"GUYS, tugas yang gue kasih tau semalem itu diketik ya, dikumpulin hari ini, kirim ke email Bu Tanti. Minggu depan presentasi, jangan lupa bikin power point-nya!" Reyhan menjelaskan mengenai tugas semalam di depan kelas. Namun setelahnya beberapa anak langsung protes padanya.
"Lah, semalem lo nggak bilang itu diketik. Kelompok gue nggak ada yang bawa laptop, anjir!"
"Ngasih info yang jelas dong Rey!"
Reyhan tampak panik, ia pun segera membela diri, "Jangan salahin gue, elah. Ini Bu Tanti yang telat ngasih infonya!"
"Ya kenapa lo nggak inisiatif nanya duluan kemaren?"
"Ah, nggak becus lo jadi KM!"
"Serba salah aja hidup gue, gusti." Reyhan malah frustasi tiba-tiba ia diserang begini. Beberapa menit ke depan terjadilah adu mulut sampai mereka mendapatkan solusi yang terbaik dari Reyhan.
Sementara itu, Kina hanya duduk anteng di mejanya sambil membaca materi yang semalam dikirim oleh Kalvi. Tak jauh berbeda dengan Kalvi yang duduk santai sembari memainkan game cacing di ponselnya. Entah dapat ide dari mana, laki-laki itu membawa laptop hari ini untuk mengerjakan tugas tersebut.
Ada beberapa kelompok juga yang salah satu anggotanya membawa juga, namun lebih banyak yang tidak. Reyhan pun memberi solusi, bagi kelompok yang tidak bawa bisa menggunakan fasilitas komputer yang disediakan oleh sekolah, tepatnya di lab komputer.
Akhirnya mereka setuju, dan keributan pun usai.
"Eh, serius lo jadinya berdua doang sama Kalvi?" tanya Sarah sambil mengambil buku-buku yang ia butuhkan. Kebetulan anggota kelompoknya tidak ada yang membawa laptop. Setelah mendapat anggukan dari Kina, Sarah melanjutkan, "Hati-hati aja lo, Kin."
Kina mengerutkan kening. Apa maksudnya? "Hati-hati apaan, sih?" tanya Kina penasaran.
"Hati-hati, takutnya lo malah jatuh cinta sama Kalvi!" balas Sarah, untung saja seruannya tertahan, kalau tidak seisi kelas pasti mendengarnya. Kina pasti malu sekali jika sampai hal itu terjadi.
Belum sempat Kina membalas, Sarah sudah beranjak pergi meninggalkannya bersama teman-teman sekelompok perempuan itu.
Kini di kelas hanya tersisa beberapa orang dalam empat kelompok. Kina yang mejanya berada di depan menengok ke arah belakang, tepatnya pada Kalvi yang masih sibuk dengan ponselnya. "Kalvi," panggil Kina tanpa meninggalkan kursinya. "Ayo ngerjain, jangan main game mulu."
Kata-kata Kina rupanya langsung mengundang perhatian seisi kelas. Beberapa temannya langsung menggoda mereka.
"Cie, tuh Kal, jangan main game mulu kata Kina," ujar Rio yang kebetulan ada di dalam kelas. "Kasian, Kina jadi nggak diperhatiin!"
Kalvi segera mengangkat kepala dan mendapati banyak pasang mata ke arahnya. Lalu ia beralih sejenak pada Kina yang tampak malu dan langsung marah-marah pada Rio. Senyum gelinya pun terukir. Lucu, batinnya. "Ngerjain di meja gue aja, Kin," Kalvi akhirnya mengeluarkan suara setelah ia berhenti bermain game.
"Asik dah, ini tugas kelompok tapi dikerjain cuma berdua begini," Rio kembali mengganggu mereka lagi. "Duet maut!"
"Kan Naren sama Friska nggak masuk, Rio!" balas Kina sembari pindah ke tempat Kalvi. "Ih, kesel, kok malah pada ngeledekin, sih?" gerutunya setelah ia mendaratkan bokongnya pada kursi di sebelah Kalvi. Kina tidak sadar, sedari tadi Kalvi terus memperhatikannya.
"Udah biarin aja," kata Kalvi sambil terkekeh. "Lo juga nggak usah marah-marah."
"Kenapa? Kesel habisnya, Rio nyebelin banget!"
"Lo lucu kalo marah-marah kayak tadi."
Kina langsung terdiam. Napasnya tertahan, pun jantungnya di dalam sana mulai berdetak tak karuan. Kina tidak salah dengar, 'kan, barusan Kalvi menyebutnya lucu?
"Kalvi," panggil Kina pelan saat Kalvi tengah mengeluarkan laptopnya dari dalam tas.
"Hm?" Kalvi hanya bergumam.
"Gue bawa kue cokelat lagi."
Gerakan tangan Kalvi sontak terhenti. Lalu ia menatap Kina lurus-lurus. "Serius?" tanyanya memastikan. "Gue kan cuma bercanda, Kin."
"Sampe dua kali bercandanya?" Kina mengulum senyumnya. "Nggak apa-apa kali, bilang aja kalau emang mau."
Kalvi tidak bisa menahan senyumnya, namun pada akhirnya ia tertawa ringan. "Ketauan deh, ya? Gue iseng aja sebenarnya minta lo bawa lagi. Tapi gue nggak bohong waktu bilang kalau kue cokelatnya enak." Kalvi mulai mengoperasikan laptop, tanpa menatap Kina, ia melanjutkan, "Lo bawain berapa untuk gue?"
"Yang gue bawa, semuanya buat Kalvi," sahut Kina dengan senyum melebar, membuat matanya jadi menyipit.
Kalvi menoleh pada Kina. Selama beberapa detik ia hanya memandangi gadis di sebelahnya itu. Senyum Kina menular. Tangan Kalvi secara impulsif tergerak untuk menyentuh poni tipis Kina, lalu mengacaknya pelan. "Kalau gitu, jangan sampe mereka tau dan minta."
Tubuh Kina membeku.
Kalau begini caranya, bisa-bisa ucapan Sarah benar-benar akan terjadi!
- - -
(bandung, 8 april 2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
As Sweet as You Are [END]
Short StoryKinata Aria menyukai apa-apa saja yang berasa manis. Namun, sejak Kina mulai dekat dengan seorang Aliandra Kalvi, ia baru tahu ternyata ada rasa yang lebih menyenangkan ketimbang rasa manis dari apa-apa yang disukainya. --- © April 2020 by Dinda Aru...