🍁Delapan🍁

1K 93 5
                                    


🍁🍁🍁

A/N : hampir lupa kalau hari ini jadwal update, wkwk..kemaleman deh

.

“Entah itu bersama Kyu Hyun atau pria lain.”

Kata-kata Na Yoon begitu membekas di benaknya, Rhae Hoon melirik ke samping dan ia menemukan Kyu Hyun tengah sibuk dengan makan malamnya. Pria itu memalingkan wajah karena merasa diperhatikan, “Kau sedang terpesona dengan ketampananku?”

Rhae Hoon memukul bahu Kyu Hyun dan tertawa, “Ehm, sedikit. Oh iya, tadi Ibu meneleponku Hyun-ie.”
Pria berkemeja putih itu meletakkan sendoknya, sedikit terkejut, “Ibuku? Apa yang dia katakan?”

“Ibu ingin kita tinggal di rumahnya,” ujar Rhae Hoon cepat, ia tersenyum kemudian. Ia belum memberi jawaban apapun saat tadi sepulang dari butik ibu sang suami menelepon dan mengungkapkan keinginannya.
Kyu Hyun menghela napas dan memegangi tengkuknya, “Tolak saja, sepertinya kau tidak nyaman jika harus tinggal di sana.”

Benarkah aku akan merasa tak nyaman? Rhae Hoon tertegun, segala kenangan bersama Ibu Kyu Hyun dan Ahra seolah menentang kata tak nyaman itu. Justru ia berpikiran akan menemukan keluarga baru jika diperbolehkan tinggal di sana, namun bagaimana dengan Tuan Cho? Entahlah, sampai hari ini Rhae Hoon belum bisa menyimpulkan apa pria tua itu menerimanya atau tidak, bahkan kadang ia berpikiran pria itu tengah menyiapkan sesuatu yang buruk untuknya.

“Oh, wajahmu pucat. Kau kenapa? Sakit?” Kyu Hyun merambatkan tangannya ke dahi Rhae Hoon karena wajah istrinya seketika memerah dan redup pada saat yang bersamaan.

“Benar, sepertinya kau tidak merasa nyaman. Aku akan menelepon Ibu dan bilang bahwa aku yang tak bersedia tinggal di sana. Oke?”
Rhae Hoon menggeleng lemah, “Jangan Kyu Hyun-ah, nanti kalau beliau tersinggung bagaimana? Tidak baik menyakiti hati orang tua.”

“Kau tenang saja, aku sangat mengenal Ibu dengan baik. Kalau aku bilang tetap tinggal di sini supaya kita cepat punya anak kurasa Ibu takkan merasa tersinggung.”
***

“Kau yakin melihatnya di Jeju?”
Pria muda itu masih setia menatap kaca-kaca besar yang merangkap jendela di ruangannya, sesekali ia menggumam sembari menempelkan ponsel di telinganya. Ada sebuah ekspresi tak terbaca di wajahnya yang hari ini terihat dingin.

“Untuk sementara hanya informasi ini yang bisa saya sampaikan, Kyu Hyun-ssi,” ucap suara di ujung sana. Setelah berbasa-basi sebentar pria itu menutup pembicaraan dan berjalan mendekati meja kerjanya.

Kyu Hyun, pria tampan itu meneguk salivanya sebentar lalu menggerak-gerakkan matanya. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa, berekspresi seperti apa dan mengambil tindakan seperti apa. Jika dulu ia begitu menggebu menemukan Eui Jin, maka hari ini semua keinginan itu seakan terbang dibawa angin musim gugur. Kyu Hyun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, rupanya diam-diam ia lebih suka jika Eui Jin tak pernah kembali ke kehidupannya. Tapi, karena apa?
Kyu Hyun terkejut saat ponselnya bergetar, ada pesan dari layanan WA yang segera membuatnya meraih benda pintar di hadapannya. Sebuah meja makan yang penuh beberapa jenis makanan, sepertinya semuanya masakan sang istri.

Lalu, ada sebuah pesan tertulis di bawah foto tersebut.

Aku membuatkan semua ini untukmu, aku tahu kau sibuk tapi entah mengapa aku begitu ingin makan malam bersamamu. Cepatlah pulang Kyu Hyun-ah, ah .. kalau tidak merepotkan boleh belikan es krim cokelat? Aku juga sangat ingin makan es krim. ^.^

Pria itu tersenyum lalu menyempatkan diri membalas pesan yang dikirimkan sang istri. Ia memejamkan mata kemudian, beberapa saat kemudian ia kembali meraih ponsel dan mencari menu galeri.

Bittersweet✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang