Esther meletakkan se cangkir teh anget di meja coffee, lalu ia duduk di agak berjauhan dengan Kelvin. "Di minum dulu. Biar kamu enakan." Perintahnya.
Kelvin dengan senang hati meminum teh manis hangat buatan Esther. "Ah.... enak banget, panas," pujinya sambil meletakkan kembali cangkir tersebut. Kelvin berteduh di dalam rumah kontrakan Esther karena hujan lebat yang tiba-tiba turun.
"Kak Esther!" Panggil Nina. Nina terkejut ketika melihat Kelvin yang juga sedang menatapnya. "Ya Tuhan! Ganteng banget!" Nina menutup mulutnya dan tidak berkedip sama sekali saat meihat Kelvin. Esther hanya diam, lalu ia beranjak dari tempat duduknya.
"Nin," panggil Esther untuk menyadarkan adiknya. Nina tidak bergeming sama sekali karena ia tersihir dengan paras blasteran yang di miliki oleh Kelvin.
"Kalo anak nakal bentukan kaya gini, mendingan kerjaan lo buat gue aja!" Esther yang jengah dan malu dengan kelakuan adiknya, ia langsung menarik adiknya ke dapur. "Lo apa-apaan sih! Itu cowoknya ganteng banget!" Ucap Nina dengan setengah berbisik.
Esther hanya menghembuskan napasnya kasar dan menatap Nina dengan tatapan yang tidak mengenakan. "Dengerin dulu!" Esther menghembuskan napasnya kasar. "Lo bisa gak sih jaga mulut jangan sampe ngeluarin kata-kata kek gitu!? Malu tau gak!" Protesnya.
"Hehehe..." Nina langsung menepuk kedua pundak Esther lalu ia menghela napasnya. "Bilang aja lo cemburu kan ya?" Esther hanya memutar matanya malas, lalu ia menghempaskan kedua tangannya.
"Lo ada perlu apa emang?!" Tanya Esther ketus.
"Ini... kan hari ini Kak Jes nginep di rumah mertuanya, jadi dia gak pulang. Tiga hari lagi dia pulangnya. Terus Galih katanya dia nginep di rumah temennya, besok malem baru pulang," jelas Nina.
Esther hanya menghela napasnya kasar dan menatap Nina, "terus lo mau kemana?" Tanya Esther selidik.
"Si Didin ngajak jalan, tapi kayanya gak jadi! Ujan gini masa lanjut jalan?" Keluh Nina.
Esther hanya tertawa kecil dan menghembuskan napasnya, "yaudah, terus?" Suara derap langkah kaki dari belakang mereka membuat kedua wanita tersebut menengok ke belakang.
"Permisi, saya... mau pamit pulang. Ujannya udah berhenti." Ucap Kelvin sambil mengelap hidungnya.
Esther hanya diam dan tidak bisa berkata apa-apa. "K-kamu gak mau makan malem di sini? Itung-itung..." Esther menatap ke arah lain sambil menggigit bibirnya.
Kelvin menatap Esther dengan alis kiri yang ia naikkan. "Itung-itung?" Esther mengusap punggung tangannya dan sesekali menggigit bibirnya.
"Itung-itung..." Esther menatap Nina.
"Kali aja kamu gak ada bahan makanan di rumah," sambung Nina. Esther hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Kelvin tertawa kecil dan menghembuskan napasnya kasar. "Yaudah kalo gitu, sekalian saya ngerjain PR. Mumpung masih sore begini," ucapnya sambil menatap alroji yang melingkar di tangannya.
"Jam tangan lo Rodolph, dek?" Tanya Nina.
"Iya lah! Support produk lokal. Jamnya bagus-bagus kok, kak. Gak kalah bagus kek Police, Tag Heuer, sama Fossil." Kelvin menatap Esther yang hanya diam. "Oh ya, Bu Esther." Esther menengok.
"Jadi... kita makan apa?" Esther menghela napasnya kasar dan menggaruk-garuk rambutnya.
"Delivery aja ya? Biar cepet," ucapnya sambil mengeluarkan handphone miliknya dari kantong.
"Pesen ini kak! Seblak Manten tuh, enak banget." Esther menatap adiknya sambil mengerutkan keningnya.
"Seblak Manten?" Nina menganggukkan kepalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/216252183-288-k704285.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bu Esther
Hayran KurguEsther adalah seorang guru BK dari SMA Taruna 2. Banyak yang menginginkan dirinya, tapi ia hanya tersenyum dan tidak mengindahkan tanggapan mereka. Sampai pada akhirnya ia jatuh hati kepada salah satu muridnya. Apakah ia bisa menahan perasaannya ata...