Kalvi:
Makasih loh kin
Kapan2 bawa lagi yaKinata:
Sama-sama kalvi hehe
Ini lo bercanda lagi?Kalvi:
Yang ini seriusKinata:
Serius?Kalvi:
Wkwkw gak
Terserah lo aja mau bawa lagi apa nggakKinata:
Oooh tunggu aja deh ya kal heheKina membaca ulang chat terakhirnya dengan Kalvi tiga hari yang lalu. Sejak hari itu, tidak ada lagi pesan dari Kalvi. Di kelas pun mereka kembali menjadi jauh, berinteraksi ketika perlu saja. Atau saling melempar senyum seperti di kantin tadi.
Ah, mengingat itu, Kina jadi kepikiran lagi.
Bagaimana kalau Kalvi mendengar semuanya? Tapi mungkin tidak juga. Seingat Kina, jarak mejanya dengan meja Kalvi agak berjauhan, pun kantin juga sedang ramai-ramainya. Suara Kina mungkin sudah tenggelam oleh suara-suara lain. Tapi mungkin juga telinga Kalvi langsung peka saat namanya disebut-sebut.
Kina memejamkan mata rapat-rapat sambil memeluk erat gulingnya. Ia tatap langit-langit kamar, membayangkan seolah ada wajah Kalvi di sana. "Kalvi, beneran nggak sih, gue suka sama lo?" Kina mulai bermonolog. "Kalau iya ... ternyata rasanya kayak gini ya, suka sama seseorang. Nano-nano banget, Kal."
Kina menarik napas, lalu mengembuskannya. Lama-lama ia bisa gila betulan kalau terus-terusan memikirkan Kalvi.
Tapi kenapa bayangan tentang laki-laki itu sulit sekali untuk enyah dari kepalanya, sih?
.
.
.
"KAN udah malem, Ma? Emangnya masih ada toko kue yang buka jam segini?" tanya Kalvi pada sang Mama yang baru saja memintanya membeli kue ulang tahun untuk adik perempuannya yang akan bertambah umur besok. "Besok juga masih bisa kali, Ma."
Mama melihat ke arah jam dinding. "Masih jam delapan ini, Kal. Pasti masih banyak yang buka. Mama pengen kasih surprise pagi-pagi sebelum Kalina bangun. Sekali-kali bikin adek kamu seneng gitu, Kal."
Kalvi menghela napas. Kalau tidak dituruti, pasti Mama akan terus membujuknya. Kalau dituruti, Kalvi bahkan tidak tahu harus mencari toko kue yang bersedia menyediakan kue ulang tahun tanpa memesan dari jauh-jauh hari.
"Ayolah, Kal. Belum juga kamu cari. Mama yakin pasti masih ada, kok."
Tuh, kan. Kalvi bahkan belum memberi jawaban apa-apa.
"Iya, iya, Ma." Akhirnya Kalvi terpaksa mengiakannya. Ia pun pergi sebentar ke kamarnya untuk mengambil jaket serta kunci motor, lalu kembali ke ruang tengah. "Kalau gitu aku pergi dulu, Ma. Bilang aja aku lagi ke mana kek, kalau Kalina tiba-tiba nyadar aku nggak ada."
Setelah pamit, Kalvi mengenakan jaket dan langsung tancap gas membelah jalanan di malam hari.
Kalvi hanya menyusuri tempat-tempat yang masih satu daerah dengan rumahnya. Tapi Kalvi tidak menemukan adanya toko kue. Kalvi pun berhenti sebentar untuk membuka Google Maps, barangkali ia bisa lebih mudah menemukannya. Kalau saja bukan karena Kalina, Kalvi tidak mau sampai repot-repot seperti ini.
Toko kue terdekat yang terdeteksi adalah sebuah toko bernama Aria's Cake & Bakery yang lokasinya tidak begitu jauh dari titik berhentinya saat ini, kira-kira hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit. Tanpa berlama-lama lagi, Kalvi pun segera meluncur ke sana.
Ternyata benar, toko tersebut masih buka. Memang bukan toko kue besar dengan nama yang sudah terkenal di mana-mana. Setidaknya, toko ini menyediakan kue yang Kalvi cari sedari tadi. Setelah turun dari motor, Kalvi segera masuk ke dalam toko.
Aroma khas berbagai jenis kue dan roti langsung menggelitik indra penciumannya. Merupakan aroma yang Kalvi sukai, hingga membuat sebuah nama tiba-tiba saja muncul dalam kepalanya tanpa peringatan.
"Selamat malam, mau cari kue apa, Mas?" Seseorang yang berdiri di belakang kasir langsung melayaninya.
Kalvi tersenyum singkat. "Saya mau--"
"Mbak, Mbak Jihan?" Suara seorang perempuan yang sangat Kalvi kenali entah kenapa tiba-tiba terdengar di sini. Sampai akhirnya sosok nyatanya memunculkan diri dari arah belakang toko. "Mbak liat bunda, nggak? Atau belum pulang nganter pesan--"
Mata mereka akhirnya bertemu.
Kalvi diam.
Kina diam.
Keduanya sama-sama tampak terkejut.
Dalam benak Kalvi bertanya-tanya, bagaimana bisa perempuan yang sempat muncul dalam pikirannya kini benar-benar ada di hadapannya?
- - -
(bandung, 10 april 2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
As Sweet as You Are [END]
Historia CortaKinata Aria menyukai apa-apa saja yang berasa manis. Namun, sejak Kina mulai dekat dengan seorang Aliandra Kalvi, ia baru tahu ternyata ada rasa yang lebih menyenangkan ketimbang rasa manis dari apa-apa yang disukainya. --- © April 2020 by Dinda Aru...