Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«
tuhan menyempurnakan ciptaannya berpasang-pasangan. bulan dengan mataharinya, laut dengan pantainya, dan minho dengan jisungnya.
seharusnya.
seakan ditakdirkan bersama, bagaikan kepingan puzzle yang hilang. they are meant for each other.
hingga seluruh dunia tahu bahwa memang minho, punya jisung. dan jisung, punya minho. mutlak dan jadi kaidah.
tapi sesempurna apapun, semuanya hanya cuma cuma, bahkan untuk sebuah sandiwara dunia berupa "minho dan jisung."
minho tau, mereka harusnya nggak pernah memaksakan kehendak mereka. benang sekuat apapun, jika enggan dibawa searah─ takkan kuat.
dari hubungannya yang sudah berjalan tiga tahun, sejak mereka di bangku sekolah.
memang dari hubungan, minho belajar bahwa ada tipis dan tebal, diatas dan dibawah, ada pelangi dan monokrom.
tapi untuk mereka, untuk menggenggam saja mungkin lebih melukai.
untuk ditanya, "kalian sayang nggak sih sama masing masing?"
mungkin bukan hal yang harus dipertanyakan, karena se-verbal itu minho dan jisung mempertahankannya.
tapi dibelakang panggung, rasanya seperti bahtera yang terombang-ambing ombak pasang. bahkan hampir pecah diterpa angin dan hujan.
toxic.
─
"lix, gue hari ini ada kelas gak sih?" ucap minho sembari menggigit roti bakarnya, menjepit ponselnya ditengah telinga dan pundaknya, sambil meraih segelas susu hangat.
"gatau lah, gue kan hari ini ada schedule." balas felix, teman sekampusnya yang bergantian mengajar menari di sebuah akademi tari.
minho bergumam sejenak, hari ini ia sangat kepepet untuk menghadiri kelas kuliahnya.
"oh yaudah kalo gitu, makasih lix." lalu percakapan daring itu dimatikan sepihak.
di hari selasa yang cerah dan sibuk ini, minho disaat yang sama harus menghadiri resital tari kakaknya, lee juyeon.
yang kini tinggal di apartementnya sendiri, minho tinggal berdua bersama ibunya.
entah kesambet apa, tapi minho yang hobi jingkrak-jingkrak itu, malah mendaftar untuk masuk fk, keren kan?
katanya, multitasking.
lee juyeon sendiri, mendedikasikan hidupnya untuk menari. karena memang passion nya kesana.
akademi tari itu pun punya juyeon.
whatsapp - 10.10 kak juyeon : dek jadi, kan?
notifikasi dari kak juyeon.
ini berarti mau tidak mau, harus titip absen. namun minho tidak tau siapa yang satu kelas dengannya di jadwal hari ini.
ada sih.. namun, minho tidak cukup berani. ah apasih, dianya aja yang nyebelin.
namun disisi lain, minho perlu catatan hari ini, dan absen juga. ia jelas tau betapa pentingnya absen untuk penilaian akhir nanti.
tipsen nya mungkin ditepikan dulu, deh. sehari saja, tak akan apa apa, kan..
minho berlalu lalang didepan ruang tamunya, bingung harus bagaimana. berusaha keras untuk menyingkirkan bongkahan gengsi dihatinya itu.
yaudahlah, mau nggak mau.
ia pergi ke pintu depan, meraih sepasang sendal jepit lalu memakainya. menuju rumah orang yang sangat ia benci. ogah ogahan, dengan langkah yang diseret dan napas yang dihembus kasar.
"punteeeen." ucapnya, sembari mengetuk dengan lumayan kasar.
"yaaaaaah bentar." suara yang punya rumah tak kalah menggema.
pintu pun terbuka, menampilkan cowok rumpawan berbadan tinggi, rambut basah, acak-acakan. berkaos putih dan celana pendek hitam. "oh lo. napa?"
"dih dikira gue mau ngapain, sih. ngarep banget."
yang dihadapan nya tertawa miring, "ngarep apa sih, hm? lagian ngapain coba tiba tiba kerumah gue."
"yaaaa soalnya gue butuh. kalo ga butuh juga mana sudi gue nginjek kaki disini." gertak minho, yang untungnya sama sekali tidak membuat lawan bicaranya tergertak.
"ooh okee, tuan minho. mau lo apa?" lonyengnya, nada bicaranya terkesan sangat menyebalkan untuk minho.
yang mendengarnya pun sudah naik pitam, sepertinya sudah bisa meledak kapan saja. tangan kirinya yang menyapu ujung kaos hitamnya digenggam pelan, sebal.
sembari menarik napas panjang, "gini bang chan si tukang kebun, lo kan baik banget secara gitu ya, asdos paling dikagumi seantero kampus, bolehgakgueliatcatetanlonanti?"
asdos, minho rasanya mau tertawa keras keras. pasalnya gelar asdos bang chan ini hanya didapat karena oom nya yang mengenal chan sebagai mahasiswa aktif nan bertalenta dari kemampuannya menyanyi dan bermusik.
sembari minho memuji dengan manis pahitnya, cowok berliaskan bang chan itu mengangguk puas, lalu sekiranya tak paham dengan apa yang dibilang minho diakhir kalimat.
"hah, apa? lo ngomong atau ngerapp sih?"
minho mendengus sebal, "gue hari ini nggak akan masuk kelas, ada acara. jadi kalo nanti lo nyatet, gue mau liat, boleh? gituu, dungu."
chan cekikikan, "lo? minta gue? yang pulpen sama buku aja jarang bawa?"
ah, ya. si tukang pencitraan.
kaki minho sontak menginjak kaki telanjang chan, "ngeselin banget lo, nyesel gue minta tolong."
si pirang yang melihatnya geram hanya tertawa kecil, "ya lagian?"
minho mendengus kesal, "ya mana gue tau ah bodo ngeselin." ia berlalu pergi, meninggalkan chan yang tertawa puas melihat minho marah marah sendiri. ─