❇3

10.1K 1.2K 42
                                    































Taehyung menatap pantulannya di kaca besar itu, sungguh amat kacau.

Rambutnya begitu berantakan, matanya sembab karena terus menahan isak tangis yang begitu menyesakkan dadanya.

Ringisan meluncur begitu saja dari belah bibirnya kala jeri lentik itu tak sengaja menyentuh luka memar tepat di sudut bibirnya, tak lupa dengan goresan lecet di pipi tirus itu.

Bukan tanpa sebab ia mendapatkan luka luka itu.
Luka luka itu ia dapatkan setelah dengan tidak sengaja ia memecahkan sebuah guci kecil kesayangan ratu irene.

Tadi, ia di tugaskan untuk membersihkan debu debu di kamar ratu itu, hanya saja saat ia sedang bersih bersih, jenni datang, menghampiri dirinya dengan senyum miring.

Taehyung tak pernah mengira kalau jenni dengan sengaja memecahkan Gucci mahal itu, lalu menuduh taehyung sebagai pelakunya.

Taehyung membantah? Tentu saja. Tapi apa daya? Bagaimana pun juga ia akan membela diri, si ratu bengis itu tidak akan pernah mempercayai dirinya.

Irene murka, menjambak, meneriakinya, bahkan manamparnya hingga meninggalkan jejak lebam di sudut bibir itu serta luka lecet di pipi karena tergores tajamnya cincin irene.

Jenni tersenyum puas di belakang irene, menatap bagaimana menderitanya seorang kim taehyung.

Taehyung terisak pelan, tapi tak lama, karena ia ingat akan perintah serta peringatan dari irene tadi.

" Berani mengadu, hukumanmu akan lebih berat dari ini!!... Bereskan ini semua, lalu kau harus carikan aku bunga mawar hitam di luar sana!-  "

" T-tapi... "

" Aku tak menerima bantahan kim! Cari bunga itu sampai dapat! Atau kau tak ku perbolehkan pulang?! "

Taehyung menghela nafas, kembali menatap pantulannya sejenak sebelum beranjak ke sebuah lemari rapuhnya, mengambil sebuah jubah biru tua serta sebilah belati untuk sekedar menjaga diri.

Ia harus segera bergegas sebelum ratu bengis itu kembali murka dan menganiaya dirinya.







*







Taehyung tidak lewat pintu utama, karena ia tak ingin di curigai keluar dari area istana, jadi ia pilih jalan pintas dengan melewati lorong demi lorong gelap dengan cahaya minim, hingga tembus ke pintu area pemukiman desa.
Taehyung sendiri mengetahui jalan pintas itu dari wanita tua, pelayannya kemarin. Wanita tua yang akan selalu menjaganya dari jarak jauh, tak apa, setidaknya masih ada orang yang begitu baik padanya setelah sang ibu tiada.

" Aku harus kemana untuk mencari bunga mawar hitam itu? "
Monolog nya seraya menatap jalan jalan setapak yang menuju penduduk desa.

Taehyung tak begitu hafal akan jalan itu karena setiap ia keluar istana, ia selalu saja di kawal beberapa penjaga, membuatnya sulit untuk bergerak bebas.

Kepalanya menengadah, menatap matahari yang tampaknya sudah mulai condong dari pusat bumi.

" Apa aku harus pergi ke barat? "

Taehyung putuskan untuk mengikuti arah matahati terbenam, mengikuti kemana arah instingnya mengatakan demikian.


Sudah sangat lama ia berjalan hingga kakinya mulai terasa ngilu, keringat bercucuran, membasahi tubuhnya.

Taehyung mengistirahatkan dirinya di sebuah batang pohon besar seperti mangga, namun bukan.

Meminum sedikit air yang ia bawa di tas kecinya, ia harus bisa berhemat karena perjalanan masih begitu panjang, ia yakin itu.

𝕯𝖆𝖗𝖐𝖓𝖊𝖘𝖘 𝕰𝖒𝖕𝖊𝖗𝖔𝖗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang