[ 0 6 ]

6.5K 756 18
                                    

PADAHAL sudah tiga hari berlalu, tetapi Kina masih bisa merasakan bagaimana hangatnya tangan Kalvi seolah menyentuh rambutnya. Sejak hari itu pula, Kina tidak bisa membuang jauh-jauh nama Kalvi dari pikirannya. Perlakuan yang tak terduga itu sudah berhasil membuatnya gila!

"Saaar, sumpah, gue rasa gue udah gila sekarang," adu Kina pada Sarah yang sedang menikmati nasi soto sebagai menu makan siangnya. Makanan Kina sendiri sudah habis sedari tadi.

Sarah memandang Kina sejenak sebelum sesendok nasi masuk ke mulutnya. Setelah berhasil tertelan, Sarah pun membalas, "Ini udah yang ke berapa kali lo ngomong gitu, Kin? Apa sih yang udah bikin uring-uringan kayak gini? Lo aja belum cerita apa-apa ke gue."

Kina menggembungkan pipinya, lalu diembuskannya napas panjang. "Kalvi, Sar," cicit Kina, takut-takut penghuni kantin yang lain akan mendengarnya. "Kalvi bikin gue gila."

Sarah nyaris tersedak kuah soto. Ia buru-buru minum, menghindari hal buruk yang akan terjadi. Lalu ia menatap Kina tak percaya. "Seriously, Kina? Lo suka sama Kalvi?" Sarah berbisik awalnya, detik berikutnya vokalnya kembali normal. "Ah, nggak heran sih, orang emang ganteng gitu. Tapi gue nggak nyangka, lo akhirnya ikutan kepincut juga!"

"Tapi gue kan baru-baru ini aja punya interaksi lebih sama dia, masa sih karena itu doang gue bisa suka?" Kina menangkup pipinya. "Tapi, tapi, mukanya kebayang terus di kepala gue, Saaar." Apalagi waktu dia senyum sambil ngacak rambut gue, tambah Kina dalam hati.

"Ya menurut lo sendiri, kenapa lo bisa tiba-tiba kepikiran dia terus?" Sarah bertanya sembari melanjutkan acara makannya.

"Akhir-akhir ini gue emang sering merhatiin Kalvi, sih," aku Kina dengan suara pelan. "Gue kan kaget Sar, ngobrol aja jarang, tapi pas giliran gue ultah dia ikut ngucapin dong."

"Iya sih, gue kira dia bakal bodo amat. Waktu Luna ultah aja dia nggak ngucapin, padahal di grup udah rame banget."

"Nah itu dia. Tapi gue takut kegeeran, Sar. Kalvi kan emang nggak pernah ngobrol sama Luna. Sama gue pernah lah sekali-kali, waktu gue nagih uang kas. Jadi mungkin karena gue bendahara kelas kali, ya...."

Sarah manggut-manggut. "Bisa jadi, sih," katanya. "Terus, waktu kalian kerkom berdua, gimana tuh? Lo nggak cerita-cerita, Kin."

Ditanya seperti itu, otomatis Kina teringat kembali kejadian tiga hari lalu. "Ya gitu, Sar. Ngerjain tugasnya lancar sih, tapi kami habis diledekin sama anak-anak yang ada di kelas. Ah, lo nggak ada sih waktu itu. Gue kesel tapi malu juga, tapi anehnya Kalvi malah kalem-kalem aja digituin.

"Tapi justru hari itu yang bikin gue gila, Sar...." Kina menceritakan tentang apa yang Kalvi lakukan padanya sambil menutup wajah. Mengingat hal itu pasti akan membuat wajahnya memerah bak kepiting rebus. "Mau pingsan aja rasanya gue, Sar, mana Kalvi deket banget lagiii."

Sarah terbahak. "Astaga, astaga, nggak nyangka gue, Kin! Fix sih ini, gue yakin seratus persen pasti dia ada apa-apanya sama lo!"

Kina menghela napas berat. "Tau ah, Sar. Udah dibilang gue nggak mau kegeeran. Tapi gimana gue nggak geer kalau dianya kayak gitu? Kesel sumpah, kenapa Kalvi harus gitu sih, apalagi waktu gue kasih dia lagi kue cok--"

"Kin!"

Kina mengerutkan kening kala Sarah tiba-tiba memekik panik. Sarah memukul-mukul lengan Kina sambil melihat ke meja arah lain yang dibelakangi oleh punggungnya. "Apaan sih, Sar?" tanyanya dengan heran.

"Mampus, mampus, ada Kalvi di situ, Kin! Kok kita nggak ada yang nyadar sih dari tadi?!"

Kina membeliak, ia langsung menoleh ke arah yang sama dengan Sarah. Sejak kapan Kalvi duduk di meja itu? Dan entah kebetulan atau memang Kalvi mendengar curhatan Kina pada Sarah, laki-laki itu tengah melihat ke arahnya juga, lantas melempar sebuah senyum kecil.

Kina kembali menghadap Sarah dengan menampilkan wajah panik. "Beneran mampus gue, Sar," cicitnya sambil menutupi wajah. "Kalvi nggak dengar 'kan, Sar? Nggak, 'kan?"

"Semoga ya Kin, semoga."

Kina pun hanya bisa pasrah sekarang, tidak punya keberanian untuk kembali melihat Kalvi di belakangnya lagi.

Rasanya Kina ingin menghilang saja dari bumi.

- - -

(bandung, 9 april 2020)

As Sweet as You Are [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang