¤Sweet Mafia¤

3.2K 344 41
                                    

Happy Reading.
.
.
.

Tidak ada yang bersuara. Semuanya nampak terdiam sehingga suara tangis Bangchan yang terus memanggil nama Minho lah yang menggema.

Wajah Minho sudah sangat pucat. Pemuda Lee itu kehilangan banyak darah dan mendapat banyak luka tusukan.

Bangchan membawa kepala Minho pada pangkuanya dan mendekap kepala itu dalam pelukanya. Berusaha menghangatkan tubuh Minho yang mulai mendingin.

Minho tersenyum lirih, matanya sudah sangat sayu menatap Bangchan. Tangan kanan Minho terangkat dan mengusap pipi Bangchan dengan lembut.

"Maaf tidak bisa menemanimu bermain lagi...." ucapnya dengan lirih. Bangchan menggeleng cepat, "Chaniee tidak mau bermain, Chaniee mau paman Minho tetap disini hiks,"

Woojin mendekati Bangchan dan Minho. Pemuda Kim itu berjongkok dan menunduk melihat Minho tidak lagi bisa di selamatkan. "Terimakasih telah datang, dan maaf...."

Minho menggeleng. "Tidak apa-apa, hanya...." Minho mengambil nafas dalam. Ia melirik Hyunjin dan semua orang dalam ruangan. "Jaga saja harta ku satu-satunya." Ucapnya sembari melihat ke arah Bangchan.

Bangchan menggeleng, "Paman Minho jangan tidur! Chaniee punya hadiah jadi jangan tidur dulu! Jangan! Pokoknya jangan hiks!" Teriak Bangchan.

Minho mulai terbatuk darah. Darahnya bahkan mengenai wajah Bangchan, "M-maaf," ucap Minhi sembari hendak mengelap wajah Bangchan.

Namun Bangchan malah menahan tanganya. Bocah itu melepas gelang yang terpasang di tanganya dan memasangkan gelang manik-manik tersebut di tangan Minho. "Ha-hadiah dar-dari ku hiks."

Minho tersenyum tipis, "Aku mencintaimu," gumamnya. Bangchan mencium kening Minho.

Minho tidak lagi bisa berkata-kata. Ia tidak lagi bisa menggerakan tubuhnya, semua yang ia lihat kini adalah gelap.

Dan satu hal yang ia dengar sebelum semuanya hilang adalah.

"Ch-chanie juga! Chaniee mencintai paman Minho!"

Kata-kata cinta dari Bangchan.

.
.
.

Hyunjin tidak merasakan puas. Meski Ayahnya telah tiada dan ia telah berhasil membalaslan dendam.

Hyunjin justru kini merasa kosong dan tidak punya tujuan hidup. Yang Hyunjin lakukan sekarang hanya menatap kosong pemakaman Minho sembari menggandeng tangan Bangchan.

"Dendam kita sudah terbalas, terserah pada kalian untuk melakukan apa sekarang! Namun yang jelas. Mansion ku selalu terbuka untuk kalian!" Ucap Woojin kemudian masuk ke dama mobipnya.

Pemuda Kim itu tentunya tidak akan berhenti berkecimbung di dunia gelap. Bukan tidak bisa, hanya tidak ingin. "Well kita tidak bisa berhenti?" Felix membuang puntung rokoknya. Menginjak itu kemudian berjalan menjauh, Jeongin menghela nafas dan menyusul Felix "yeah ini sudah jadi bisnis!"

Seungmin memutar bola matanya, "Hanya orang bodoh atau ingin mati, yang berhenti jadi Mafia."

Changbin mengangguk setujua, ia menepuk pundak Hyunjin dan berkata. "Pulanglah Hwang, dan ambil keputusan mu." Ucapnya. Changbin dan Seungmin kemudian pergi bersamaan.

Keadaan hening. Tidak ada yang membuka suara, bahkan Bangchan hanya menatap kosong pada kuburan Minho.

'Jaga saja hartaku satu-satunya'

Ucapan Minho bahkan terus terngiang di pikiran Hyunjin.

Sekarang apa yang harus ia lakukan. Menjaga Bangchan seperti yang di amanatkan oleh Minho.

Atau tetap pada niat awalnya yaitu hanya mempermainkan.

Karna dari awal Hyunjin hanya ingin mempermainkan kepolosan bocah itu.

Entahlah. Hyunjin sendiri tidak tau apa yang harus ia lakukan.

"Paman Hyunjin." Panggilan datar dari Bangchan membuat Hyunjin menoleh.

Kedua netra mereka bertemu. Namum kali ini, bukan tatapan polos atau riang yang selalu Bangchan pancarkan.

Tapi kali ini adalah tatapan serius dan dingin yang ia lihat.

"Tolong ajarkan aku menjadi sepertimu...."

Hyunjin diam, ia menunggu Bangchan melanjutkan kalimatnya.

"Seorang Mafia."

"jangan bercanda!" Bentak Hyunjin. Bangchan tetap diam, sorot matanya masih serius dan dingin.

Hyunjin memegang pundak Bangchan, dan mencium bibir bocah itu dengan lembut.

Bangchan tetap diam, ia tidak membalas ciuman Hyunjin atau menolaknya.

"Ajari aku menggunakan senjata, kumohon...." Mohon Bangchan dengan mata sayu dan pipi memerah.

Hyunjin menghela nafas. Ia bimbang, haruskah ia menuruti Bangchan.

Membuat kertas putih itu menjadi kertas hitam.

Atakah ia menolak.

Membuat kertas itu perlahan hancur oleh dunia.

"Baiklah."

Ya, inilah pilihan Hyunjin.

.
.
.
.


TBC

Say good bye to bangchan yang polos :)

[4]🌷Sweet Mafia [HyunChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang