✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«
hari itu sinar matahari masih cemerlang menerangi kampus minho, sudah minho duga bahwa akan ada kejadian baik hari ini, minho masih mengawang, wajahnya cerah secerah matahari一 menyainginya karena gemilangnya hampir serupa.
kelas kedua akan segera dimulai, minho tau ia akan satu kelas dengan siapa. informasi itu membuatnya berdebar, menunggu kehadiran sang cowok yang diam-diam ia damba, meski perasaan itu masih disangkal kejelasannya oleh yang merasa, namun munafik rasanya kalau rasa itu nggak hadir di hatinya.
karena akhir-akhir ini dia jadi salah satu alasan mengapa minho masih memaparkan senyum manisnya itu pada dunia.
sudah duduk di bangku yang biasanya mereka tempati, jantung minho mulai berdegup tak beraturan, dosen sudah masuk dan yang ditunggu belum datang jua.
sembari menunggu, minho mengeluarkan catatannya, menggambar-gambar sesuatu yang kurang jelas untuk menetralisir kebosanannya itu. rasanya tanpa kebiasaan yang biasa ia lakukan bersamanya akan berbeda jika ia jalani sendiri, maka dari itu minho tidak bisa fokus pada dosen yang sudah mulai menerangkan.
"bagus, bang chan. lihat jam berapa ini?"
"jam setengah sebelas, pak."
suara itu membuat minho bangkit dari duduknya yang berleha-leha menjadi tegap, mengenali suaranya dan perasaannya gempar seketika.
"kelas dimulai jam?"
"jam sepuluh, pak. maaf tadi ban mobil saya bocor."
"yaudah saya maafkan karena tadi pagi istri saya baru datang dari jawa. silahkan duduk." tukas pak dosen, yang disuruh lalu menerawang sekilat, kedua netranya menyipit mencari kursi kosong, sayangnya satu-satunya yang tersedia hanya disisi minho, chan mengembuskan nafas kasar.
minho lalu memandang chan yang sudah duduk, lega karena akhirnya cowok yang ia nanti datang. "tumben, telat?"
"kan tadi dibilang," ucap chan acuh-tak-acuh, tak sedikitpun memberi kontak mata pada minho yang memandangnya dari sisi; mengawasi chan dengan kasih di pupil indahnya. "mobil gue mogok."
alis minho menukik, merasa ada yang janggal dari sosok chan hari ini. "bukannya ban nya kempes? tadi lo bilang ke dos─"
"iya, salah."
chan tak lagi menggubris, matanya sibuk memperhatikan dosen yang sedang menerangkan, jemarinya mencatat dengan teliti, kedua tangannya sibuk, tidak seperti biasanya chan membiarkan satu tangannya untuk menggenggam tangan minho dibawah meja secara sembunyi.
kejanggalan itu membuat minho menuntut jawaban, tidak ingin berdiam dengan beribu tanya hilir-mudik mengitari kepalanya. apa kemaren gue nyubit pipi chan terlalu keras? apa chan lupa ngangkat jemuran? apa kemarin gue terlalu fokus sama hape gue.. eh tapi kan gue udah bilang buat ngabarin kak juyeon.. terus kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
refrain - banginho
Fanfictiontentang minho, chan, dan sepi. | enemies to lovers au! 2020 © oces