KINA tidak pernah membayangkan malam-malam begini Kalvi akan datang ke toko kue keluarganya, yang secara tidak langsung laki-laki itu bertandang ke rumahnya juga. Kalvi bilang, ia butuh kue ulang tahun untuk adiknya. Untungnya masih ada persediaan meski hanya sebuah kue dengan dekorasi seadanya, karena Kalvi tidak memesan terlebih dahulu.
Setelah Kalvi mendapat apa yang ia cari, Kina menawarkan brownies miliknya yang kebetulan masih ada sisa beberapa potong lagi serta segelas susu putih dingin. Kina pikir Kalvi akan menolak. Namun Kalvi bilang iya dan mereka pun berakhir dengan duduk santai di teras depan rumah Kina.
"Lo nggak takut gendut, malam-malam malah makan yang manis-manis begini?" tanya Kalvi dengan senyum geli yang melekat di wajah. Ia tidak bisa untuk tidak tersenyum saat melihat noda susu putih di bibir Kina.
Sepertinya Kina menyadari adanya bekas susu, ia pun menjilat bibir atasnya sejenak. "Kalau gue mikirin berat badan, gue nggak bisa sebebas ini, Kal," ujar Kina tanpa melihat Kalvi tepat di mata. "Lagian nggak tiap hari juga, kok."
Kalvi manggut-manggut, kemudian ia melahap gigitan terakhir kuenya. Diam-diam Kina tersenyum. Baru kali ini ia menyaksikan langsung bagaimana Kalvi menikmati kue itu. Sialnya, dalam keadaan apapun ternyata Kalvi tetap terlihat menarik. Pemandangan ini sangat tidak baik untuk jantung Kina.
"Gue baru tau keluarga lo punya toko kue," kata Kalvi kemudian yang belum berniat untuk mematikan obrolan. "Pantes aja kuenya enak."
"Baru dua tahun, sih," sahut Kina seraya menatap Kalvi sesekali. Laki-laki itu hanya fokus memandang ke depan, entah melihat apa. "Kalvi suka banget kuenya, ya?"
Kali ini, Kalvi menoleh pada Kina, membuat napas gadis itu langsung tertahan. "Ya, lumayan," jawab Kalvi sekenanya. Ekspresinya tidak dapat terbaca oleh Kina. "Kalau nggak, gue nggak mungkin minta lo bawain waktu kemarin."
"Kalau ... besok-besok gue bawain terus buat lo, gimana?" Kina menggigit bibirnya. Ia tidak tahu kenapa tiba-tiba melontarkan pertanyaan tersebut. Gue cuma pengin tiap hari ngobrol sama lo, Kalvi, tambah Kina, yang hanya bisa ia katakan dalam hati.
Kalvi geming. Matanya memandangi wajah Kina selama beberapa sekon. Perlahan Kina membuang muka. Malu juga rasanya. Lagipula kenapa Kalvi harus melihatnya seperti itu sih?
"Lo mau bikin gue diabetes, ya?"
Kina kembali melihat Kalvi. Laki-laki itu tertawa ringan. Dan Kina sangat suka mendengarnya. "Ya bukan gitu juga, Kalvi...."
"Yang ngasihnya elo sih, itu kadar kemanisannya jadi naik berapa coba?" sahut Kalvi yang mampu membuat Kina langsung melongo, antara tidak paham atau otaknya masih berusaha memproses kalimat tersebut.
Sepertinya yang pertama lebih tepat.
Kalvi terkekeh geli melihat wajah Kina yang pasti tampak bodoh sekarang. Laki-laki itu pun lantas bangkit sambil berkata, "Gue pulang ya, Kin, nyokap gue pasti nungguin dari tadi. Makasih ya."
Kina mau tak mau ikut bingkas dari kursi meski terasa berat. Waktu berjalan cepat sekali rupanya. "Iya, Kal. Salam ya, buat nyokap lo, sama buat adek lo yang besok ulang tahun juga," ujar Kina dengan senyum tulus.
"Kalau besok-besok gue ke sini lagi biar disuguhin kue sama susu, boleh nggak, Kin?"
"Eh?"
Lagi-lagi Kalvi mengejutkannya. Serius, Kalvi ingin datang lagi ke rumahnya besok-besok? Kalau memang iya, Kina sungguh tidak akan keberatan!
Kalvi terkekeh kemudian. Ia pun mengangkat plastik berisi box kue tart di dalamnya dari atas meja. "Tebak sendiri ya, yang barusan gue serius apa nggak," kata laki-laki itu.
Kina tidak mau menebak. Karena apapun kebenarannya, Kina selalu siap menyambut Kalvi kapanpun ia akan datang.
- - -
(bandung, 11 april 2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
As Sweet as You Are [END]
Short StoryKinata Aria menyukai apa-apa saja yang berasa manis. Namun, sejak Kina mulai dekat dengan seorang Aliandra Kalvi, ia baru tahu ternyata ada rasa yang lebih menyenangkan ketimbang rasa manis dari apa-apa yang disukainya. --- © April 2020 by Dinda Aru...