Semester 9 - Perbuatan Angin Malam (Part 1)

92 3 4
                                    

Harus tunggu berapa lama sampai bisa bertemu
Apa di sini seperti ini saja sampai pagi?
Kenapa aku bisa jadi serius seperti ini?
Padahal besok kan bisa bertemu lagi... tapi tak ingin pulang 
(Yokaze No Shiwaza - AKB48) - Esther Diandra

Esther menghembuskan napasnya kasar, lalu ia menopang dagunya sambil menatap kertas yang ia pegang. Hari ini adalah hari dimana seluruh murid menjalankan ulangan yang di adakan di pertengahan semester.

Hari ini adalah hari pertama. Ia menghela napasnya dan menatap ke seluruh penjuru kelas dan ia mendapati Kelvin sedang mengerjakan ulangan tersebut dengan serius. "Bu Esther?" Esther langsung menggelengkan kepalanya. Jeno tertawa kecil seraya ia menaruh kertas jawabannya di atas meja.

"Jen, lo kok udah selesai, sih! Cepet banget dah!" Keluh Bagas.

"Udah, Bagas! Diem atau kertas jawaban kamu saya ambil?" Ancam Esther. Kelas kembali diam. Hanya ada suara jam yang berdetik dengan kencang. Kelvin berdiri menghampiri meja guru. "Permisi," ucapnya berbisik.

Esther menatap wajah Kelvin yang terlihat sedikit pucat. "Iya? Ada apa Kelvin?" Esther harus bisa menahan rasa khawatirnya.

"Saya mau ke kamar mandi..." ucapan Kelvin terpotong karena ia bersin. "Achoo! Argh... meler!" Ia langsung mengelap hidung dan tangannya dengan tisu.

"Yaudah, sana!" balasnya.

Kelvin pun keluar dibarengi dengan suara bersin yang di timbulkan olehnya. Esther menghela napasnya karena ia lupa membawa jaket milik Kelvin. Esther memasang muka cemberut. "Ibu kenapa?" Tanya Hadi.

Esther menghela napasnya. "Gapapa kok, Di." Esther melegakan tenggorokkannya, lalu ia menegakkan badannya. Ia langsung menatap ke jam tangan. "Tinggal 12 menit lagi!" Ucapnya.

Kelvin masuk dengan 4 pack tisu di tangannya. "Kelvin. Kamu ngapain?" Kelvin duduk kembali, lalu ia menatap Esther.

"Kelvin kalo pilek gitu, bu. Kita udah biasa, makanya kita semua pake masker." Ucap Leo yang duduk di tempat paling tengah. Esther menghela napasnya dan menatap Kelvin yang sedang menutup hidungnya menggunakan tisu.

Kelvin menghirup Vicks In Healer dan menggaruk-garuk hidungnya dan ia kembali bersin. Esther hanya menghembuskan napasnya kasar sambil menatap Kelvin yang berjalan menghampirinya. "Ini..." omongan kembali terpotong.

"Udah selsai?" Kelvin hanya menganggukkan kepalanya. "Yaudah, kamu boleh keluar," perintah Esther. Kelvin langsung berjalan keluar. Esther menaruh kertas jawaban milik Kelvin ke dalam amplop lembar jawaban, lalu menghembuskan napasnya kasar.

Ia masih memikirkan kondisi Kelvin yang terserang flu berat. "Permisi..." suara berat Aiden membuat seluruh siswi yang ada di dalam kelas Kelvin memanggilnya secara bersamaan. Aiden hanya tersenyum menanggapi panggilan dan teriakan tersebut. "Nanti, anak OSSIS ada rapat ya? Jangan pulang dulu. Yaudah bu, makasih," ucap Aiden.

Suara bel menandakan ulangan sesi pertama selesai. "Ayo selesai atau tida selesai ayok di kumpukan!" Perintah Esther. Semua murid yang selesai segera berjalan menuju ke arah meja guru dan sebagian dari mereka di cegat oleh beberapa murid yang belum selesai.

"Layla, Kumala, Jackson!" Panggil Esther. Mereka yang belum mengumpulkan segera mengumpulkan lemnbar jawaban mereka sebelum Esther berjalan keluar dari kelas. Ia menunggu hingga seluruh murid keluar dari ruang ujian, lalu menguncinya.

"Bu Esther!" Panggilan Keith membuat ia langsung menggeleng pelan. "Ibu mau ke ruang guru?" Esther hanya menganggukkan kepalanya.

Esther melihat Kelvin yang sedang duduk bersila di tengah lapangan. Ia masih mengelap hidungnya. "Pak," Esther langsung menyodorka lembar jawabannya. "Tolong bawa ke ruang guru, nanti saya absennya belakangan!" Esther langsung berjalan menghampiri Kelvin yang sedang duduk di tengah lapangan.

Seluruh murid menatapnya dengan tatapan aneh. Ada yang juga menggeleng-gelengkan kepalanya karena mereka melihat tingkah laku Kelvin. Esther berdiri di depannya dan menunduk. "Kamu ngapain duduk di sini!?" Esther berusaha untuk menutupi kekhawatirannya.

"Eh, ada bidadari," Kelvin langsung berdiri dan menepuk-nepuk celana bagian belakangnya dan memunguti satu per satu tisu yang ada di tanah.

Esther menghela napasnya. "Kamu habis ulangan ke ruangan saya, tanpa ada yang mengikuti!" Perintahnya.

Kelvin hanya diam dan mengerutkan keningnya, "maksudnya secret dating?" Goda Kelvin.

Esther langsung pergi berlawanan arah dan wajahnya memerah. Ia berjalan menghampiri Keith dan merebut amplop jawaban yang ada di tangannya. "Bu Esther!" Esther tidak menghiraukan Keith yang memanggil namanya.

"Kenapa sih anjir!" Gumamnya kesal. Esther berjalan menuju ke ruang guru untuk mengembalikan kunci kelas dan lembar jawaban.

.
.
.
.
.
.

Ia menatap ke arah pintu sambil menopang dagunya dan mengetuk-ngetukkan jarinya di mejanya. Ia beberapa kali melirik ke jam dinding yang terpasang di atas pintu masuk ruangannya. "Lama banget sih!" Keluhnya.

Ia menatap layar handphone dan mendengkus kesal. Suara ketokan pintu membuat Esther menegakkan badannya dan merapikan kerah batik yang di kenakan olehnya. "Masuk!" Suara deritan pintu yang di sertai degub jantung, Esther hanya bisa terdiam hingga orang yang memasuki ruangannya adalah orang yang ia maksud.

"Permisi Bu Esther," ucap Nando sambil masuk dan menutup pintu pelan.

Ia ingin sekali melontarkan makian terhadap Nando yang kini sudah ada di hadapannya dengan wajah yang penuh dengan coretan spidol bewarna biru. "Nando, wajah kamu kenapa?" Tanya Esther.

Nando hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Ia menaruh tumpukan kertas di mejanya dan menghembuskan napasnya kasar. "Bentar lagi mau lulus, biar puasin aja dulu," ucapnya dengan mata sayu.

Esther langsung menahan tangan Nando dan menyuruhnya untuk duduk. "Apa kamu yakin kamu gapapa? Kamu tau gak kalo kamu itu..." Nando menghempaskan tangannya.

"Cinta buta iya?" Esther hanya terdiam. "Semua ini gak ada kaitannya dengan Jennifer dan Kelvin, ya ibu. Saya pure banget ngelakuin ini karena keinginan!" Ucap Nando tegas.

Esther berusaha untuk menanggapi pernyataan ngawur Nando namun, Nando sudah keluar dari ruangannya terlebih dahulu. Esther hanya menghembuskan napasnya kasar dan duduk di sofa. 

Ia memijat keningnya, lalu ia memejamkan matanya. Berharap ia menenangkan pikirannya, tapi ia hanya mendapati adegan memalukan yang terjadi terputar di kepalanya. Dimana ia tidak sengaja menuliskan nama Kelvin di absen pengawas ulangan.

 "Saya yang sakit, malah ibu yang pusing." Esther langsung membuka matanya dan berdirilah Kelvin di hadapannya. Ia menggendong tas ranselnya sambil menggaruk hidungnya yang gatal.

"Kamu sakit?" Kelvin hanya menganggukkan kepalanya.

"Mau di anter pulang lagi?" Tanya Kelvin dengan alis kiri yang terangkat.

Esther hanya mengangguk pelan. "Kamu emang pulang jam berapa kemaren?" Esther mempersilahkan Kelvin duduk.

"Jam 11 malem. Saya keluar sama kakak, terus keujanan." Balasnya singkat.

Esther menyesali perbuatannya tempo hari hingga membuat jas hujan milik Kelvin rusak dan tidak bisa di gunakan. Esther berjala menuju pantry yang ada di belakang meja kebesarannya. "Saya gak tau sama yang punya sekolahan. Ini kantor coorporate atau sekolah?" Kelvin hanya tertawa kecil.

"Kali aja yang punya mau ningkatin moral, bu. Positive thinking aja." Esther tidak menanggapi perkataan Kelvin.

"Nih, minum!" Perintahnya. Kelvin pun menegak habis air jahe instan yang di buat untuk ia habiskan. "Kamu itu masuk angin! Udah tau pulang malem, jangan ujan-ujanan napa! Ini kan masih musim ujian. Ntar kalo kamu ketinggalan gimana?" Esther menatap Kelvin yang sedang menegak air jahe tersebut dengan susah payah.

"Ya, saya..." Kelvin yang sudah kehabis kata-kata hanya menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Yaudah, saya tunggu di parkiran kalo gitu," ucapnya sambil beranjak dari tempat duduknya.

.
.
.
.
.
.

Jangan lupa untuk share, vote, komen, dan tambahkan ke library! Karena setiap hal kecil yang kalian lakukan dapat membantu Author makin termotivasi untuk menulis.

Bu EstherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang