Semester 3 - Pendekatan (Part 1)

170 7 15
                                    

Esther duduk di sebelah kedua adiknya yang sedang menonton tv di ruang tamu. Ia meraih remot televisi yang di letakan di atas karpet usang. "Galih." Galih hanya berdehem. Pandangannya tidak lepas dari layar handphone yang di genggamnya.

Esther hanya menghela napasnya. "Kak Jes mana?" Galih tidak menjawab pertanyaan Esther.

"Mampus lo! Makanya jangan ngejek." Teriaknya ke girangan.

Esther hanya memutar matanya malas. Ia menatap adik perempuannya yang sedang memegang handphone sambil sesekali tersenyum seperti orang yang sedang kasmaran. Esther mematikan tv yang sedari tadi menyala, lalu beranjak ke adik perempuannya. 

"Hihihi..."

Esther langsung menepuk pundak adiknya agak kencang. Nina yang sedari tadi menatap layar handphone-nya hanya memasang muka masam. "Gue kira lo kesurupan, Nin." Timpalnya. 

Nina hanya memutar matanya malas dan tidak menghiraukan Esther yang kini sedang menatap adiknya dengan penuh selidik.

Nina menghela napasnya kasar dan menatap Esther. "Makanya cari pacar dong!" Balasnya dengan sengit.

"Tau! Ganggu amet sih, lo kak." Ucap Galih yang sehabis mencolok kabel ke stop kontak yang ada di depan mereka. Esther hanya bisa menghela napasnya berkali-kali.

"Gue tanya, Kak Jessica kemana!?" Esther menatap kedua adiknya dengan tatapan agak kurang menyenangkan. Pasalnya, hanya dirinyalah yang masih belum mempunyai pasangan.

"Lagi mandi kali." Balas Nina singkat. 

Esther yang gusar langsung beranjak dari tempat duduknya dan memutuskan utuk pergi ke dapur. "Pagi, Ndra."

Esther menarik kursi dan duduk dan menatap makanan di mejanya. "Pagi bang. Kak Jes lagi mandi?" Tama hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Kenapa?" Esther menopang daugnya dan menatap punggung kakak iparnya yang sedang memasak. "Lagi ada masalah sama kerjaan kamu?" Tama menaruh sepiring nasi goreng di depan Esther.

Esther hanya menghela napasnya berkali-kali dan mengetuk-ngetuk jarinya di meja. "Gue lagi bingung sama..." Suara notifikasi masuk ke dalam handphone miliknya membuat Esther menatap ke layar handphone-nya.

Kelvin Wijaya X - IPA 1
Pagi ibu cantik 😘❤️

Esther menghembuskan napasnya kasar dan memballikkan handphone-nya. Tama yang melihat adik iparnya terlihat gusar, hanya bisa tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa hape taroknya di balik?"

Esther menegakkan badannya dan tersenyum tipis. "Gapapa kok, bang. Cuman spam doang." Tama hanya tertawa kecil dan menggeleng kecil.

"Ndra... Ndra..." Tama langsung menuangkan segelas susu dan menarik kursi dan duduk di hadapannya. "Kalo emangnya itu spam, kenapa mukanya merah gitu?" 

Pertanyaan Tama membuat Esther tersedak. Tama buru-buru menuangkan segelas air mineral dan juga membantunya untuk minum. "Pelan-pelan, gak usah buru-buru. Masih jam setengah lima."

"Bang Tama sih!" Esther mengambil napas sebanyak-banyaknya dan sesekali menepuk-nepuk dadanya pelan.

"Emang kenapa kamu berangkatnya pagi-pagi amet? Mau karya wisata atau gimana?"

Esther menghela napasnya kasar.  "Bang, nanti bisa gak anter-jemput Esther buat 2 minggu ke depan?" Pinta Esther. Tama menatap Esther sambil menaikkan satu alisnya.

"Anter-jemput? Lah, kalo abang anter-jemput kamu ke sana ya... gimana nasib ponakan kamu? Emang motor kamu kemana?" Tanya Tama.

Suara notifikasi kembali berbunyi membuat Esther menghembuskan napasnya kasar. Ia langsung menatap layar handphone-nya.

Bu EstherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang