"NGELIATIN Kina terus dari tadi, Kal. Naksir?" tanya Rio seraya menyenggol lengan laki-laki itu dengan sikunya. Senyum jahilnya terbentuk. Sebenarnya ia sudah lama memergoki ada sesuatu yang berbeda antara dua manusia itu: Kina dan Kalvi. Namun sampai hari ini juga tidak ada hal mengejutkan yang terjadi.
Kalvi berdengkus dan membuang muka. Sial, malah ke gap, umpatnya dalam hati. Ia tidak sadar bahwa Rio memperhatikannya sejak tadi.
Saat ini kelas XI MIPA 3 sedang berkumpul di lapangan pada jam pelajaran olahraga. Kalvi memperhatikan Kina yang bergabung dengan teman perempuan lainnya entah sedang menceritakan apa. Raut wajahnya tampak berubah-ubah, lalu gadis itu tertawa dan disusul oleh tawa-tawa yang lain. Diam-diam Kalvi tersenyum geli.
Rio baru saja akan menggodanya lagi, namun guru olahraha mereka yang bernama Pak Deden itu langsung menginstruksikan semua murid untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu yang dikemas dalam bentuk permainan.
Nama permainanmya adalah Gempa, Banjir, dan Tsunami. Tujuannya bukan hanya untuk sekadar bersenang-senang, karena dalam memainkannya dibutuhkan kecepatan, daya respons, dan konsentrasi yang tinggi untuk mendengarkan instruksi yang diberikan oleh guru sehingga tidak melakukan kesalahan dan tidak mendapatkan hukuman.
Pertama-tama semua anak membentuk kelompok berisi tiga orang. Dua orang berdiri berhadapan sambil bergandengan yang dianggap sebagai "tempat berlindung", lalu satu orang lagi berjongkok di antara keduanya, berperan sebagai "seseorang yang berlindung" dari bencana.
Semuanya fokus memperhatikan Pak Deden, hingga beliau berseru tegas, "Gempa!"
Semua anak yang berjongkok sontak berhamburan untuk mencari tempat perlindungan baru dan berteriak seolah bencana itu benar-benar terjadi. Sebenarnya sih, hanya untuk meramaikan suasana saja.
Kemudian Pak Deden berteriak lagi, "Banjir!"
Kali ini satu anak yang bergandengan harus mencari pasangan dan membentuk "tempat berlindung" baru, sementara si anak yang berjongkok bisa bergandengan dengan satu anak yang diam di tempat. Satu orang yang gagal terpaksa didiskualifikasi dan akan mendapatkan hukuman di akhir permainan.
"Tsunami!" Pak Deden berseru dengan lebih kencang, sebab ini adalah "bencana" terparah.
Semuanya langsung panik berlarian mencari dua orang lainnya untuk membentuk kelompok baru.
Kepala Kalvi bergerak kesana kemari mencari dua temannya yang belum berkelompok. Dan di saat itu pula Kalvi menemukan Kina yang tampak sama paniknya dengan dirinya. "Kin!" Kalvi langsung berseru memanggilnya.
Kina segera menoleh dan kedua matanya membola. Mungkin karena diserang kepanikan takut akan dihukum, Kina segera berlari ke hadapan Kalvi, meraih kedua tangan laki-laki itu untuk ia gandeng. "Hah, dikirain udah kebagian semua," ujarnya dengan napas terengah-engah.
Kemudian muncul satu orang temannya yang langsung berjongkok di antara keduanya.
Kalvi tidak peduli siapa temannya itu. Yang Kalvi pedulikan adalah tangan kecil Kina yang menggenggamnya. Matanya bahkan memandang Kina tanpa berkedip, memperhatikan wajah manis itu memerah karena lelah, serta bulir-bulir keringat di dahi yang membuat poni tipisnya sedikit basah dan menempel.
Genggaman tangan Kalvi mengerat, membuat gadis itu segera menoleh dan menatap Kalvi tepat di mata. Kalvi hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun, sementara Kina langsung tampak kikuk lalu menunduk, tersenyum malu-malu.
"Why are you so cute?" tanpa sadar Kalvi melisankan apa yang ada di kepalanya.
"Wey, lo kira dunia cuma milik berdua apa?!"
Kalvi terperanjat. Ia segera menunduk dan menemukan Rio yang berjongkok tengah menengadah dengan senyum menyebalkan. "CIE, ADA COUPLE BARU DI KELAS KITA, GUYS!" Rio tiba-tiba berseru hingga mengundang seluruh atensi teman-temannya yang mulai menggoda mereka, bahkan Pak Deden yang ikut menyaksikannya juga langsung geleng-geleng kepala.
"KAMPRET, RIO!"
- - -
author's note:
adakah yang pernah main permainan itu waktu jam pelajaran olahraga di sekolah? kalo pernah, berarti kita sama!
sebenernya masih banyak lagi game sederhana yang bisa kutulis, tapi aku cari yang pas untuk bikin momen kalvi sama kina wkwkwk. kesempatan dalam kesempitan banget, kan?!
btw jadi kangen sekolah bgt huhu :(
regards,
dindaarula.
(bandung, 18 april 2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
As Sweet as You Are [END]
Short StoryKinata Aria menyukai apa-apa saja yang berasa manis. Namun, sejak Kina mulai dekat dengan seorang Aliandra Kalvi, ia baru tahu ternyata ada rasa yang lebih menyenangkan ketimbang rasa manis dari apa-apa yang disukainya. --- © April 2020 by Dinda Aru...