melamar

328 20 0
                                    

Alesha terkejut melihat kedatangan Shaka dan keluarganya. Ia pikir yang datang hanyalah Shaka, karena memang hanya makan malam biasa. Tetapi kenapa sekeluarga begini, dan merekapun membawa seperti seserahan untuk orang lamaran.

Alesha tak mengindahkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya ketika melihat Babanya begitu antusias dan senang menyambut mereka. sedari tadi senyuman itu tak lepas dari bibir Babanya, hal itu membuat hati Alesha menghangat.

Alesha pun mempersilahkan mereka duduk dan membantu bibi membawakan minuman untuk mereka. ia saja tidak tahu  kalau sudah siap banyak makanan disana. Alesha hanya memberitahu Bibi kalau ada acara makan malam biasa tapi kenapa persiapannya seperti akan ada acara besar-besaran disini.

“Alesha duduklah dulu.” perintah Babanya pada Alesha. Alesha pun menurut dan duduk di samping Babanya.

“ini toh yang namanya nak Alesha. Cantik sekali kamu nak.” puji Mami pada Alesha membuat Alesha tersipu malu.

“ah tante bisa saja. Tante juga masih terlihat muda dan cantik.” Kini giliran Alesha yang memuji Mami dari Shaka itu.

“baiklah, untuk mempersingkat waktu saya akan menyampaikan tujuan saya datang kemari.” Ujar Shaka membuat suasana menjadi hening. Alesha menatap Shaka bingung. apakah acara makan malam saja seserius ini? dipikiran Alesha mereka hanya akan makan bersama dan berbincang-bincang tapi kenapa menjadi seperti ini?

“Pak Hasyim, saya kesini bersama degan kedua orangtua saya dan juga adik saya  berniat untuk melamar putri bapak yaitu Alesha.” Ucap Shaka pada akhirnya membuat Alesha menatap Shaka tak percaya.
Melamar? Putri Babanya? Apa yang dimaksud Shaka itu dirinya? Shaka melamar dirinya? tapi bagaimana bisa?

Alesha bertanya-tanya didalam benaknya. Dirinya antara bingung dan tak percaya. Kenapa menjadi acara lamaran seperti ini? dan Babanya terlihat santai apakah ia sudah tau tentang ini semua?
Alesha benar-benar dibuat bingung dengan semua ini.

“Kalau saya sih menerima niat baik dari nak Shaka ini, apalagi saya ini sudah tua, sudah waktunya melihat anak saya bahagia dengan lelaki yang tepat. Dan saya yakin kamulah orang yang tepat itu. tapi semua saya kembalikan pada Alesha. Gimana nak kamu setuju?” tanya Pak Hasyim pada putri semata wayangnya.

“Tapi Ba, kenapa secepat ini? bahkan aku tidak tau tentang lamaran ini? Kenapa tidak mengatakan sejak awal?” ucap Alesha dengan nada penuh kekecewaan. Ia kecewa karena hanya dirinya yang tak mengetahui semua ini. ia merasa dibodohi.

“Alesha, Shaka datang kesini membawa niat baik untuk melamarmu. Maaf kalau Baba tidak memberitahumu, karena Baba pikir kamu sudah bisa menduganya sendiri.” Ucap Babanya membuat Alesha menggeleng tak percaya.

“tentu saja aku tak tahu, aku bukan cenayang yang bisa membaca pikiran setiap orang Ba. Dan aku belum siap untuk ini semua.” Ucap Alesha kemudian berlalu dari hadapan mereka semua. Pak Hasyim terlihat panik melihat kepergian putrinya.

“Biar saya yang berbicara dengannya.” Ucap Shaka yang dijawab anggukan oleh Baba dan semua orang.

Alesha berlari ke taman belakang untuk menenangkan dirinya. air matanya keluar begitu saja melalui kedua mata indahnya. Kenapa harus seperti ini? kenapa ia tak tau tentang semua ini? ada apa sebenarnya.

“Alesha.” Panggil suara seorang lelaki dari arah belakang Alesha.

“kenapa kamu disini? kamu pikir aku ini tak punya perasaan? Bisa-bisanya kamu seenaknya datang melamarku tanpa memberitahuku terlebih dahulu.”  Ujar Alesha penuh kekesalan.

“jika kamu merasa tersinggung dengan ini semua aku minta maaf. Aku tidak berniat begitu. aku hanya ingin menyampaikan niat baikku saja.” ucap Shaka tulus.

“tapi kenapa tiba-tiba?” tanya Alesha lagi

“tidak ada yang tiba-tiba Alesha, niat ini sudah lama kurencanakan. Tapi aku baru berani melakkukannya sekarang. aku tau kamu orang yang tepat untukku.” Ujar Shaka

“kamu ingat janjimu waktu itu? kamu akan menuruti segala permintaanku.” Alesha mengangguk sebagai jawaban.

“inilah permintaanku, aku meminta mu menjadi istriku, membangun rumah tangga bersamaku dan menghabiskan hari-hari bersamaku. Apakah kamu mau?” tanya Shaka dengan penuh keseriusan. Alesha merasa terpana dengan kata-kata Shaka.

“kamu melamarku?” tanya Alesha dengan bodohnya. Saking gugupnya pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Alesha.

“kamu pikir apa yang aku lakukan sejak tadi? Bukankah aku sudah melamarmu dihadapan Ayahmu. Dan sekarang tinggal kamu, kamu mau memenuhi permintaanku?” tanya Shaka lagi.

“aku akan menjawabnya di dalam.” ujar Alesha lalu berjalan mendahului Shaka. Shaka kembali masuk ke dalam mengikuti Alesha.

“Alesha bagaimana?” tanya Baba pada Alesha.

“apakah Baba bahagia jika Alesha menikah dengan Shaka?” tanya Alesha pada Babanya.

“tentu Baba bahagia nak. Baba lega kalau kamu bisa  menikah dengan Shaka.” Ucap Pak Hasyim dengan senyumnya.

“baiklah. saya menerima lamarannya.” Ucap Alesha pada akhirnya yang dijawab hamdallah oleh semua orang disana.

“kalau seperti itu, kita tinggal bicarakan tanggal pernikahannya.” Usul Papi pada semuanya

“Ya, lebih cepat lebih baik.” Ucap Pak Hasyim kemudian.

para orangtuapun sibuk membicarakan tanggal yang tepat untuk pernikahan Keduanya sedangkan mereka hanya diam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Alesha tidak tahu apa alasan ia menerima lamaran Shaka, yang ia tahu Babanya bahagia dengan lamaran ini. dan Alesha ingin terus melihat senyum bahagia itu terukir di bibir Babanya. Alesha hanya berharap Shaka bisa menjadi orang yang tepat untuknya.


Pernikahan pun diputuskan untuk dilaksanakan bulan depan. Mereka semua setuju dengan usulan itu. tidak ada yang terlalu cepat untuk niat yang baik. Alesha dan Shaka pun hanya menurut saja keputusan kedua belah pihak. Acara pernikahan akan dilaksanakan di rumah Pak Hasyim dan dilaksanakan dalam sehari saja karena ia tak mau Pak Hasyim terlalu kelelahan. Merekapun setuju dengan semua itu. toh Tisha pun pernikahannya dilaksanakan serupa.

“kamu kapan kembali ke Jakarta?” tanya Alesha ketika Shaka hendak pamit pulang.

“sepulang dari sini. Aku sudah meninggalkan adikkku cukup lama. Aku tak tega membiarkan ia sendiri lebih lama lagi.” jelas Shaka pada Alesha.

“ini sudah malam. Apakah kamu tidak kelelahan?” tanya Alesha lagi pada Shaka dengan raut wajah Khawatir.

“apa kamu sedang mengkhawatirkanku?” tanya Shaka menggoda Alesha. Alesha pun tersenyum malu dibuatnya.

“tenanglah aku tak apa. Aku bisa menjaga diriku.” Ucap Shaka lagi untuk menenangkan Alesha.

“hati-hati. Kalau boleh kabari aku setelah sampai.” Ucap Alesha lirih. Shaka mengangguk sebagai jawaban.

***

Jangan lupa vote dan comment yaa :))

Aleshaka (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang