¤Sweet Mafia¤🔞

6.9K 359 115
                                    


Happy Reading.
.
.
.

Hyunjin mencium kening Bangchan yang terlelap dalam pelukanya. Dengan erat Hyunjin memeluk tubuh kecil Bangchan dengan erat dia atasnya.

Perlahan menggeser tubuhnya sendiri dan membaringkan Bangchan pelan di sebelahnya. Hyunjin diam-diam mengendap-endap turun dari ranjang, kemudian menaikan selimut itu hingga menutupi pundak Bangchan.

Hyunjin berjalan keluar kamar tanpa mengenakan atasnya. Di ruang tamu ada Gengnya.

Merek memutuskan untuk berbicara di mansion Hyunjin karna, Woojin yakin ada seorang mata-mata di markas mereka.

Jeongin mengeluarkan 5 lembar photo dan meletakanya di meja. "Kang Daniel! Rekan bisnis Hwang Minhyun. Aktif di bidang penjualan narkoba, dan senjata api!"

Jelas Jeongin. Semua nampak mendengarkan dengan seksama, terutama saat Woojin mulai merancang strategi untuk menyerang Kang Daniel saat transaksi di pelabuhan. Jeongin benar-benar mendapat banyak info.

"Haruskah kita membawanya?" Tanya Changbin. Semua langsung terdiam dan menatap Hyunjin, "kalian tau jawabanya!" Balas Hyunjin.

"Tapi akan berbahaya jika meninggalkanya sendiri. Mansion mu ini bisa di serang kapan saja Hwang!" Felix sedikit meninggikan suaranya. Seungmin menganggu setuju.

"Tapi membawanya juga akan berbahaya." Woojin berucap. Hyunjin berpikir keras, "aku tetap tidak akan membawanya!"

.
.
.
.

Bangchan menatap sekitarnya dengan heran. Dirinya tengah terduduk di ranjang, namun di sekelilingnya adalah taman bunga.

Sangat sejuk dan indah.

Bangchan terpesona namun juga sangat heran. Perlahan Bangchan turun dari ranjang, Bangchan baru menyadari jika pakaianya berwarna putih. Rumput terasa sangat halus ketika Bangchan injak.
"Chanie~"

Bangchan menoleh kebelakang, senyumnya langsung mereka begitu melihat orang yang ia rindukan. "Paman Minho!" Teriak Bangchan sembari berlari dan memeluk Minho.

Minho tertawa, ia memeluk Bangchan erat. Tiba-tiba sekitar tidak lagi indah. Bangchan bahkan merasakan pijakanya memanas, kakinya terasa terbakar.

"A-awh!" Ringis Bangchan begitu menyadari telapak kakinya melepuh. Minho mengangkat tubuh Bangchan dan membantingnya ke ranjang.

Bangchan menatap wajah tampan Minho yang kini sedikit menyeramkan. "P-paman Minho...."

Tangan Minho mengusap surai Bangchan, "jangan takut, kau akan bersama ku suatu hari nanti." Bisik Minho. Bangchan mengangguk, mengalungkan tanganya pada leher Minho.

"A-ahh~" Bangchan mendesah pelan ketika lidah Minho menyapu permukaan lehernya.

.
.
.
.

Hyunjin mengerjapkan matanya. Alisnya mengerit begitu nendengar sebuah suara yang sangat Hyunjin kenal.

Hyunjin merapihkan rambutnya dan membalik tubuh menjadi menghadap Bangchan.

Senyum pemuda Hwang langsung merekah begitu melihat keadaan Bangchan.

Wajah anak itu berkeringat dan memerah, mulutnya sedikit terbuka dan mengeluarkan desahan. Belum lagi gerakan-gerakan menggeliat yang membuat Hyunjin semakin yakin.

Bangchan tengah mengalami mimpi basah. Itu menjelaskan kenapa Bangchan tidak pernah mengeluarkan sperma ketika mereka bercinta.

Ya. Anak itu akan mendapat kenikmatan setelah mimpinya selesai.

"Angh~ ugnh!"

Hyunjin menyamankan posisinya. Senang rasanya melihat Bangchan yang mendapat mimpi basah pertamanya.

"A-akh! Sa-sakith! eunghh~" wajah Bangchan terlihat kesakitan.

Hyunjin penasaran dengan siapa yang berada di mimpi Bangchan. "A-angh! Paman ahh~ Minho~"

"O-oh." Hyunjin mendecih. Ia langsung kesal seketika, Hyunjin menyingkapkan selimutnya. Ia punya ide gila.

Hyunjin kemudian berangkak menuju selangkang Bangchan. Membuka celana piama Bangchan dan melebarkan kaki Bangchan agar mengangkang.

Hyunjin terkekeh gemas, ia mengurut-ngurut penis kecil Bangchan yang mengeluarkan precum. Hyunjin dengan tenang meneluarkan penisnya dan mengarahkan benda itu ke anal Bangchan.

"Ahh~ ungh!" Mendorongnya masuk. Hyunjin menahan tawanya melihat wajah Bangchan semakin memerah.

"P-paman Minho ngh! Ahh~"

Hyunjin mulai menggerakan pinggulnya, membiarkan Minho lah yang di lihat Bangchan dalam mimpi.
.
.
.
.

Bangchan mengerjapkan matanya. Ia merubah posisi menjadi duduk dengan wajah kusut khas bangun tidur.

"Selamat pagi," sapa Hyunjin yang telah rapi pada Bangchan. "Paman...."
Bangchan hanya bergumam sambil menatap polos bagian selimutnya yang basah.

Hyunjin berdehem, sembari memasukan pistolnya. "Aku mengompol...."

"Pffft!" Hyunjin menahan tawanya. Mengingat-ngingat kejadian tadi malam. "Kau tidak ingat?"

Bangchan menggeleng, "Aku bermimpi aneh, tapi sekarang aku tidak ingat mimpi apa." Jelas Bangchan. Hyunjin mengangguk, pemuda Hwang itu menghampiri Bangchan dan mencium pipi bocah itu.

"Paman mau kemana?"

"Melakukan penyerangan, kau tidak boleh ikut!"

Bangchan memanyunkan bibirnya. "Tapi aku bisa! Aku mau ikut!" Rengek Bangchan. "Jangan membantah ku Chan! Kau tetap disini!" Tegas Hyunjin.

Bangchan langsung terdiam dengan wajah kesal. Hyunjin mengusak rambut Bangchan dengan gemas, "Untuk hari ini, ku ijinkan kau memasak di dapur. Tapi ingat! Jangan pernah keluar mansion sebelum aku kembali! Para maid juga tidak akan ada di mansion. Maaf kau harus sendiri!"

Bangchan mengangguk tak rela. "Paman, aku merasakan firasat buruk...." Tapi tanganya melingkar di perut Hyunjin untuk memeluknya. Bangchan menenggelamkan wajahnya di perut Hyunjin. "Jangan lama, jangan terluka! Jangan lama! Jangan lama!"

Hyunjin terkekeh sambil bergumam lucu dalam hati. Ia membalas pelukan Bangchan. "Yes, my little sweet mafia. Tetap lah waspada, jika merasa bahaya kau tau harus apa kan?!"

Bangchan mengangguk. pelukan keduanya terlepas, Hyunjin keluar dari kamar meninggalkan Bangchan yang masih melamun menatap bagian selimutnya yang basah.

"Aku malas mandi...." rengek Bangchan. "Nanti saja!" Ucapanya sembari kembali memejamkan mata.

Wajahnya nampak tenang namun tidak dengan hatinya. Bangchan merasakan firasat buruk.

.
.
.
.

"Penghianat!"





TBC
Badai badai besar badai besar.

[4]🌷Sweet Mafia [HyunChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang