka!!

Kinata:
Makasih kalvi hehehe

.

.

.

KINA yakin, satu-satunya orang yang mengetahui hari ulang tahunnya hanyalah Sarah, yang merupakan kawan karibnya sejak kelas sepuluh. Ucapan pertama dari Sarah di grup kelas membuat semua teman Kina jadi tahu, dan Kina langsung dihadiahi berbagai ucapan ketika ia baru sampai di kelas.

Bibir Kina tak henti-hentinya membentuk senyum. Awalnya Kina pikir ia hanya akan merayakan ulang tahunnya bersama Sarah dan Luna--yang baru-baru ini sering bergabung dengan mereka.

"Nih Kin, tiup dulu!" ujar Rio sembari menyodorkan mancis dengan api kecil yang menyala ke hadapan Kina.
"Anggap aja ini lilinnya."

"Wah parah Rio, bisa-bisa kena lo kalau ada razia dadakan!" celetuk seorang perempuan dari mejanya.

Rio langsung melotot padanya. "Enak aja, ini punya Kalvi bukan punya gue!" bantahnya.

Kalvi? Kina menyebut nama itu dalam hati. Secara otomatis, matanya bergerak untuk mencari si empunya nama. Pencariannya terhenti pada meja banjar ke dua, di paling belakang. Kalvi tampak hanya duduk diam, memandang ke depan tanpa minat.

"Buruan elah, Kin, ayo make a wish, make a wish!" titah Rio tidak sabar sambil menjaga api agar tidak padam.

Kina terkekeh, lalu segera memejamkan mata dan berdoa. Matanya kembali terbuka, ia pun segera meniup api kecil itu dengan iringan tepuk tangan meriah dari semua temannya.

Namun perayaan kecil itu terpaksa ditunda sementara. Pak Ganjar yang mengajar bahasa Indonesia tiba-tiba muncul di kelas sambil membawa barang-barang keperluan mengajarnya.

Kina serta teman-teman yang lain buru-buru menuju meja masing-masing. Kina menghela napas. Kue yang dibawanya terpaksa ia bagikan saat jam istirahat nanti.

.

.

.

"SUMPAH, kue bikinan nyokap lo emang yang terbaik!" komentar Sarah setelah kue yang Kina beri habis tak bersisa. Sarah berkata begitu sebab dulu ia pernah mencobanya juga, saat Kina membawa kue buatan Bunda sebagai bekal.

Luna mengangguk setuju. "Pasti toko kue nyokap lo rame terus, ya? Kuenya aja enak begini," ujarnya sambil membersihkan jari-jarinya dari remahan kue.

"Iya dong, nggak kalah kan, sama di toko-toko kue yang lebih terkenal?" ucap Kina dengan bangga. Lalu ia melihat ke arah kotak kuenya. Tinggal tersisa satu potong kue. "Eh, masih ada sisa nih. Yang lain udah ngambil semua kan tadi?"

Begitu Kina menawarkan kue cokelat yang ia bawa, hampir semua teman sekelas Kina langsung menyerbunya, lalu sebagian lagi menunggu sampai sepi agar tidak berebutan. Kina pikir, kuenya akan langsung habis. Tangan kina pun tergerak untuk mengambil potongan terakhir kue untuk dirinya sendiri.

"Eh, Kalvi tuh, kayaknya tadi dia nggak ikutan ngambil deh, Kin?" ujar Sarah tiba-tiba saat melihat Kalvi masuk ke dalam kelas seorang diri. "Tau sendiri, anaknya kan cuek banget sama yang beginian."

Kina memperhatikan Kalvi yang kembali ke mejanya, lalu berbincang-bincang dengan Dimas yang duduk di depannya. Kalau memang Kalvi tidak mengambil kue itu, sepertinya Kina yang harus memberinya langsung. Kina ingin semua temannya kebagian, tak terkecuali satu pun.

"Bentar deh, gue coba tawarin dulu," kata Kina pada Sarah dan Luna, kemudian ia bingkas dari kursi untuk menghampiri Kalvi.

"Kalvi," panggil Kina pelan. Yang dipanggil sontak menghentikan obrolannya dengan Dimas, lalu menatap Kina, tampak menunggu apa yang akan Kina katakan selanjutnya. "Ini kue buat lo. Semuanya udah kebagian, tinggal lo yang belum ngambil."

Kalvi terdiam menatap sepotong kue dalam kotak yang Kina sodorkan padanya.

"Buat gue aja dah Kin," seloroh Dimas melihat Kalvi terlalu lama berpikirnya. "Kalvi mana doyan yang manis--"

"Gue mau kok," potong Kalvi, kemudian kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Tangan kanannya pun turut mengambil kue cokelat dalam kotak. "Makasih ya, Kin."

Kina langsung melebarkan senyumnya. "Sama-sama."

- - -

author's note:

double up untuk hari ini karena aku lagi semangat-semangatnya wkwkwk.

diusahakan aku bakal update setiap hari atau dua hari sekali, atau kalau lagi nggak mood mungkin seminggu sekali haha.

so, stay tune ya!

regards,

dindaarula.

(bandung, 5 april 2020)

As Sweet as You Are [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang