Dengan 2 kantong plastik yang berisi makanan, Seokjin membuka pintu di depannya. Begitu ia masuk ke ruang inap adiknya, netranya menangkap sebuah objek yang sedang tertidur pulas di atas sofa.
Seokjin meletakkan makanan yang baru saja di belinya di atas meja. Ia kembali melirik sesosok lelaki yang sedang tidur. Tidak ada yang lucu, tapi ia terkekeh.
Min Yoongi. Laki-laki dengan sifat dinginnya dan omongan pedasnya, sejak tadi pagi menjaga adiknya yang belum juga sadar. Ternyata Suga diam-diam menghanyutkan.
Niat awal untuk makan bersama Suga, batal karena ia tidak tega dengan mantan sahabatnya itu. Ia memilih untuk makan sendiri. Namun baru saja ia membuka makanan yang dibelinya, suara pintu yang terbuka mengalihkan atensinya.
"Apa Umji belum sadar?"
"Belum," jawab Seokjin yang meletakkan kembali makanannya ke atas meja.
"Ck, menyusahkan saja. Padahal Minggu depan pertunangannya."
"Jika eomma kesini hanya untuk mengatakan itu segeralah kembali bekerja mengurus pasienmu."
"Aku kesini untuk menjenguk anakku, lagipula dia termasuk pasienku."
"Anak? Yang benar saja, bukankah dimatamu Umji hanyalah boneka."
Plak!
"Beraninya kau!"
Seokjin menggeram menahan amarah. Jika saja ia tidak ingat wanita di depannya adalah wanita yang telah melahirkannya dia tidak perlu berpikir lagi untuk meluapkan amarahnya.
"Seharusnya dia dari dulu menuruti ku untuk melakukan operasi."
"Berhenti memaksanya eomma."
"Eomma melakukan itu juga agar dia tidak sering drop seperti saat ini!"
"Omong kosong! Eomma takut dia akan menjadi penghalang eomma untuk mengabulkan keinginan eomma, itulah yang benar."
"Apapun itu, penyakitnya hanya bisa menyusahkan banyak orang."
Demi apapun Seokjin saat ini ingin merobek mulut wanita di depannya. Sangat tidak pantas seorang dokter mengatakan hal seperti itu. Tidak ingin berdebat lagi dengan wanita di depannya, Seokjin melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.
Beberapa detik setelah kepergian Seokjin, Sooyoung pun juga ikut keluar dari ruangan putrinya begitu ponselnya berdering.
"Cih."
Suga membuka mata. Ia tertawa sarkas mendengar perdebatan ibu dan anak beberapa menit yang lalu. Jika saja ibunya tidak memaksanya untuk menjaga Umji, maka dia tidak akan mendengar drama keluarga Kim. Benar-benar konyol menurutnya.
Ya, sejak tadi Suga tidak tidur. Laki-laki itu hanya sekedar memejamkan mata. Ia hanya tidak ingin makan bersama atau terlibat pembicaraan dengan Seokjin.
°°°°°
Seokjin kini berada di tangga darurat. Ia sedang ingin menyendiri. Berkali-kali ia mengacak rambutnya sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Seokjin ingin membenci ibunya yang seenak hati memperlakukan anak-anaknya seperti boneka, begitu juga dengan ayahnya. Namun rasa cintanya terhadap kedua orangtuanya lebih besar dibanding kebenciannya. Seokjin selalu merasa bersalah setiap ia selesai berdebat dengan ibunya atau ayahnya, apalagi jika sampai membentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Bloom (Bangchin)
FanfictionBangchin area!!!!!!! This is my first story "Luka yang kudapat mungkin untuk menyadarkanku bahwa cinta tidak ada yang tulus" . . . "Aku bukannya tidak ingin membalas perasaanmu, hanya saja aku sedang menjaga hatiku untuk seseorang" . . . "Kenapa ak...