02

1K 148 4
                                    

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈«

sepulangnya minho dari resital kakak tersayangnya, ia lari menuju kulkas, melihat apakah ada notes dari ibunya atau tidak.

dan ternyata tidak.

berat hati minho melepas eratan napas dalam tulang rangkanya, berlalu kecewa.

jisung pun belum sama sekali menghubunginya setelah insiden kemarin.

singkat cerita, jisung cemburu.

jisung memang pacarnya, satu satunya yang minho sayang, di hatinya hanya jisung dan hanya jisung.

jisung percaya, setidaknya mencoba terus untuk percaya.

namun minho berkali-kali menjelaskan bahwa yang dekat dengannya tidak jauh dari kata teman.

jisung masih posesif, berkali kali menempuh konflik, hanya itu alasannya. lantas tidak bosan menghadapinya,memang seperti itu. dan itu menyakiti keduanya.

minho yang kini terbaring di kasurnya, setelah mandi dan mengganti bajunya.

dan tentu saja, sudah sangat terbiasa dengan rasa sepi. karena ibunya yang selalu pulang pagi.

jisung ♡

sung? |
maafin aku ya? |
aku tau kamu butuh waktu |
buat redam rasa marah kamu 
tapi sekiranya gitu, kita bicarain |
dulu bareng bareng, ya?
night sungie <3 |
delivered
20.45

minho makin merasa awam dengan situasi ini, merasa tar juga lewat. karena setiap ada hal seperti ini, jisung selalu menghilang, selama dua sampai tiga hari lalu kembali seakan tak ada yang terjadi diantara mereka.

seakan mereka baik baik saja.

yang tersiksa bukan hanya jisung, tapi minho. ia lelah untuk menyimpan seluruh beban. berbenak bahwa ini hanya sepele dari pertengkaran besar yang biasa mereka perangi.

namun rasa sayangnya pada jisung mengalahkan semuanya, seperti api yang padam disiram air. semua akan reda pada waktunya.

namun sampai kapan?

hyunjin is calling!

"KAAAK, KEMANA TADI GUE KANGEN."

"tapi kan kita nggak punya kelas bareng, jin?" minho terkekeh, memeluk gulingnya erat.

"tapi kangen nyeblak sama kak minho, pengen main bareng kak minho sama felix.." suara hyunjin terdengar setengah parau, mungkin ia ngantuk.

"lo abis latihan?"

"iya.. ada koreo baru dari coach, gue ngikut ngikut aja, taunya susah, lumayan."

"oooh, tau capek kok nggak langsung bobok?"

"pengen nemenin kakak, pasti kakak sendirian lagi kan dirumah?"

minho terdiam sejenak.
semenyedihkan itukah dirinya?

"ah.. nggak kok gue nggak sendiri!! ada teddy bear, ada一"

hyunjin memotong omong kosongnya, "kak.. you can always reach out for us you know? kita selalu ada buat kakak, gue sama felix bakal selalu ada."

"nggak papa jin, gue.. nggak papa." kini minho merasakan sesak perlahan meraup dadanya.

"kak gue kesan─"

panggilan ditutup minho, ia tidak kuat.

lagi lagi rasa sepi jadi musuhnya lagi, kaki hingga lutut nya ia rangkul, untuk menemaninya melepas tangisnya seharian ini.

minho mulai menangis, karena hanya itu yang ia bisa. hampir, hampir ia mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri namun terlalu beresiko, apalagi jika ibunya tau.

yang paling minho benci adalah ketika ia menangis dan tak bisa berhenti.

sel otaknya seakan akan memberi tanda untuk minho melanjutkan tangisnya terus menerus, memberi kilas balik kenangan pahit yang membuat tangisannya kian menyakitkan.

hingga saking tak kuatnya, kuku jarinya ia tekankan kuat kuat pada kedua betisnya, yang jelas ia tau bahwa nanti akan meninggalkan bekas temporer.

tok tok tok
"punteeeeen."

hh siapa sih ya Tuhan..

suara ketukan pintu rumahnya memenuhi seluruh rumah, tak disangka jika akan mengganggu minho sebeginirupanya.

ia menyeka pipinya asal, menghindari fakta bahwa ia habis menangis. karena siapa yang mendatangi rumahnya di jam setengah sebelas malam?

pikirnya, mungkin tukang minta minta yang sering datang ke rumahnya, yang kadang sering ia beri seporsi nasi dan lauk.

"iyaaa bentaaaar." serunya, untuk memberi isyarat, menyuruh sang tamu menunggu sebentar.

minho berlari ke dapur untuk mengambil tupperware, mengisinya dengan nasi dan beberapa lauk yang ibunya buat tadi siang.

setelahnya ia membuka pintu perlahan, "ini mang, maaf nggak ngasih u.. ang.. CHAN LO NGAPAIN KESINI MALEM MALEM JAM SEG─"

mulut minho sontak dibekap.

"diem, malu sama tetangga. bentar.. uang? lo ngira gue pengamen apa gimana?"

pada awalnya minho kesal dan berencana untuk menggigit jemari kotor chan yang baru saja menyentuh pipi dan bibirnya.

rasa sebal chan malah berkurang disaat minho menilai rendah dirinya, membuka bekapan minho, sambil mendelikkan matanya.

dan disaat yang sama, ujung bibir minho kembali menunggingkan senyum, "bukannya emang udah pantes? liat aja, baju kegedean, ke rumah orang pake kolor doang."

"sembarangan. itu di tangan lo apa?"

mata minho mengikuti arah telunjuk chan, mendarat ke tupperware kuning yang ia bawa. "ini awalnya buat yang suka minta minta, taunya lo yang dateng ya.. gak sudi.."

"sini, buat gue. anggap sebagai bayaran aja." ucap chan setelah meraih tupperware di tangan minho.

"bayaran? enak aja emang lo ngapain harus gue bayar segala?"

tangan chan meraih paperbag kecil berwarna coklat yang ia taruh dibawah. "ini isinya buku catetan yang buku kosongnya gue minta changbin. maaf kalo tulisannya susah dibaca."

minho terdiam, menerima paperbag yang chan beri.

"asiik makan gratis." ucap chan, berlalu begitu saja.

apasih chan sinting.

refrain - banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang