9. New

44 2 0
                                    

Mau bagaimana lagi, kita selalu dipaksa untuk menghadapi sesuatu yang baru dikehidupan kita.

*****

"Jalan lu lama banget!!!" teriak salah seorang kakak tingkat.

Hari ini, 26 Augustus di mana OSPEK sedang berlangsung di salah satu perguruan tinggi negeri.

Fitri berjalan dengan terburu-buru menuju kelompoknya. Para mentor meneriaki nama kelompoknya agar para mahasiswa baru tahu di mana keberadaan kelompoknya.

"Kamu udah makan?" tanya mentor setibanya Fitri di barisan.

"Belum." Sahut Fitri cuek.

Diberikannya sebungkus roti pula susu vanilla kesukaan Fitri.

"Gausah." Tolak Fitri sembari mengembalikan itu semua.

"Masih ada waktu 5 menit lagi buat makan." Bisik mentor tersebut dan pergi meninggalkan Fitri.

Tidak menggubris perintah mentornya untuk makan terlebih dahulu. Fitri menaruh makanan yang diberikan tadi ke dalam tasnya.

"Mentor!" panggil ketua komdis. "Semua anggota kalian sudah datang?" tanya tegas.

"Siap, sudah!" sahut para mentor bersamaan.

Komdis adalah singkatan dari komisi disiplin. Yang di mana tugasnya adalah untuk mengatur ketertiban berlangsungnya OSPEK.

"Rapihkan barisan!" titah komdis yang lain. "Kita akan memulai upacara." Sambungnya kembali.

Tidak lama dari itu barisan tersusun dengan rapih. Setiap kelompok berbaris dengan ketua kelompok di barisan terdepan bersama dengan mentornya.

Upacara berlangsung sangat lama. Ada beberapa kali gladi yang harus di hadapi oleh para mahasiswa baru. Panas nya cuaca benar-benar tidak perlu ditanyakan.

Akhinya, tepat pukul sepuluh pagi, upacara pembukaan pun dimulai.

"Menyanyikan lagu Indonesia raya." Tutur salah seorang instruktur upacara.

Heboh. Tiba-tiba saja semua fokus orang teralihkan pada Fitri yang jatuh pingsan di tengah-tengah berlangsungnya upacara.

Ketua kelompok Fitri pula dengan mentornya dengan sigap membawa Fitri menjauh dari lapangan upacara menuju salah satu ruangan yang dikhususkan untuk sesuatu seperti saat ini.

Wajah pucat Fitri sangat tercetak jelas. Bibirnya yang tidak diberi polesan pun benar-benar pucat.

Ketua kelompok dan mentor memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang terjadi dengan anggotanya itu tetap siaga di ruangan sana.

Fitri bangun tanpa suara. Memperhatikan sekeliling dan berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Dilihatnya mentor yang duduk di sebelah kanannya bersama dengan ketua kelompoknya.

"Gue kenapa?" tanya Fitri tiba-tiba membuat keduanya berbalik menghadap Fitri.

"Tadi rotinya dimakan?" tanya mentornya. Yang ditanya hanya menggelengkan kepala. "Saya udah suruh kamu makan." Ucap mentor yang terlihat agak kesal.

PrayogaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang