🍁Sembilan🍁

1K 84 7
                                    

🍁🍁🍁

“Aku berjanji, akan mencintaimu dengan cara yang benar jika kau mengizinkanku selalu tinggal di sisimu – bersama janin yang tengah tumbuh di rahimmu.”

“Tersenyumlah, dan biarkan aku memelukmu – bukan hanya sepanjang malam – tapi juga sepanjang hidup ini. Menghabiskan begitu banyak hari dengan pendaran kebahagiaan.”
***

“Kau dengar apa kata dokter? Kau harus pintar menjaga calon bayi kita baik-baik.”

Wanita itu mengerucutkan bibirnya, ia merasa kupingnya memanas sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit karena Kyu Hyun selalu mengulangi nasihat dari dokter. Ia dan suaminya baru saja memastikan kehamilannya pada dokter kandungan sekalian mengontrol kesehatan janin yang ternyata sudah berusia sekitar tiga minggu. Memang benar Rhae Hoon kini tengah mengandung, wanita itu melirik pada pria yang kini sedang mematikan mesin kendaraannya.
Kyu Hyun nampak berseri-seri, ia meminta Rhae Hoon tetap di dalam mobil sampai ia membukakan pintu untuk istrinya tersebut.

Dia benar-benar bertambah manis saat ini. Astaga!

“Ayo masuk, kau harus istirahat yang banyak!” titah Kyu Hyun lalu menggandeng tangan Rhae Hoon. Pria itu sengaja pulang cepat hari ini lalu mengajak Rhae Hoon ke rumah sakit, kemudian menelepon orang tuanya untuk mengabarkan tentang hal bahagia ini. Tentu saja, Ibu Kyu Hyun adalah orang yang paling berbahagia mendengarnya.

“Kau kenapa? Apa tidak pegal tersenyum terus?” tanya Rhae Hoon, ia penasaran karena sejak tadi pria yang sedang berjalan di sebelahnya ini selalu melengkungkan bibirnya ke atas.

Kyu Hyun menoleh, “Aku rela bibirku pegal hari ini, astaga…aku tidak bisa berhenti tersenyum saat ingat bahwa sebentar lagi aku akan menjadi ayah.”
Rhae Hoon tersenyum gamang, entah apa yang bersemayam di kepalanya. Yang jelas ia memang terlihat murung sejak bangun pagi tadi.

“Tuan, Nyonya. Ada tamu,” ucap seorang pelayan muda yang menyambut kedatangan mereka di pintu depan.

“Oh, ya? Siapa?” tanya Kyu Hyun cepat.

Pelayan berseragam biru itu menjawab, “Seorang pria, dia mengaku sebagai kakak Nyonya Muda.”

“Kakakku?” Rhae Hoon mengernyit, “Jung Soo Oppa?” ucapnya kemudian lalu melangkahkan kakinya lebar-lebar meninggalkan Kyu Hyun yang kini merasa kehilangan.

Tentu, ia merasa ada yang hilang saat Rhae Hoon berjalan menjauhinya, melepas tangannya dengan cepat setelah tahu bahwa Jung Soo sedang menunggunya.
***

Pria berkemeja putih itu tertidur di sofa – di ruang tamu rumah Kyu Hyun. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa berwarna putih itu, wajahnya terlihat cukup letih.

“Aigo Oppa,” Rhae Hoon duduk di sampingnya, wanita itu menatap kakak sepupunya itu dengan wajah berbinar. Seolah tengah memandangi orang yang sudah ia tunggu kedatangannya selama bertahun-tahun.

“Ah, dia ketiduran rupanya,” ucap Kyu Hyun yang baru tiba. Ia segera terkejut karena Rhae Hoon segera menaruh telunjuk kanannya di depan bibir – menginterupsi Kyu Hyun supaya tidak berbicara dengan keras.

“Aku akan membangunkannya, Hyun-ie. Kau mandilah dulu,” ucap Rhae Hoon sedikit berbisik. Mendengarnya, Kyu Hyun merengut kesal lalu berucap, “Aish, Jung Soo Hyung membuatku cemburu, menyebalkan!”

Rhae Hoon hanya tersenyum saat melihat pria bertubuh tegap itu menjauh dan menaiki tangga menuju kamar pribadinya. Wanita itu lalu kembali menatapi wajah pria yang sudah lama tak ia lihat. Berapa lama ya? Rhae Hoon lupa, yang jelas ia baru sadar bahwa ia masih sangat merindukannya. Bukannya membangunkan Jung Soo seperti rencana awalnya, wanita itu hanya terdiam di sisi Jung Soo.

Bittersweet✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang