Lost

315 19 0
                                    

“Kak, hari ini  mau keluar atau dirumah saja?” tanya Hana pada Alesha yang sedang asyik menggambar sesuatu di  ipadnya
.
“Kakak sedang ingin dirumah saja. Kamu mau pergi keluar?” tanya Alesha pada adik iparnya.

“tidak  Kak. Aku menemani  Kak Alesha saja dirumah.” Ujar Hana pada akhirnya.

Kalau kemarin Hana yang mengajari Alesha memasak kini giliran Hana yang  belajar menggambar desain baju pada  Alesha. Alesha menunjukkan beberapa sketsanya pada Hana yang membuat Hana terpukau. Alesha pun mulai mengajari Hana dasar-dasarnya saja.

“Kak ini susah banget sih. Kok Kalau liat Kak Ale kayak gampang  gitu.” Ujar Hana mengeluh.

“ya seperti yang kamu bilang kemarin Han, semua bisa karena terbiasa.” Ucap Alesha pada adiknya disertai senyumnya.

Tak lama ponsel Alesha pun berdering. Telpon itu dari nomor rumahnya.

“Sebentar Ya Han.” Ucap Alesha yang dijawab anggukan oleh Hana.

“halo. Iya Bi, ada apa?” tanya Alesha pada Bibinya di seberang telepon. Ia mendengar suara itu tidak jelas.

“Baba? Baba kenapa bi?” tanya Alesha dengan nada yang berubah panik.

Hana yang mendengarkannya pun segera menghentikan aktivitasnya.
Alesha menjatuhkan Ponselnya bersamaan dengan tubuhnya yang ikut luruh ke lantai. Kakinya serasa sudah tidak bisa menopang  tubuhnya lagi. Hana pun segera menghampiri Alesha yang jatuh terduduk di lantai itu.

“Kak Ale kenapa?” tanya Hana dengan nada khawatir, tapi bukan jawaban yang Hana dapat melainkan isak tangis memilukan Alesha.

Hana pun langsung menelpon abangnya untuk memintanya segera pulang. Ia tak tau lagi harus berbuat apa. Yang ia bisa lakukan hanyalah menenangkan Alesha.

Tak lama Shaka datang dengan wajah khawatir dan juga napas yang memburu karena lari-lari sejak tadi. Hatinya semakin kacau ketika melihat istrinya menangis dalam diam dengan tatapan kosong dimatanya. Shaka pun perlahan mendekati Alesha dan mengusap puncak kepalanya pelan.

“kita ke bandung ya sekarang.” Ucap Shaka yang dijawab anggukan lemah oleh Alesha.

“Hana, siap-siap, kita ke bandung sekarang.” Ucap Shaka pada adiknya.

Hana mengangguk lalu tanpa berpikir panjang ia langsung mengganti pakaiannya.
Merekapun segera berangkat ke bandung. Disaat Hana menelponnya tadi kebetulan ia juga mendapat kabar dari Papinya kalau Baba sudah tiada. Gambaran wajah Alesha pun tercetak jelas dibenaknya. Tanpa pikir panjang ia pun langsung kembali pulang.

Selama di perjalanan, Alesha diam tanpa kata. Air matanya jatuh tanpa ada isakan yang terdengar. Matanya memandang nanar kearah luar jendela. Shaka merasa sedih melihat kondisi istrinya seperti itu.

Tak lama merekapun sampai di rumah duka. Disana sudah banyak pelayat yang berdatangan. Shaka turun dan membukakan pintu untuk Alesha. Istrinya tampak masih lemas. Ia pun berinisiatif untuk menggendong Alesha sampai dalam tetapi Alesha menolaknya. Akhirnya Shaka hanya memeluk istrinya dari samping sambil menuntunnya ke dalam.

Sesampainya di dalam dan melihat jenazah Baba, Alesha pun langsung menangis kalut. Tubuhnya sudah lemas dan pandangannya sudah menggelap. Untung saja Shaka dengan sigap memegangi istrinya sehingga tidak sampai jatuh ke lantai. Shaka menggendong istrinya dan membawanya ke kamar Alesha.
Shaka mengolesi Alesha dengan minyak kayu putih agar ia cepat bangun. Ia melihat wajah istrinya sudah pucat. Shaka begitu kasihan melihatnya. Shaka mengusap lembut wajah istrinya itu. Dikecupnya lembut kedua mata Alesha yang mengeluarkan air mata itu.

“Baba..Baba. jangan tinggalin Alesha. Alesha takut sendiri.” Gumam Alesha disusul dengan tangisan yang menyayat hati.

“Alesha tenanglah.. Alesha.” Ucap Shaka membangunkan Alesha. Alesha membuka matanya dan menyadari bahwa semua ini nyata. Ini bukan mimpi seperti kemarin. Babanya pergi dan itu nyata.

Aleshaka (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang