¤Sweet Mafia¤

4.6K 377 76
                                    

Happy reading.
.
.
.
.
.
.

"Kau yakin ingin melakukanya sendiri hwang?"

Hyunjin mengangguk sembari mengikuti felix yang bertanya di depanya. "Berhenti memanggilku hwang, felix."

Felix hanya menggedikan bahunya, "aku sudah terbiasa memanggilmu seperti itu, jadi sepertinya akan sulit." menekan saklar lampu sehingga membuat lorong yang akan mereka lewati tarang-benderang.

"Terserahlah, asal kau berhenti mengatakan itu."

Mereka kembali berjalan dan berhenti di sebuah pintu yang berada tepat di ujung lorong.  Terlihat seperti pintu besi yang dihiasi jeruji.

Ya tentunya itu hanya pengalihan, meski pintu itu terlihat sederhana untuk mafia seperti mereka. Tapi tingkat keamananya cukup tinggi.

Jika kau sembarangan menyentuhnya maka di pastikan tanganmu akan telepas karna benang laser tipis yang tersembuyi. Dan hanya Woojin yang bisa membuka pintu ini.

dengan sidik jarinya.

"Kau ingin melepas tanganmu lix?"

Felix mendengus, menatap kesal pada hyunjin. "Diamlah hyun, sidik jariku dan seungmin sudah di tambahkan dalam keamanan."

Hyunjin ber-Oh. Kemudian memerhatikan felix yang memperlihatkan telapak tanganya pada kamera.

Dan pintu itu langsung terbuka.

"Ow, teknologi baru huh?!"

Di dalamnya gelap, sangat gelap dan tidak ada jendela. Siapapun yang ada di dalamnya pasti akan merasa pengap.

"Well, ini bagianmu." Felix menepuk pundak hyunjin, memeringkan tubuhnya sedikit agar hyunjin bisa melewatinya dan masuk kedalam, Sementara dirinya mengawasi dari sini.

Lampu ruangan itu langsung menyala ketika Hyunjin menginjakan kakinya. Pemuda kelebihan bibir itu dapat melihat adiknya yang terikat pada sebuah kursi.

Bukan terikat, lebih tepatnya terantai!.

"Aku tau kau sadar Hwang Yeji."

Decihan terdengar, Yeji mengangkat wajahnya agar bisa bertatapan dengan hyunjin. "Hallo bajingan."

Hyunjin mendengus, memasukan kedua tanganya pada saku celana dan menatap yeji dengan remeh. "Kau masih payah seperti biasa, mudah tertangkap."

Yeji menggertakan giginya sembari memalingkan wajah. "Dimana minhyun." Hyunjin menjambak rambut adiknya itu.

Yejin seketika menyeringai. "Kau tidak bisa mencarinya sendiri huh?! Pantas ayah lebih memilihku dan membuangmu." Tatapan sengit terjadi di antara keduanya.

Sangat menjelaskan keadaan hubungan mereka.

"Apa rasanya menjadi gelandangan huh? Tidakkah itu menyenangkan Hyunjin?! Kau merasakan kelaparan, kesepian, dan kekurangan sementara aku dipenuhi dengan uang dan kebahagiaan."

Senyum yeji semakin melebar, apalagi ketika ia melihat Hyunjin hanya diam dengan tatapan kosong. "Kenapa?! Kau teringat masa lalu?! Menjadi benalu dalam keluarga kita. Selalu berusaha mendapat perhatian. Sadarkah kau hyunjin? Sedari dulu kau hanya badut bagi keluarga kita. Bagi keluarga Hwang!"

Hyunjin melepas jambakan yeji yang tertawa. "Akui saja! Aku lebih hebat darimu, ayah lebih memilihku sebagai penerusya di bandingkan dirimu! Ayah kita lebih menyangiku hyunjin~~ itu sebabnya dia membiarkanmu menjadi gelandangan!"

Hyunjin tertawa keras sembari menepuk-nepuk tanganya. Felix hampir saja memilih untuk mendekat jika saja hyunjin tidak segera diam.

Hyunjin kembali menjambak Yeji, memberi senyuman pada adiknya. "Kau mencoba membuat pikiranku kacau huh?! Astaga adiku yang manis ini benar-benar bodoh. Kau seharusnya mengecek keadaan trauma kakakmu ini sebelum mengungkitnya." Hyunjin tertawa di akhir.

Yeji mengeraskan rahangnya, berusaha memberontak namun percuma. Tubuhnya tercekal total. "Ow, apakah kau takut?! Jangan takut~~ kau akan segera mati."

"Apa yang kau inginkan bajingan!"

Kini giliran hyunjinlah yang tertawa senang, Yeji hanya ahli dalam mengadu domba. Gadis itu tidak ahli dalam mengatasi ketakutanya pada rasa sakit atau kematian.

tatap hyunjin menjadi serius, raut wajahnya berubah. "Dimana Minhyun?! Hanya kau yang tau keberadaanya kan." Yeji membalasnya dengan sebuah tatapan tajam.

"Kau ingin balas dendam?! Cih, kau akan mati saat menginjakan kaki disana!" Yeji membentak.

"Ouh apa adiku khawatir?!" Hyunjin mencengkram pipi yeji. "Katakan!" Suaranya memberat.

Yeji menarik nafas dalam. "dia tidak pernah pergi hyun! Tidak pernah pergi!" Tatapan dua bersaudar itu bertemu.

Hyunjin menghempaskan cengkramanya. "Kau di awasi huh." Yeji menyeringai. "Kalian dalam masalah ahahahahahahah!" Hyunjin menampar wajah yeji dengan sekuat tenaga.

Sudut bibir gadis itu berdarah. "Felix! Beritahu Woojin hyung kita akan diserang!" Teriak hyunjin.

Felix dengan segera mengangguk, dan berlari meninggalkan ruangan itu untuk menemui Woojin.

"Kau tidak pernah belajar Hyunjin! Tidak pernah berubah." Hyunjin berdeham.

Menatap dingin pada Yeji yang tersenyum kemenangan padanya. "Kenapa kau berpikir masih akan hidup meski ada yang menolongmu huh?"

Hyunjin menodongkan pistolnya, tepat menempel pada dahi yeji yang terlihat ketakutan. "T-tung-"

//Dor

Timah panas itu menembus, menghasilkan lubang di kepala yeji yang bahkan tidak sempat menyelesaikan kata-katanya.

Hyunjin tersenyum miring "kau yang tidak pernah belajar yeji, aku sudah berubah saat kalian membuangku!" Pemuda hwang itu kemudian pergi.

Meninggalkan jasad yeji dengan darah yang mengalir dari lubang di kepalanya.

Sekarang, yang Hyunjin lakukan adalah berlari ke ruanganya. "Sial! Sial! Sial!" Hyunjin berteriak saat dirinya telah masuk ke ruangan. Tempat hyunjin melakukan pekerjaanya.

"BRENGSEK! BAJINGAN!" Teriaknya semakin kuat, Hyunjin bahkan melempar gelas milik Jeongin pada lantai. Memecahkanya.

Changbin yang mendengar teriakan itu menepuk dahinya pelan. Ia dengan segera masuk ke ruangan Hyunjin dan memegangi pemuda itu agar tak bergerak banyak.

"Berhentilah, Hwang!" Bentak Changbin. Namun Hyunjin tidak peduli, ia masih berteriak dan melempar barang-barang yang ada.

Dirinya semakin frustrasi, apalagi ketika ingatan buruknya kembali. Terputar bagai kaset rusak.

"Antar aku pulang!" Changbin hanya mengangguk, mengikuti Hyunjin dan segera mengantar pemuda itu pulang ke mansionya.

"Wow! Kau butuh pelampiasan kawan."

Hyunjin mengangguk, tidak akan membatah saran yang changbin berikan, karna nyatanya.

Dia memang butuh pelampiasan.

Dan hyunjin akan melampiaskanya di mansion.

Pada barang sewaanya.
.
.
.
.

TBC

Ciah :")

Sorry for typo

And VOTMEN


[4]🌷Sweet Mafia [HyunChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang