Happy reading.
.
.
.
.
.Bangchan tidak pernah berharap ia akan bangun setelah pingsan tadi.Namun nyatanya tuhan berkata lain dengan memberikan sebuah kelebihan dan masih membiarkanya hidup.
Chan berysukur,tuhan baik padanya tidak seperti ayahnya yang kini tengah berbincang dengan seseorang pemuda tanpan di teras rumah.
Terus menunduk,Chan pasrah saat pemuda itu menghampirinya yang tengah duduk di sofa kemudian mengelus rambut pirangnya.
"Ini anakmu? Sangat manis,berbeda denganmu Brian!"
Brian mendengus.Tatapan tidak sukanya terus di layangkan pada Chan. "Dia pembawa sial! cepatlah lee minho!"
Minho berhenti mengusap surai pirang chan."Fine, 90 juta cukupkan?" Tanganya menuliskan sesuatu pada selembar kertas dan memberikanya pada Brian.
"Selamat menikmati uangmu, dan siapa namamu manis?"
Minho berjongkok di depan chan, mengelus pipi putih gembil itu dengan lembut yang mengingatkan minho pada seseorang.
Chan melirik sekilas pada ayahnya lalu kembali pada minho. "B-bangchan." Ia Memberikan senyuman lebar ,Minho terlihat seperti orang baik bagi Chan.
Minho berdiri,mengulurkan tanganya pada Chan yang tentu mengundang tatapan heran dari si yang lebih muda.
"Kau ikut aku,kita akan pulang"
Chan terdiam, menatap lamat pada tangan minho."tapi rumah ku disini, ayahku juga disini...". Brian mendecih, mencengkram tangan chan ,menatap putranya itu dengan marah.
"Ck aku bukan ayahmu! Pergilah ikut dia dan jangan pernah menampkan wajah mu lagi di hadapanku!" Tubuh kecil bangchan di hempaskan dengan kuat,beruntung minho dengan sigap menangkapanya.
Chan memegangi tanganya yang di cekram oleh Brian, sangat sakit.
"Ikut saja!" Minho menggendong tubuh chan seperti koala.membawa bocah berusia 13 tahun itu ke keluar dari rumah.
Chan menatap brian dari balik pundak minho, ayahnya itu langsung memalingkan wajah. Chan berusaha keras menahan air matanya dan memilih menempelkan dahinya pada pundak minho.
Minho menurunkan Chan dari gendonganya,mendudukan bocah itu di jok mobil depan.
"Menangislah jika kau mau."
Chan menggelengkan kepalanya,memberikan sebuah tatapan polos pada minho yang mulai berkendara di sisinya. "Ibu bilang jangan banyak menangis.chanie harus kuat."
Minho terkekeh, geli hatinya mendengar ungkapan polos dari mulut mungil chan."benarkah, kenapa ibumu tidak menolongmu tadi hm?"
"Ibuku tidak bisa...Tapi ibu selalu memeluku di dalam mimpi, Ibuku baik-kan paman?"
Tatapan antusias dan di layangkan chan pada minho,membuat pemuda berusia 24 tahun itu terkekeh canggung. "Jangan terlalu polos manis,orang jahat bisa saja mencelakaimu! Aku contohnya?"
Satu usakan gemas chan dapatkan di kepalanya. "Apa paman jahat? Apa paman ingin mencelakai Chanie?". Minho menghentikan mobilnya, menyeringai ke arah chan kemudian membawa satu tanganya untuk memainkan daun telinga chan.
"Aku hanya akan membakarmu di ranjang, Dalam artian menyenangkan tentunya."
Chan mengedipkan matanya sebanyak 2 kali, memiringkan kepalanya. "Membakar tubuh seseorang itu menyenangkan? Ibu tidak pernah mengajaku melakukan itu dulu!" Ekspresi bingung yang membuat birahi dari pemuda lee melonjak naik.
"Sangat menyenangkan! Mau ku ajarkan"
Chan mengangguk dengan antusiat, minho membawa tanganya untuk mengelus leher chan. "Paman geli eheheh"
KAMU SEDANG MEMBACA
[4]🌷Sweet Mafia [HyunChan]
FanfictionDari awal hyunjin hanya ingin mempermainkan kepolosan bocah itu. Dom Hyunjin sub Bangchan BxB No like Dont read bahasa Semi-baku.