Happy Reading
.
.
.
.
.Minho membanting tubuhnya ke lantai kemudian berguling ke belakang meja pantry, untuk berlindung.
Suara tembakan beruntung terdengar kuat, teriakan dan barang-barang pecah juga tak tertinggal. Minho mengisi pistol magnum silvernya dengan peluru.
Mengintip sedikit dan mulai membidik target, mata Minho mengintai tajam di antara kericuhan orang-orang.
Ada 5 Orang dengan tato Daun ganja. Minho langsung menembak salah satu di antara mereka.
Tepat di kepala. Suara tembakan Minho nampaknya menarik perhatian ke-4 orang yang tersisa. Dengan cepat Minho membidik dan kembali menembak.
Menewaskan 2 diantara mereka. Kini tinggal 2 orang lagi. Terjadi adu tembak diantara ke-3nya. Minho sedikit terhuyung karna lengah dan berhasil tertembak di bagian pundak.
Minho kembali melepaskan pelurunya mengunakan tangan kiri, ke-2 pria tersebut tewas dengan kepala masing-masing yang berlubang.
Minho menghela nafas, ia membuang pistolnya dan bersandar pada tembok. "Aku baru mengecat tembok-tembok ini." Gumam Minho.
Pemuda Lee itu memerhatikan para mayat yang tergeletak di lantai, banyak darah yang mengotori lantai serta tembok. Sebagian jalang Minho mati, dan barang-barang Barnya banyak yang rusak.
Minho menghela nafas, ia berjalan menghampiri mayat salah satu orang yang berhasil menembakanya.
Dengan kuat Minho menendang kepala orang itu, beberapa kali hingga terlepas dari tubuhnya. "Sialan!" Teriak Minho.
Pemuda Lee itu kemudian keluar dari Bar, dan merogoh saku celananya untuk menelphone seseorang. Tapi matanya justru terpaku pada pemberitahuan jika Hyunjin menelphone sebanyak 50 kali.
Sangat menarik, pemuda angkuh biasanya tidak ingin repot-repot hingga 50 kali panggilan.
Minho perlahan menyunggingkan senyumnya. "Oh, benar. Aku belum mengunjungi Chanie," setelah kata-kata itu. Minho memasukan kembali ponselnya, tidak jadi untuk menelphone seseorang. "Yah! Woojin bisa menunggu."
.
.
.
.Bangchan memerhatikan penampilanya di depan cermin, kedua alisnya terangkat. "Kau suka?" Tanya Hyunjin.
Bangchan terdiam, masih asik melihat penampilanya di cermin. Ia sesekali berputar untuk melihat rok yang ia kenakan mengembang.
Hyunjin tertawa dalam hati. Pilihanya untuk membeli pakaian maid itu bagus. Bangchan terlihat sangat menggemaskan memakainya.
Apalagi jika ditambah make up dan pita.
"Tapi ini untuk perempuan...." ucap Bangchan sembari mengangkat ujung Roknya, Hyunjin menggedikan bahunya kemudian turun dari ranjang.
Ia menghampiri Bangchan. Hyunjin menyisir rambut Bangchan ke belakang, satu tanganya memegang pinggang Bangchan.
Hyunjin memerhatikan Bangchan dari atas sampai bawah.
Kulit putih, Lengan kurus, pinggang ramping, dada rata dan tubuh pendek. Terlihat seperti wanita berambut pendek. Andai saja dada bocah itu agak berisi mungkin akan lebih terlihat seperti wanita.
"Andai saja dada mu besar," Hyunjin menyilangkan tangan di depan dada kemudian berjalan kearah meja dekat ranjang.
Membuka laci dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Bangchan mengedipkan mata kecilnya dengan heran.
Hyunjin berbalik dengan dua kondom ditangannya. "Aku tidak punya balon, Chaniee, Kemari!"
Bangchan mengangguk, ia berlari cepat ke arah Hyunjin. "Tiup ini." Titah Hyunjin sembari memberikan sebuah kondom bewarna pink untuk Bangchan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4]🌷Sweet Mafia [HyunChan]
FanfictionDari awal hyunjin hanya ingin mempermainkan kepolosan bocah itu. Dom Hyunjin sub Bangchan BxB No like Dont read bahasa Semi-baku.