10

771 144 28
                                    

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«

hari demi hari, setelah peristiwa kelon itu, minho tambah frustasi. tapi anehnya dalam sekejap rasa patah hatinya hilang.

hati yang retak itu seakan sembuh dengan distraksi yang makin sini selalu minho saksikan. dan nggak dipungkiri kalau minho merasa ini halusinasinya semata.

apa mungkin lawan sedari dulunya bisa dengan tiba-tiba sering mengunjunginya? bahkan hanya sekedar menemaninya nonton televisi di siang hari kalau kelas sudah usai, atau berangkat bersama─ entah untuk ke kampus, juga berhenti sejenak di akademi tari.

rasanya sulit dipercaya sekali.

hati minho tertatih, terlalu cepat untuk ditata kembali. semuanya secepat kilat. rasanya, minho belum layak untuk mendapat kesembuhan seinstan ini.

lamban tapi pasti minho berusaha untuk menutup buku lama itu. menyimpannya sebagai kisah lama yang pernah jadi memori indah dalam hidupnya.

dan kini ia berhasil. senyumnya kembali terulas, belum begitu sempurna. dan chan bisa kembali membawa lengkungan itu.

harus minho akui, sulit untuk menyadari bahwa sekarang sobat berantemnya ini sedang makan martabak di kasur frozen kesayangannya.

meminta chan menadahi martabaknya itu dengan sebuah piring biar spreinya tidak kotor. chan duduk dengan paha ditimpa oleh kepala minho, sementara sisa tubuh minho dilentangkan.

ceritanya, mereka berdua kelelahan pulang kuliah, memutuskan untuk menghabiskan waktunya bersama, sama-sama gabut, kenapa enggak?

"bangsat, lo liat ga? itu si plankton jorok banget."

tangan minho menepuk pelan bibir chan yang baru saja mengucap kata kasar. "bahasa tuh dijaga, brengsek."

tawa terlontar dari mulut chan, menunduk agar bisa melihat cowok serampangan yang tengah tertidur nyaman menopang kepala di pahanya ini dengan indah. "apa lo bilang?"

minho tersenyum─ senyum paling cantik yang pernah chan terka. entah kapan ia mulai merasa begini, namun setiap kali bibir minho mulai tersenyum sampai matanya hampir hilang, chan mulai mendambanya, pemandangan yang ingin ia tonton seumur hidupnya.

"lo brengsek." celetuk minho. lengkungan itu tak hilang dari wajahnya.

"kasar banget lo, diajarin siapa sih? hm?" tangan chan menyubit gemas kedua pipi minho membuat bibirnya dimanyunkan terpaksa.

"berisik, ah. biasa ngomong kasar sama gue juga." jawab minho, setengah manyun karena tekanan jemari chan terhadap pipi gembilnya.

iya juga ya. chan malah bingung sendiri, kenapa rasanya chan nggak mau mendengar minho berbicara kasar, maunya minho yang lembut dan ah

apa yang chan harapkan, musuh tukang sparingnya ini akan tiba tiba jadi manusia paling lembut disisinya? bangunlah, bang chan. ini kenyataan.

dengan pipi chan yang penuh sehabis melahap satu potong martabak keju dan menyimpan piring berisi sisa martabaknya di meja, chan lalu ikut terlentang di kasur.

minho yang menyadari malah mengikuti gerik empunya, chan hanya memandang aneh namun membawa minho ke dekapannya sekali lagi.

dari hubungannya yang kian membaik ini, chan pun menerima dengan lapang dada, mengenyampingkan luka lamanya yang mebuatnya dendam tak karuan pada minho.

untuk mengingatnya pun chan mengernyit, seakan ada belati kecil menyayat hatinya. tapi karena melihat minho yang sebegini baik hati, chan berusaha buat membuangnya jauh-jauh.

"min, besok sibuk, nggak?" tanya chan, telunjuknya menggambar pola-pola halu di pipi minho dengan telunjuknya, bahkan membelainya dengan lembut, membuat minho bergidik geli.

oh, jarak antar wajah mereka hanya sekitar penggaris ujian nasional.

tertawa kecil, minho mengangguk. "sibuk, gue ngajar nari di akademi. lagian kenapa tiba-tiba nanya gituan sih tumben banget lo."

lekukan turun tampak di wajah chan, bibirnya mengerucut, manyun, sok imut. "padahal mau gue ajak nonton."

"eeh.. gue lupa.. yang ngajar besok hyunjin deng, mau nonton apa?" minho mendadak membulatkan matanya saat mendengar kalimat ajakan tersebut, pandangan tak teralih dari mata chan. kedipan; tanda minho antusias, tertarik. chan menyadari, bahkan menyukainya, sangat.

gemas. itu yang ada di benak chan ketika kedua netra berwarna cokelat itu menatapnya─ berbinar, saat chan menawarkan. mendadak ada serbuan kupu-kupu terbang didalam perutnya.

bibir chan membentuk sebuah senyum datar; kedua bibirnya menyerupai sebuah garis, setengah manyun, rambut minho diusaknya perlahan. "maunya nonton apa?"

"nggak tau, aku─ eh gue.. gue jarang main ke bioskop." bata minho, dirinya terlalu sibuk untuk tenggelam pada kesunyian hingga lupa caranya bersenang-senang.

terakhir minho terbawa ambang bahagianya ya ketika ia main bersama hyunjin dan felix kemarin. berakhir naas, membuatnya enggan merasa terlalu bahagia karena terpaksa.

minho jujur, ingin bahagia juga apapun caranya tanpa harus meruami sesak di dadanya dengan isolasi, menutupnya rapat namun tetap ada disana. maunya sang sesak sirna, tidak kembali lagi.

tunggu, rasanya chan salah mendengar. "apa tadi, min? aku?"

"diem, ah." minho yang kaget chan ternyata sadar apa yang tidak sengaja disebutnya membuatnya malu setengah mati, pipinya merona merah sekali, untung saja chan sempat merekamnya pada kedua matanya sebelum minho membenamkan wajahnya pada dada bidang chan.

chan makin merasa bahwa perutnya bukan diserbu oleh serangan kupu-kupu melainkan satu kebun binatang.

kaku, chan mengelus rambut coklat yang tengah menempel di dadanya. sambil tertawa di benaknya, chan berusaha membalas, "coba ngomong pake aku lagi, min. enak dengernya."

"...dieeeem, chaaan." minho rasanya mau meledak karena malu, menyebalkan. chan nyebelin, tapi badannya hangat, jadi nyebelinnya chan berkurang satu persen.

serius, kok bisa-bisanya orang yang ia benci- sekaligus paling kasar dimatanya, jadi seratus delapan puluh derajat berubah bak harimau yang telah jinak.

baiknya, chan simpan saja perasaan yang sulit dirapihkan ini dihatinya, yang jelas bukan suka. mustahil, nggak mungkin, gila, sinting, udah gak waras gue kalo sampe suka sama minho.


❥ ┊ hai! aku mau ngucapin selamat hari raya idul fitri! meski di keadaan pandemi kayak gini semoga masih pada semangat, ya! mohon maaf lahir batin semuanya! makasih sekali lagi udah baca refrain, aku sayang kalian!
- oces.

refrain - banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang