[ 1 1 ]

5K 637 2
                                    

"MASA boneka, sih? Boneka Kalina udah banyak, emang suka banget ngoleksi boneka dia tuh."

"Nah, justru karena suka ngoleksi, kasih boneka aja biar nambah-nambah koleksinya. Daripada lo bingung mau ngasih baju atau sepatu tapi nggak tau ukurannya. Lagian lo aneh, masa kakaknya sendiri nggak tau?"

Kalvi yang tengah mengendarai motornya berdecak. "Gue nggak terlalu merhatiin sampai ke ukuran-ukurannya, cuma tau model yang dia suka kayak gimana. Kayaknya emang boneka paling cocok, sih."

"Ya udah, kita ke toko boneka," tandas Kina di belakang Kalvi. "Setahu gue ada toko boneka bagus dan lengkap di daerah sini."

Setelahnya Kina berperan sebagai penunjuk jalan bagi Kalvi. Sesekali helmnya nyaris terantuk dengan helm Kalvi saat laki-laki itu mengerem mendadak di beberapa kesempatan. Kina berdecak, bingung sendiri harus berpegangan pada apa. Kina tidak tahu bahwa cara mengendarai Kalvi bisa dibilang agak sedikit membuatnya takut.

Beberapa menit kemudian mereka akhirnya sampai di toko boneka yang Kina maksud, terletak persis di pinggir jalan hingga mudah sekali untuk ditemukan. Kina pun turun dari boncengan, melepas helm, lantas memberikannya pada Kalvi.

Kina masuk terlebih dahulu ke dalam toko, disusul oleh Kalvi. Pandangan gadis itu langsung berbinar melihat banyaknya jajaran boneka dengan berbagai jenis bentuk yang begitu menggemaskan.

"Banyak banget, sekarang gue jadi bingung milihnya," kata Kalvi yang sudah berdiri di sebelah Kina. Matanya menyapu sekitar dengan sebelah tangan berada di saku celana abu-abunya.

"Tinggal pilih yang kira-kira adek lo belum punya aja, Kalvi," saran Kina. "Emm, gue mau lihat-lihat ke sana, ya? Lo cari sendiri nggak apa-apa, 'kan?"

Kalvi geming, meneliti wajah Kina yang tampak cerah dengan mata berbinar-binar. Ia terkekeh geli. Tampaknya bukan hanya Kalina yang menyukai boneka. "Ya udah, gue cari dulu, nanti gue kasih liat ke elo, bagus apa nggak bonekanya."

Keduanya berpisah dengan tujuan masing-masing. Kina melihat berbagai boneka berbentuk binatang dengan macam-macam ukuran. Matanya terus menelusuri tiap rak, hingga kedua maniknya membola kala menemukan boneka berbentuk kucing gendut berwarna abu-abu.

"Pusheen!" pekiknya tertahan seraya meraih boneka yang ukurannya tidak terlalu besar itu. "Lucu banget ... pengin beli."

Tapi kemudian Kina teringat kalau dirinya tidak membawa uang lebih hari ini. Ia pun mendesah kecewa sambil menatap penuh harap boneka berbentuk salah satu animal character kesukaannya. "Lain kali ke sini lagi, deh, nanti aku bawa kamu pulang, ya."

"Kin, ini lucu nggak?" Kalvi tiba-tiba datang ke hadapan Kina sambil membawa sebuah boneka burung hantu versi menggemaskan. "Kebanyakan boneka Kalina beruang semua, yang gini pasti belum punya."

Kina mengembalikan boneka Pushen ke tempatnya lalu memperhatikan boneka di tangan Kalvi. "Lucu banget, Kal. Jadi nggak keliatan seremnya, pasti adek lo suka."

"Ya udah deh, gue ambil yang ini aja," putus Kalvi. Ia menghirup napas sejenak. "Lo tunggu di luar aja, Kin, biar bisa duduk. Takutnya lama, soalnya mau sekalian dibungkus kado."

Kina berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Ya udah, gue tunggu di luar, ya."

Kina pun berjalan keluar dan duduk di kursi-kursi yang disediakan di depan toko. Gadis itu menunggu sambil memainkan ponsel, mulai berselancar di sosial media yang ia punya. Tangannya terhenti seketika saat mendengar keributan kecil beberapa meter di depannya.

"Ma, aku mau ambil mainannya!" seru seorang anak kecil pada ibunya.

Lalu Kina tersadar bahwa di tengah jalan ada sebuah plastik putih yang tergeletak di tengah jalan raya. Sepertinya plastik itu berisi mainan, seperti yang anak kecil itu sebutkan. Mungkin terjatuh saat mereka menyeberang jalan.

"Jangan, bahaya, Dek!" Si ibu bersikeras melarang anaknya untuk mengambil mainan itu. "Nanti, tunggu jalanannya sepi, ya."

Hati Kina tergerak untuk membantu, takut terjadi sesuatu pada ibu itu maupun anaknya. Ia pun memasukkan ponsel ke dalam tas, kemudian segera menghampiri ibu dan anak itu. "Bu, biar saya yang ambil ya, Ibu mending jaga adeknya di sini," kata Kina dengan senyum sopan.

"Oh, terima kasih banyak, Nak!"

Kina tersenyum lagi, lalu melihat ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada kendaraan yang melintas. Setelah merasa semuanya aman, ia melangkah ke tengah jalanan dan meraih plastik putih tersebut.

Namun yang terjadi setelahnya sungguh di luar dugaan.

Seruan keras yang menyebut namanya memekakan telinga, berlomba-lomba dengan suara klakson yang datang dari arah kanan. Selebihnya Kina tidak tahu apa-apa sebab semuanya terjadi begitu cepat, dan Kina tidak mau mengingatnya.

- - -

author's note:

hayoloh, kira-kira menurut kalian, yang bakal ketabrak kina, kalvi, atau malah si ibu-ibu itu? atau jangan-jangan anak kecilnya?

haha, tunggu chapter selanjutnya ya kalo penasaran 😂

btw pusheen (pusheen the cat) yang kina sebut di atas itu bentuknya kayak gini (buat yang nggak tau):

btw pusheen (pusheen the cat) yang kina sebut di atas itu bentuknya kayak gini (buat yang nggak tau):

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gumush banget kan ya? pengin punya aku jugaaa :(

regards,

dindaarula.

(bandung, 14 april 2020)

As Sweet as You Are [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang