Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«
selesai, kelas selesai pada jam sebelas malam. dan disaat yang sama minho baru saja menghirup napas lega, duduk bahkan meneguk botol minum kemasannya,
5 missed calls from jisung♡
hatinya terasa berat. pasti jisung khawatir, kak juyeon juga baru selesai latihan. sepertinya salah minho untuk mengecek handphonenya tepat setelah latihan.
beban mentalnya terasa dihantam dua kali oleh truk tronton.
dengan napas panjang ia berusaha untuk menghiraukannya sementara, membiarkan jiwanya tenang terlebih dahulu atas tekanan yang bertubi tubi ia terima.
setelah fisiknya kurang lebih beradaptasi kembali, ia meminta kakaknya untuk mengantarnya pulang, karena kakaknya, juyeon mempunyai sepeda motor yang terparkir di apartemennya.
tak perlu lama, sebuah sepeda motor biru terparkir sempurna di halaman rumah minho. "masuk dulu, kak?"
"nggak, sok aja."
"t.. tapi, aku sendirian.." minho merutuki dirinya sendiri, kata kata dalam benaknya malah benar benar diucapkan.
juyeon tersenyum melihat minho yang ternyata serapuh itu, "gue juga sendirian, dek. gapapa, lo kan kuat. inget apa yang ayah bilang?"
pertanyaan juyeon bersifat retoris. membuat yang ditanya geram sesaat.
namun tetap saja, minho lelah merasa sepi, terlebih lagi mengingat ini bukan masa sma lagi, kuliah memang lebih buruk dari yang ia bayangkan dahulu.
tangan juyeon meraih puncak kepala minho, "if you feel lonely, go reach out for someone. okay?"
minho terdiam, iya juga, minho tak pernah membiarkan orang lain mengerti apa yang minho rasakan, selain fakta bahwa minho tinggal sendirian, bersama ibunya yang pulang pagi.
"hmm.. iyaa, gih balik. tiati. makasih, kak." kata minho, memaksakan senyum tipis tergambar di wajah manisnya.
setelah tak lama motor juyeon berlalu, chan yang sedang menguping lalu terjatuh dari semak semak. alasan yang logis karena ada jangkrik yang hinggap di pundaknya.
"ya gusti nu agung bang chan!! lo ngapain siiiiih?? gue panggil polisi mau, hah?" minho mendengus, menginjak-injakkan kakinya ke tanah sambil melihat chan yang kikuk.
bajunya kotor, terkena tanah. chan hanya bisa menggaruk tengkuknya karena malu. "maaf, lagian malem banget pulangnya. ngelonte ya lo?"
lalu di detik selanjutnya sebuah sepatu vans oldskool hitam melayang, tepat mengenai kepala chan.
"jaga ya mulut lo, kaya orang gapunya agama aja."
"aw.. sakit tau."
minho kesal sekali, lagian sudah tau minho sedang down, ditambah lagi chan yang kelakuan nya tidak berakhlak. langkah kakinya yang sudah menginjak keset rumah kembali ke sebrang halaman chan, semi-berteriak.
"balikin sepatu gue dong, monyet."
─
chan yang sedang mandi, hilang dalam benaknya. jadi selama ini dia kesepian..
gue kira dirumahnya rame, soalnya sering kedengeran barang pecah..
party, mungkin? .. kok gue gapernah diundang?
chan membiarkan benaknya keheranan akan skenarionya sendiri, lantas merebahkan badannya yang sudah bersih, tentu saja, chan langsung mandi setelah badannya dikotori tanah.
punggungnya ia biarkan merekat sempurna pada kasurnya, mencari posisi yang menurutnya enak.
matanya hampir terlelap, namun pikirannya masih berputar putar. chan memutuskan untuk meraih ponselnya, yang terletak di meja sisi kasurnya.
jemarinya teliti scrolling pada linimasa twitter di malam hari, terheran heran mengapa orang orang masih terbangun, padahal seharusnya mereka sudah tidur.
linimasa twitternya dipenuhi dengan changbin yang sedang merutuki hidupnya, disisipi dengan tweet galaunya, tentu saja, changbin merindukan kekasih lalunya.
changbin yang galau dilayarnya membawa gelitik di perutnya, bocah amat.
namun memang, di jam rawan seperti ini, kenangan apapun bisa saja tiba tiba melintas tanpa permisi.
di rumah chan, balkonnya tersambung dengan kamarnya, berbeda dengan rumah minho yang terpisah.
rumah chan lebih terkesan kecil dan minimalis, beda dari minho yang berkelok kelok dan tersedia banyak kamar, termasuk kamar tamu.
chan hanya tinggal bersama adiknya, lucas, yang sedang tertidur di kamarnya. sehingga tidak mungkin ada suara aneh di kamarnya yang hening ini.
namun telinganya tidak bisa berbohong, ia pikir lucas menangis, mungkin ia rindu papanya lagi.
tetapi dipikir pikir lagi, suara lucas tidak cempreng seperti ini.
pasti minho, tumben kedengeran gini.
karena setaunya, suara tangisan minho takkan sekeras ini. terlebih lagi jika memang suara lucas, suara cegukkan nya mungkin tak akan sejelas ini.
lalu sedetik kemudian, otaknya kembali berjalan, ooh, balkon.
chan berusaha susah payah agar suara langkahnya tidak terdengar, lalu menyanggakan kedua tangannya di balkon.
kedua netranya melihat cahaya bulan yang ternyata sedang melalui masa purnama. membuat malam itu tak terlalu redup.
dari bawah cahaya itu, tergambar minho yang masih menangis, meringkuk di tembok, menyandarkan punggungnya disana. kedua lututnya dipeluk hangat oleh kedua tangannya.
chan hanya diam, berfikir sendiri.
tak ingin mengganggu, chan hanya melihatnya, entah apa yang harus dirasakannya. simpati?