Mencoba Ikhlas

1.3K 33 1
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Readers.

Gimana nih kabarnya?? Aku harap semuanya sehat yaa..

Welcome back di cerita aku yang ketiga nih.

Hope you like this yaaa

Love,
Aprilia

*****

Hancur disaat mulai sayang-sayangnya. Mungkin itulah yang dirasakan Arshaka Wijaya sekarang. bagaimana tidak, ia sedang berjuang untuk menjadi lelaki yang baik untuk bisa meminang wanita pilihan hatinya, tetapi di kemudian hari menyaksikan pernikahan perempuan itu. dan naasnya lagi lelaki itu adalah temannya sendiri. Walaupun ia tahu pernikahan keduanya adalah buah dari perjodohan dan keterpaksaan tetapi tetap saja perempuan itu sudah sah menjadi milik orang lain.

Ada rasa iri dan tak suka ketika ia harus menjadi saksi menikah diantara keduanya. menyaksikan perempuan yang diidamkan menikah dengan orang lain adalah bagian terburuk dari rasa sakit hati ini. ia tak rela dengan semua ini. ia tahu lelaki seperti apa Aldwin itu. dia juga tahu perempuan itu hampir dilecehkan oleh lelaki itu. tetapi kenapa sekarang mereka bersanding sebagai sepasang suami istri? Kenapa bukan dia yang ada disana?

Setelah menyaksikan pernikahan keduanya Shaka hendak pergi dari sana ke tempat yang jauh. Ke tempat yang ia bisa berdiam diri. Tapi takdir berkehendak lain. Ia masih harus tertahan disana membantu mengurus acara pemakaman jenazah di kediaman Aldwin karena disaat yang bersamaan Ayah Aldwin meninggal dunia. Shaka bisa saja egois pergi dari sana tanpa mempedulikan mereka tapi sayangnya ia sudah menganggap Ayah Aldwin sebagai Ayahnya. Ia kenal akrab dengan beliau dan mustahil ia menghindar di acara pemakamannya. Apalagi Aldwin juga tidak bisa mengendalikan emosinya. Jadi ia harus turun tangan menyelesaikan semuanya sendiri.

Hanya ada satu kata yang bisa membuat Shaka bisa tetap kuat berdiri dan menjalani semuanya dengan baik. Nasihat dari seorang mantan calon abangnya itu.

“jodoh, maut, rezeki, anak, itu semua rahasia Allah Azza Wa jaala. Kamu bisa saja merencanakan dengan perempuan A dan siap menikah dengannya. Tapi kalau Allah ingin kamu menikah dengan perempuan lain yang jauh lebih baik dari perempuan yang kamu inginkan itu, kamu bisa apa sebagai hamba? Kita ini hanya bisa menerima apapun ketentuan dari-Nya. Allah memang tak selalu memberikan apa yang kita inginkan tapi Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Jadi janganlah kamu berlarut-larut dalam kesedihan ini. diluar sana Allah telah menyiapkan jodoh terindah untukmu. Percayalah Ka.” Nasihatnya waktu itu masih melekat di benak Shaka. Ucapan yang tak terdengar menggurui tetapi begitu mengena dihati.

Saat ini Shaka sedang berada di proses mengikhlaskan. Ia ingin belajar mengikhlaskan dengan cara menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang positif. Ia memperbanyak tadarus Al-qurannya dan juga banyak ikut kajian-kajian. Mungkin saja setelah ini ia bisa mendapatkan jodohnya yang sebenarnya.

Minggu ini Shaka akan pergi ke Bandung. Ia akan menghadiri pernikahan sepupunya disana. ia juga diminta untuk menjadi fotografer di pernikahan itu karena kualitas foto yang dihasilkan oleh Shaka luar biasa keren. Shaka pun tak keberatan dengan hal itu. ia malah bersyukur bisa sembari berlibur untuk mengistirahatkan hati dan pikirannya sejenak. Ya bisa disebut sekalian liburan untuk obat patah hatinya. Ia berharap itu berhasil.

***

Hari ini sesuai rencana Shaka berangkat ke bandung seorang diri. Seharusnya ia berangkat dengan Shahana, tetapi adiknya itu sedang fokus sidang skripsi jadi ia tak mau mengganggunya.

Setelah lamanya perjalanan akhirnya ia pun sampai di rumah sepupunya  yang hendak menikah itu. rumahnya belum di dekor karena memang masih seminggu lagi acara pernikahannya. Ia berencana untuk berlibur dulu selama beberapa hari di bandung. Ia juga sudah mengambil cuti selama dua minggu.

“Shaka, yaampun nak tambah ganteng aja kamu. mana istrinya?” tanya Tante Sabrina dengan gaya hebohnya. Yak, baru satu tante yang menananyakan jodoh. Masih ada 9 tante lagi dan akan menanyakan hal yang sama. Dan Shaka hanya perlu tersenyum saja tanpa menjawab.

“Udah gede ya kamu nak. dulu tante gendong kamu masih sekecil kacang.” Ucap salah satunya lagi membuat Shaka memutar bola matanya malas.

Apa mereka lupa kalau manusia itu tumbuh dan berkembang. Dan apa mereka lupa tahun? Shaka saat sekecil kacang itu di tahun berapa dan sekarang sudah tahun berapa. Ah sudahlah.

“A’ Shaka!” pekik seorang wanita sembari berlari kearahnya. Aldwin yang belum siap pun tidak bisa bergerak menghindar dan alhasil perempuan itu sudah menabrak tubuhnya dengan keras membuat dirinya terhuyung ke belakang. untung saja ia bisa menopang tubuhnya. Kalau tidak mereka sudah jatuh ke belakang.

“Aa’ kenapa baru sampai sini?” tanya Tisha, sepupu perempuannya yang akan menikah.

“Ya kan memang masih lama juga dek nikahnya. Kamu juga mau nikah masih aja nemplok-nemplok gini.” Sindir Shaka pada Tisha yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Ya, sejak kecil Tisha paling lengket dengan Shaka. Bahkan dengan Raihan, Tisha tidak sedekat ini. Raihan adalah kakak kandung Tisha. Dia memang terkenal sok cool dan perfeksionis. Jadi Tisha tidak menyukainya.

“biarin, Tisha kan kangen sama Aa’. Lagian Aa’ gak pernah main kesini.” Protes gadis itu dengan nada merajuk.

“yaudah deh. Pumpung Aa’ disini kita jalan-jalan aja.” Usul Shaka membuat mata Tisha berbinar. Tetapi tak lama binar itu redup. Tisha baru ingat kalau pengantin tidak boleh pergi kemana-mana menjelang pernikahannya atau istilahnya dipingit.

“Tisha gak akan dibolehin pergi A’. Kan lagi dipingit.” Ujar Tisha dengan nada kecewa.

“oh sekarang tuh masih ada acara pingit-pingitan?” tanya Shaka yang dijawab endikan bahu oleh Tisha.

“Ah aku tau.” ucap Tisha baru saja mendapatkan ide cemerlang.

“Aku seharusnya fitting baju sekarang A’. Aku udah janjian sama desaignernya jadi kita bisa pakai alasan itu untuk keluar dan nanti melipir deh jalan-jalan.” Usul Tisha yang dijawab anggukan oleh Shaka. Dia pun menuruti perempuan cantik nan lucu itu.

“ Aa’ mandi sama shalat dulu ya dek. Nanti kalau kamu sudah siap ke kamar Aa’ aja.” Ucap Shaka yang dijawab anggukan paham oleh Tisha. Shaka pun bergegas ke atas menuju kamar yang disediakan untuknya.

***

Jangan lupa Vote dan Comment yaaa...

Aleshaka (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang