Mr. Robert tampak terburu-buru berjalan kesana kemari melewati koridor aula perkemahan. Ia mengambil mic untuk mengumumkan suatu berita dari Mr. G yang sempat mereka bahas beberapa minggu yang lalu.
Ehem.. Tes.. Tes..
Anak-anak penghuni Camp Half Blood aku ingin memberikan pengumuman penting. Malam ini akan diadakan perayaan untuk menyambut bulan baru dewi Artemis yang akan muncul.Dimohon untuk para demigod, oracle, dan lain-lain supaya mempersiapkan diri..
Sekian dan terimakasih.Para demigod terlihat gembira akan berita ini. Sudah menjadi tradisi untuk memperingati bulan baru setiap setahun sekali. Rasa terimakasih kepada dewi Artemis karena telah menyinari malam dengan bulannya.
Jimin yang terlihat paling senang. Mengetahui kalau kakaknya yang berkedudukan sebagai pemburu Artemis akhirnya ada waktu senggang untuk mengunjunginya di perkemahan.
"Pasti akan ada banyak makanan!" V dan Jin berseru hampir bersamaan.
"Anak Aphrodite mana sekarang yang ingin kau ajak berdansa V?" Joon terlihat menggoda temanya. V memang tampan, dan setiap kali bagian acara dansa pasti ia akan mencari lawan dansa yang cantik terlebih dikalangan anak dewi Aphrodite."Jangan sembarangan memilih saudari-saudariku" ucap Jin sembari tertawa. "Haha ya aku ingat terakhir kali kau mengencani anak Aphrodite.." Jk berusaha mengingat. "Irene" Jin memperjelas.
"Hahaha itu berakhir dengan tumpahan kopi di gaunya" ucap Jk sambil tertawa. V memerah mengingat hal memalukan yang ia lakukan tahun lalu. "Aku kan tidak sengaja menumpahkan kopi itu" jawab V berusaha membela diri.
"Bagaimana denganmu Jey?" Joon melemparkan pandangannya pada Jey sekarang. "Entah mungkin aku berdansa dengan Chaeyoung lagi?" Jey tertawa.
Mengingat setiap tahun ia hanya berdansa dengan adiknya itu, aneh memang, tapi Chaeyoung bersedia untuk menemani dansa sang kakak yang cupu dalam menggaet gadis.
"Man, aku merasa iba dengan Chae sekarang" kata Yoongi sambil membuka kaleng soda. "Ayolah cari gadis yang kau sukai dan ajak dia" kata Jin menepuk pundak Jey. Tak diragukan, Jin memang pandai dalam urusan perempuan. Terlebih dengan wajah tampan dan karisma nya, siapa yang tidak terpesona?
Jey mengehela napas. "Ah entahlah" lanjutnya. Jin menggeleng pasrah, Jey memang kikuk kalau sudah membahas soal perempuan.
***
Malam perayaan pun datang. Terlihat para demigod dari masing-masing pondok berhamburan keluar menuju halaman utama perkemahan yang amat luas.
Mereka memakai pakaian terbaik mereka serta membawa lilin yang menyala sebagai wujud penghormatan kepada sang dewi.
Kelompok pemburu Artemis juga nampak datang dengan pakaian pemburuan mereka. Walaupun tidak menggunakan pakaian yang seharusnya, kelompok itu terlihat sangat menawan dan anggun.
Nampak Solar yang tengah menghampiri Jimin untuk sekedar menyapa sang adik yang sudah lama tak bertemu. "Kau sudah tumbuh dengan baik, aku kira kau tidak bisa tumbuh" ucap Solar sambil tertawa menyindir Jimin.
"Buka matamu kak, tinggiku bahkan melebihimu sekarang" balas Jimin tak mau kalah. "Ya, kalau dibandingkan dengan Joon kau kelihatan seperti anak itik" Solar seakan tidak kehabisan kata untuk menggoda adiknya.
Kedua saudara itu pun tertawa melepas kerinduan satu sama lain.
"Siapa yang akan kau pilih?" suara Joon menyadarkan Jey dari lamunannya. "Siapa apanya" Jey menjawab. "Tentu saja pasangan dansamu bodoh, ah kau ini terlihat seperti Yoongi" Joon geram dengan Jey yang sepertinya tidak meresponnya dengan benar.
"Aku bingung.. " Jey mulai bersuara lagi. "Apa aku harus mengajaknya atau tidak, aku takut kalau dia menolakku, masih banyak pria yang lebih menarik dariku jadi ak–"
"Bung kau harus mencoba, ditolak oleh seorang gadis tidak akan membuatmu mati" Joon terlihat memberi semangat kepada temannya yang tengah bimbang.
"Ya kau benar" Jey mulai mengatur napasnya. Belum bertemu saja sudah gugup seperti ini, bagaimana kalau mereka bertemu nanti?
"Berjuanglah! Apollo bersamamu!" Joon berseru menyemangati Jey.Setelah acara penataan lilin para demigod kini dipersilahkan untuk berdansa ditemani dengan alunan musik yang merdu.
"Hai Wen, aku ke.. Kesini h-hanya mau meng.. " Jey terdengar sangat terbata dengan apa yang ingin dia ucapkan. Wendy yang sudah berdiri didepannya terlihat menunggu penjelasan pria yang sudah gugup setengah mati itu.
Bagaimana tidak gugup, Wendy mengunakan gaun putih tulang pendek yang membuatnya makin menawan. Ditambah dengan kalung bunga matahari yang terpasang di leher nya semakin menambah kecantikan gadis itu.
"Aku ingin mengajakmu berdansa bersama" kata Jey dengan segudang keberanian yang tersisa didirinnya.
Wendy terlihat terkejut, namun satu senyuman pun lolos dari bibir anak dewi Hecate itu. "Tentu saja aku mau" Jey terlihat sangat senang, ia mengulurkan tanganya pada Wendy.Gadis itu menerima uluran tangan Jey. Dengan setelan jas abu-abu gelap milik Jey dan gaun putih tulang Wendy, membuat keduanya terlihat sangat serasi.
"Holly shit apa yang baru saja aku lihat?" Jk nyaris tersedak saat menegguk sodanya. "Bagaimana dia melakukannya?" tanya Jimin. "Yah, dengan sedikit keberanian" kata Joon membalas kedua temanya itu.
Malam ini adalah malam yang sangat membahagiakan bagi Jey. Ia tak mengira bahwa rasa janggal yang selama ini menyarangi hatinya adalah rasa cinta terhadap gadis yang tengah berdansa dengannya.
Mereka pun pindah untuk naik ke atas rooftop. Tempat yang lebih nyaman untuk memulai percakapan.
"Jadi apa yang ingin kau katakan?" tanya Wendy penasaran.Jey menatap Wendy lekat-lekat nampak cahaya bulan memantul dari mata lelaki itu. Perlahan tangan Jey menggenggam tangan Wendy.
Jey berusaha menghilangkan segala rasa gugupnya.Untuk yang satu ini, jangan buat kesalahan. Batinya dalam hati dan mulai membuka mulutnya.
"Aku menyukaimu" dua kata itu sukses membuat Wendy tertegun. Gadis itu kehilangan kata-kata.
"Maaf, aku tidak menyukaimu Jey" hati Jey terasa hancur seketika mendengar balasan dari gadis dihadapannya.Lelaki itu menguraikan gengngamanya, kemudian berbalik mundur dari Wendy. "Tapi aku mencintaimu" suara Wendy membuat langkah Jey terhenti.
Ia berbalik dan mendapati Wendy menhampirinya. "Aku mencintaimu, aku mencintaimu lebih dari apapun ak–" satu kecupan dibibir Wendy berhasil membuat gadis itu berhenti bicara.
Wendy tersenyum malu. "Apa sekarang? kita resmi?" Jey bertanya pada gadis yang terlihat memerah pipinya itu. "Iya, iya!" Wendy memeluk Jey dengan erat begitu pula Jey.
Mata mereka saling bertatapan. Jey mempersempit jarak diantara mereka, membuat wajah mereka makin dekat. Wendy memberi satu kecupan dibibir Jey yang dibalas dengan kecupan juga. Ah, bukan itu ciuman. Mereka sedang berciuman sekarang.
TBC -