[ 0 9 ]

5.5K 779 39
                                    

"DIMAS! Lo udah nunggak dua minggu, tau. Masa mau nunggak lagi, sih?!" kesal Kina pada Dimas yang lagi-lagi enggan untuk membayar uang kas. Padahal satu hari hanya seribu rupiah setiap orangnya. Kina heran, jajan di kantin bisa, kok bayar uang kas yang cuma seribu per harinya saja enggak bisa?

"Duh, Kin, nggak usah marah-marah dong. Nanti cantiknya luntur, loh." Dimas sengaja berkata demikian, dalam hati berharap Kina akan luluh. Namun, Dimas tidak tahu kalau Kina sudah kebal dengan segala gombalan yang dilontarkannya supaya Kina memberi keringanan.

"Apaan sih?!" ketus Kina dengan ekspresi jijik yang dibuat-buat. "Cuma sepuluh ribu, Dim, sampai hari ini. Kalau nunggak lagi malah tambah besar. Gue kayak gini juga karena peduli tau, Dim. Supaya nggak ngeberatin lo ke depannya!"

Perdebatan antara Dimas dan Kina sudah menjadi tontonan sehari-hari bagi anak-anak kelas XI-MIPA 3. Dimas yang selalu punya banyak alasan dan sesekali diselingi oleh canda, serta kekesalan Kina hingga terkadang membuat gadis itu mencak-mencak telah menjadi hiburan tersendiri bagi mereka.

"Ya ampun, jadi terharu gue Kin, sumpah, ternyata lo ... ya ampun." Dimas menutup mulut dengan memasang wajah pura-pura terharu. Tingkahnya langsung mendatangkan tawa dari beberapa sudut.

"Kebanyakan nonton drama lo, Dim!" hardik salah seorang anak.

Kina langsung mengernyit jijik. "Geli Dim, ih," katanya, "percuma lo terharu tapi hati lo nggak terketuk juga. Ah, terserah lo aja lah, Dim. Capek gue tiap nagih ke lo."

"Yaaah, jangan ngambek dong, Kin," bujuk Dimas dengan wajah melas. Ia pun akhirnya mengeluarkan dompet dan mengambil dua lembar uang lima ribuan dari dalamnya untuk ia berikan pada Kina. "Nih, nih, lunas ya sampe hari ini. Padahal mau gue pake buat makan bakso tuh, tapi nggak apa-apa lah, demi Kina apa sih yang nggak?"

Kina melotot. "Mulut lo astaga, Dim, pengin gue cabein aja rasanya." Tangan gadis itu meraih uang yang Dimas berikan, lantas mencatatnya di buku catatan khusus. Senyumnya pun mengembang lebar. "Gitu dong dari kemaren-kemaren, makasih loh!"

Kina berlanjut ke meja belakang Dimas, yang mana adalah tempat duduk Kalvi dengan teman sebangkunya yang bernama Yudha. Dilihatnya laki-laki itu tengah fokus pada ponsel, entah sedang melihat apa.

"Kalvi," panggil Kina ketika ia sudah berdiri di sebelah meja Kalvi.

Yang dipanggil lantas mengangkat kepala, lalu senyumnya terukir.

Sial.

Kina lemah kalau sudah menerima senyuman itu.

"Gue udah nunggak berapa hari?" tanya Kalvi dengan nada biasa. Ponsel yang semula ada di tangan sudah berpindah ke atas meja. Layarnya menampilkan profil akun Instagram milik laki-laki itu sendiri.

Kina segera memeriksa buku catatannya. "Cuma kemarin, jadi hari ini bayar dua ribu."

Kalvi manggut-manggut. Ia pun merogoh saku kemejanya, lalu mengeluarkan selembar uang dua ribu. "Nih," ujarnya sembari mengulurkan uang itu pada Kina. "Nggak susah kan gue bayarnya? Nggak kayak seseorang."

Kina menahan tawa. Ia tahu siapa seseorang yang Kalvi maksud.

"Gue nggak denger, gue nggak denger," celetuk Dimas tanpa melihat ke belakang. Ia tengah fokus pada game di ponselnya.

"Iya ya, untungnya gue punya banyak stok kesabaran," kekeh Kina setelah menerima uang dari Kalvi lalu mencatatnya.

"Kin?"

"Iya?"

"Adek gue bilang, kue ulang tahunnya bagus, rasanya juga enak."

Pandangan Kina langsung teralih pada Kalvi sepenuhnya. "Beneran?" Kalvi mengangguk. "Syukur deh, kalau adek lo suka. Soalnya kan, hiasannya biasa banget, nggak menggambarkan kesukaan adek lo atau apa gitu."

"Namanya juga surprise, udah pasti terima-terima aja dia mah. Gitu aja udah seneng banget dia," balas Kalvi.

Kina tersenyum simpul. "Bagus deh kalo gitu, gue juga ikutan seneng dengernya." Kina beralih sejenak pada Yudha di sebelah Kalvi, sama-sama sibuk dengan ponsel seperti Dimas, hanya saja ia memakai earphone yang menyumpal kedua telinganya.

Seolah menyadari tatapan Kina, Kalvi segera menyenggol lengan Yudha dengan sikunya. Yudha mendecak, lalu matanya segera mendapati Kina berdiri di sebelah Kalvi.

"Oh, elo Kin. Gue bayar berapa?" tanya Yudha kemudian sambil melepas sebelah earphone.

Selama beberapa saat Kina hanya berurusan dengan Yudha.

Sebelum Kina kembali berkeliling, lagi-lagi Kalvi memanggilnya.

"Kin?"

"Iya, Kal?

"Nanti cek LINE, ya." Kemudian Kalvi tersenyum lagi.

Debaran itu segera muncul dalam dada Kina, sampai membuat gadis itu hanya mampu membalas dengan senyuman kikuk. Kina pun menuntaskan tugasnya sebagai bendahara kelas terlebih dahulu, hingga akhirnya ia dapat mengecek ponsel dan membaca chat dari Kalvi.

Kalvi:
Nanti pulangnya bareng gue, mau?

- - -

(bandung, 12 april 2020)

As Sweet as You Are [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang