"Sakit? Mungkin iya. Tapi tenang, sakit ini tak sebanding Dengan rasa ini padamu."
-Assyifatul Almaira" Hai Ra, kok Lo sendiri kemana Helsyia tumben aja gak barengan." Ucap Fachri menghampiri Ara yang diam membisu di taman sekolah.
Wajahnya pucat, matanya sayu, fikirannya tak karuan antara hidup dan mati.
Pesan misterius itu berhasil membuatnya lupa akan kehidupan nya bahkan membuatnya menjadi anak aneh.
" Ra, Lo gak apa apa kan? Jangan melamun woi. Banyak hantu disini."
" Kak bisa diam gak sih! Fikiran aku lagi gak terkontrol kak! Bisa pergi sekarang? Aku gak mau kakak dekat dekat aku lagi! Jangan pernah mengharapkan aku kak.!" Ucap Ara penuh penegasan kepada kevin yang tertegun mendengar lontaran kalimat menyakitkan itu.
" Salah gue apa sih Ra? Oke gue tau gue salah kemaren. Tapi gue udah minta maaf kan? Tolong Ra gue suka sama Lo dan gue gak tau kenapa gue bisa suka sama Lo." Ucap Kevin pasrah.
Ia menghela nafasnya, lalu melanjutkan kalimatnya.
" Kalau Lo gak bisa terima gue, Lo jangan harap bakalan bahagia. Siapapun yang berani mendekati Lo bakalan berurusan sama gue." Lanjutnya.
" Stop! Berhenti ngurusin hidup gue kak! Lo tau bahasa Indonesia gak sih? Atau perlu gue pake bahasa binatang? Otak Lo isinya ikan asin ya? Maksa Mulu hidup lu!." Ara pergi meninggalkan Kevin yang masih duduk memperhatikan Ara yang mulai menghilang dari pandangan nya.
Ara sudah sangat emosi sehingga kata kata yang diucapkannya pun sangatlah menusuk.
Ara hanya bisa berdiam di dalam kelasnya dan meratapi nasibnya. Ia menunduk dan akhirnya menjatuhkan kepalanya di atas tas nya.
Ia berusaha untuk setenang mungkin tanpa gangguan siapapun.
Di lain sisi, senyum licik kembali terukir di wajah gadis yang selama ini meneror Ara.
" Lo yakin mau ngasi pelajaran kaya gini njel?." Ucap Renata kepada sahabatnya yang sudah mulai gila.
" Iya njel, liat aja tu anak kecil, kaya udh gak ada kehidupan. Kasian banget." Sambung keisya
" Lo berdua tenang aja, gue bakalan terus neror dia. Sampai mampus juga gue gak akan takut. Jeruji besi mah udah biasa hahah." Angel tertawa dengan sangat angkuhnya.
" Tapi yang gue heran, kenapa dia bisa terus menghindar dari rencana gue. Lo ingat gak kemarin, gue udah nungguin dia di musholla eh tapi dianya gak datang-datang. Aneh gak sih." Lanjut angel dengan nada penasaran kepada kedua sahabatnya.
" Alam lagi baik sama dia njel, by the way ke kelas yuk ntr kita di hukum lagi." Keisya menjawab rasa penasaran angel dengan alasan yang sangat masuk akal.
Mereka bertiga pun pergi dari balik teras kediaman Ara yang masih setia pada posisi tidurnya.
~~" Ra, pulang bareng gue yuk Ra, nyokap bokap gue lagi gak ada dirumah. Nginep ya Ra please gue ga ada temen ni." Helsyia kembali memohon dengan wajah khasnya.
Ara menatap datar wajah sahabat nya itu dan tidak langsung mengiyakan ajakan Helsyia.
" Aku izin dulu ya." Jawab Ara setelah sekian lama terdiam.
Ara pun meminta izin kepada bunda dan ayahnya dan mereka mengizinkan berhubung besok adalah hari libur.
" Ra kok sekarang kita renggang banget ya Ra." Tanya Helsyia yang asik duduk sambil memakan cemilan di kamarnya.
" Engga hel, cuma perasaan kamu aja." Jawab Ara dengan senyuman menandakan bahwa ia tak memiliki Masalah Dengan sahabatnya itu.
" Oh iya Ra gue mo nanya ni, si Kevin itu pacaran gak sih sama Mak lampir." Tanya Helsyia dengan antusias.
Tak ada jawaban dari Ara, ia masih tetap fokus pada layar handphone.
" Ra Lo tau gak Ra kalau si Kevin itu cinta banget sama Lo kayaknya."
Ara masih tetap tak menggubris perkataan Helsyia.
" Dih Ara mah, oh iya ini ni gue mo nanya dari kmren. Si Fachri sama Lo ada hubungan apa?."
Tetap tak ada jawaban.
" Dih teman kayak apa sih Lo Ra." Batin Helsyia.
" Kalau Lo Deket ni sama Fachri, Lo pasti kenal dong sama kak nadhifa."
Akhirnya pertanyaan itu berhasil membuat Ara mengeluarkan suara.
" Kenapa aku harus kenal dia hel." Ucapnya datar.
" Yahhh secara kan Lo Deket banget ni sama Fachri pasti ntr ada kesalahpahaman antara Lo dan Fachri. Nadhifa kan pacarnya kak Fachri." Ucap Helsyia santai sambil melanjutkan mengunyah makanan yang ia beli sebelum pulang ke rumah.
Ara tertegun dan mencerna kembali perkataan Helsyia. Berusaha setenang mungkin namun ekspresi wajah Ara tak dapat dikendalikan.
Ia menatap serius Helsyia.
" Hel, serius? Aku gak suka bercanda ih." Ucap Ara dengan wajah seriusnya.
" Yahhh gue denger denger ni dari anak kelas gue. Kak Fachri kan juga diincer adik adik kelas yang genit jadi gue mah tau."
" Jadi kamu kira aku genit gitu." Ara memukul lengan Helsyia kesal.
Helsyia hanya tertawa melihat tingkah aneh jatuh cinta Ara. Ia tak berhenti tertawa membuat Ara mulai kesal dan akhirnya izin untuk membeli sesuatu di supermarket terdekat di rumah Helsyia.
Ara berjalan sendirian menuju supermarket dengan tatapan yang membingungkan.
Namun, Ara mulai merasakan ada seseorang yang mengikutinya. Langkahnya pun ia percepat dengan nafas yang tak dapat ia kontrol.
Ketika merasa suasana mulai membaik, ia pun kembali berjalan seperti biasanya.
" Duh siapa sih tadi kok jadi kaya gini." Batinnya
Tiba-tiba seseorang dengan cepat membekap mulut Ara.
Ara kaget bukan kepalang berusaha melepaskan dam menjerit sekuat mungkin. Namun nihil, tidak ada siapapun yang dapat menolong nya.
" Ya Allah, lindungi hamba ya Allah." Batinnya.
Orang tersebut menyeret Ara untuk masuk kedalam mobilnya, namun langkah orang tersebut terhenti saat seseorang pria bertopeng memukul pundak nya sehingga membuat nya melepaskan Ara.
Pria bertopeng itu menarik Ara untuk berlindung kebelakang tubuhnya.
Ara pun tak berhenti menangis dan berdoa untuk keselamatan serta keselamatan pria baik yang ingin menolong nya.
" Jangan berani sama perempuan." Ucap pria bertopeng itu kepada Sang penjahat.
" Serahin dia atau Lo bakalan mati." Ancam penjahat sambil mengeluarkan senjata tajam.
" Silahkan." Dengan santainya pria bertopeng itu maju dan memulai pertarungan.
Akhirnya, penjahat itu memilih kabur. Pria bertopeng menghampiri Ara dengan kondisi yang sangat memprihatikan. Matanya tak berhenti menangis.
" Sudah saya ingati untuk terus berhati hati Syifa, kamu tau bahwa nyawa kamu dalam bahaya." Ucap pria itu dengan nada yang sangat khawatir dan memilih memeluk Ara untuk menenangkan nya.
Ara kalang kabut, ia ingin sekali menendang pria yang berani memeluk dirinya namun tenaga tak mampu melakukan itu.
Ia terus menangis dan akhirnya pandangan pun mulai kabur dan akhirnya menghitam...
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh terimakasih yang sudah berkenan mampir, Jangan lupa dukung terus dan tinggalkan vote dan comment.:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMAIRA [On Going]
Teen FictionSebelum memasuki cerita ini, jangan lupa vote dan follow ya teman-teman:) Dan jangan lupa juga saran serta kritikannya. Love you all♥️ WARNING! Cerita ini 100% hanya imajinasi tanpa menyinggung siapapun. Nama pemain diambil dari vote teman-teman Aut...