마지막: 가족

2.5K 149 9
                                    

Jisung baru saja meletakkan sepatunya di rak ketika tubuhnya ditabrak oleh gadis berusia 10 tahun. Gadis itu lalu bersembunyi di belakangnya. Jisung pertamanya bingung, tapi setelah menangkap sosok Yuna dihadapannya barulah ia tahu. Setidaknya, Jisung bisa menerka apa yang tengah terjadi saat ini.

"Appa minggir! Eomma mau bikin perhitungan dulu sama Jina," omel Yuna, memberi tatapan tajam pada gadis yang sesekali melirik dari balik tubuh Jisung.

"Bentar deh! Masalahnya apa lagi sih? Kamu tuh udah ga muda lagi, masih aja lari-larian kayak bocah gini," potong Jisung.

Tidak habis pikir kenapa bisa istrinya selama 12 tahun ini bertingkah bagai bocah SMP yang marah karena tidak diberi permen oleh orang tuanya.

"Anak kamu ini! Disuruh belajar yang bener ga mau, jadinya nih lihat! Nilai apa 70an gini?" Ucap Yuna kembali mengomel sembari menunjukkan tiga lembar kertas berbeda mata pelajaran yang sudah berisikan nilai.

Jisung hanya menggeleng pelan. Nilai di atas 70 itu sudah termasuk bagus bagi Jisung, tapi kenapa terlihat buruk di mata Yuna.

"Ya Tuhan kirain apa! Sufah, kita duduk dulu. Kita bahas bareng," ajak Jisung, menggenggam tangan Jina dan Yuna dan menyeret keduanya ke meja makan.

"Oke, sekarang eomma jelasin kenapa nilai segini jelek? Toh ini pelajaran matematika, fisika, kimia. Memang susah, apalagi untuk anak SD jaman sekarang. Tapi nilai Jina di mapel yang lain kan bagus, 100 semua malah," ucap Jisung membuka percakapan.

"Ya abis Jina bilang mau sekolah di SNU. Ya berarti mau ga mau nilai dia harus bagus dari kecil. Biar bisa masuk ke SMP yang bagus, terus SMA yang bagus. Kalau mau lolos SNU, dia harus dapet nilai bagus. Biar bisa masuk Joongdong," ucap Yuna menyebut nama sekolah menengah atas terbaik di Gangnam dengan rate penerimaan ke SNU paling tinggi se Korea Selatan itu.

Rasanya Jisung dihadapkan langsung dengan orang tua yang macamnya kayak orang tua di drama Sky Castle. Sudah 20 tahun yang lalu drama itu tayang, dan ternyata masih ada saja orang tua begitu. Istrinya sendiri pula.

"Oke. Sekarang appa tanya ke Jina, beneran mau masuk SNU? Kenapa pingin ke SNU? Di Ehwa aja kan bisa, atau Yonsei deh," tanya Jisung dengan nada memancing.

"Iya appa. Mau jadi dokter, biar bisa ngerawat appa sama eomma kalau sakit. Terus kenapa SNU, soalnya temen-temen Jina yang orang tuanya dokter rata-rata lulusan sana," ucap Jina polos.

Jisung sedikit kaget dengan jawaban putrinya. Jina ini disekolah temenannya sama siapa aja sih sampai bisa mikirin masa depan sampai sejauh itu.

"Tuh, anak kamu ngomong kayak gitu. Ya eomma dukungnya dengan nyuruh dia belajar. Kalau ga belajar terus satu mapel aja nilai dia jelek, bisa ga lolos dia," ucap Yuna.

Jisung terdiam sejenak. Memikirkan solusi seperti apa yang harus ia lontarkan agar tidak menyakiti perasaan istri dan anaknya. Sama-sama perempuan sih, takut salah satunya baper terus ngambek. Lebih susah ngurusinnya kalau Yuna atau Jina sampai ngambek.

"Oke gini aja! Eomma ga usah terlalu keras. Jina mau ke SNU, kita dukung. Tapi jangan terlalu diforsir buat belajar, dia masih kecil. Biarin dia belajar sendiri, biar dia yang berusaha untuk apa yang dia inginkan. Sama kayak eomma, dulu juga berjuang sendiri toh hingga bisa debut jadi penyanyi, terus sekarang jadi aktris. Nah sama kayak Jina, kasih kesempatan buat dia berjuang. Apapun yang terjadi di masa depan, we just need to make sure that we will always stay for her," ucap Jisung pada Yuna.

Jisung lalu beralih menatap Jina. "Untuk Jina, appa tahu belajar tuh capek. Tapi kalau Jina niat masuk SNU, berarti kamu harus memperjuangkan impian kamu itu. Ga perlu belajar terlalu keras, tapi usahakan nilai kamu ada di atas 80an. Jadi buat ulangan berikutnya, appa sama eomma bakal pantau nilai kamu. Kalau masih ada nilai segini, maka appa akan carikan kamu guru privat biar kamu bisa lebih fokus,"

runner wannabe | yunasung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang